Malam ini, Karina menutup tokonya pada pukul delapan malam. Seperti biasa, Karinalah yang menutup rolling door karena Karina tak mau membuat sang ibu mengeluarkan banyak tenaga. Pasalnya, rolling door di ruko yang Karina sewa memang agak seret.
Srreeettttt.
"Eh, kok gampang?" Karina malah menghentikan gerakannya.
"Kenapa berhenti?"
" Ah!!" Karina terkejut karena suara di belakangnya itu. Tapi, sedetik kemudian, dia melotot saat mengetahui siapa yang membantunya itu. "Ngapain kamu disini?" tanya Karina dengan ketus.
"Aku mau ketemu Raka."
"Raka sudah tidur. Lebih baik kamu pulang. Keluargamu sudah menunggu." Karina kembali melanjutkan menutup pintu hanya tersisa selebar badannya saja.
"Tapi Raka bilang dia belum tidur dan pengen martabak telor buatan mamang-mamang. Bukan buatan Mamanya seperti biasa."
"Kok kamu tahu?" Karina mengerutkan keningnya.
"Kita saling bertukar pesan tadi."
"Kapan kamu punya nomor telepon Raka?" selidik Karina.
"Kemarin saat di dealer motor."
Karina mendengus karena jawaban Gala. Rupanya Gala benar-benar tak main-main ingin mendekati Raka.
"Apa kau boleh masuk?" tanya Gala dengan menaikkan satu alisnya.
"Nggak!! Kamu disini aja. Biar aku panggilkan Raka" Dengan gerakan cepat dan wajah tak ramah, Karina berbalik badan, lantas masuk ke dalam tokonya untuk memanggil Raka.
Ya, tak sampai lima menit, Raka turun dengan wajah girang.
"Om beneran bawain aku martabak?" Bukannya basa-basi menyapa Gala dulu, Raka justru langsung menanyakan si martabak.
"Ini" tunjuk Gala sambil mengangkat plastik di tangannya. Bukan hanya satu kotak, tapi ada empat kotak sekaligus.
"Banyak amat, Om?" Anak itu semakin berbinar.
"Kan buat Mama sama Nenek juga."
"Wah, makasih ya, Om. Om baik banget deh, sampai malam-malam kesini bawain martabak. Padahal, aku cuma cerita aja kalau aku bosen martabak buatan Mama." Raka menerima kantong berisi martabak itu dari Gala.
"Tadi kebetulan Om lagi ada di dekat tukang martabak." bohong Gala karena nyatanya, saat mereka saling bertukar pesan, Gala masih ada di kantornya.
"Ya udah, masuk dulu yuk, Om. Kita makan sama-sama. Terlalu banyak kalau Raka sendiri yang makan."
"Emangnya boleh?"
"Boleh, kenapa nggka boleh? Ayo!!" Rak memimpin Gala masuk lebih dulu. Membuka sedikit lebar pintu yang sudah di tutup Karina tadi.
Sementara Gala di belakangnya, mengepalkan tangannya di depan dada sambil berkata "Yes" tanpa suara.
"Aku tutup ya, Om. Kita naik saja ke atas,"
"Hah?! Ke atas?"
"Iya. Mama sama nenek kan disana."
Meskipun pura-pura canggung, tapi sesungguhnya Gala senang karena bisa bertemu lagi dengan Karina. Ya, selain Raka, Karina juga tujuan Gala. Tapi, untuk Karina Gala tak mau memaksa.
Sampai di lantai dua, Gala memperhatikan sekitarnya. Satu ruangan luas dengan kamar dan satu kamar mandi Sepertinya.
Ada buffett dengan tivi yang di depannya ada kasur busa. Sepertinya itu untuk tidur Raka, karena di sana ada juga meja belajar lengkap dengan buku dan peralatan belajar lainnya. Tak ada kursi tamu atau sofa disana. Sepertinya mereka terbiasa duduk lesehan.
"Duduk di bawah nggak apa-apa ya, Om" ujar Raka meminta persetujuan Gala. Tapi, sedetik kemudian, Raka ingat sesuatu. "Eh, Om duduk sini aja deh," Raka memberikan kursi belajarnya.
"Nggak usah, Ka. Om disini aja." Gala menahan pergerakan Raka menggeser kursi.
"Ada siapa la... gi?" Suara Karina tertelan angin saat dia tahu siapa yang ada disana. Wanita itu baru saja keluar dari kamarnya.
"Ngapain kamu ngajak dia naik, Raka?"
"Sssstttt, udah malem, jangan kenceng-kenceng suaranya." Tiba-tiba ibu Karina menepuk pundak Karina dari belakang.
"Tapi Raka bawa di..."
"Udah biarin. Nak Gala kan tamunya Raka."
Karina kesal karena semua orang berpihak pada Gala. Sementara Gala dengan menyeringai penuh kemenangan kepada Karina.
"Ya udah, kalau itu tamu kamu. Bikinin minum sendiri sana! Mama nggak mau, Mama ngantuk"
"Ya sudah, nenek aja yang bikinin." Lagi-lagi ibu Karina menjawab pertanyaan yang Karina tujukan untuk Raka.
"Tapi, Bu..."
"Ya sudah, masuk lagi sana! Katanya ngantuk."
Dengan muka ditekuk, bibir cemberut dan kaki dibentakkan, Karina masuk begitu saja ke dalam kamar. Tak lupa dia membanting pintu dengab keras.
Brak.
Semua terlonjak kaget sambil geleng-geleng kepala.
"Maaf ya, Nak Gala. Karina memang seperti itu."
"Iya, Bu. Nggak apa-apa. Saya yang salah karena bertamu malam-malam." sungkan Gala.
"Nggak apa-apa. Saya malah berterima kasih karena udah bawain banyak makanan untuk Raka."
"Sedang pas aja waktunya, Bu."
"Ya sudah, ibu bikinin minum dulu di bawah ya,"
"Nggak usah repot-repot, Bu. Saya...." Gala memandang dispenser yang ada di pojok ruangan. "Saya bisa minum air putih saja."
"Oh begitu?"
"Iya, Bu. Ibu makan aja bareng kita."
"Maaf, Nak Gala. Bukannya ibu nggak mau, tapi Ibu sedang mengurangi makan malam karena kadar gula Ibu agak tinggi kemarin."
"Oh ya? Ibu perlu ke rumah sakit?" Gala benar-benar khawatir.
"Nggak perlu, Nak. Ibu udah ke dokter sendiri." Bu Widya, ibunya Karina tersebut manis. "Baiklah, Ibu masuk dulu ya."
Gala mengangguk sopan lalu kembali fokus kepada Raka.
"Kamu tidur disini, Ka?" Lelaki itu mulai mengambil satu potong martabak dan memakannya perlahan.
"Iya, Om. Kalau di dalem nggak muat. Udah ada Mama sama Nenek."
Gala manggut-manggut mengerti. Sebenarnya dalam hatinya merasa iba. Dia hidup dengan sangat baik di rumahnya dengan anaknya yang lain. Anak yang tak pernah kekuatan apapun. Sementara Raka, anak sulungnya hanya tidur di lantai dengan kasur busa.
Karena Gala berasal dari kalangan atas, Gala tak tahu nikmatnya tidur lesehan sambil ditonton tivi. Dan jika lupa memasang timer, tivi itu bisa menonton kita tidur sampai pagi. Wkwkwkwk.
"Kamu pengen modifikasi motor kamu nggak, Ka? Biar keren. Meskipun motor matic, tapi saya lihat banyak juga yang jadi keren karena dimodifikasi."
"Maulah, Om. Raka ini sebenarnya anak normal. Cuma, Raka kan harus patuh sama Mama."
Mereka terus mengobrol sambil memakan martabak. Ditemani sagalon air putih di sana.
"Kalau kamu mau, Om bisa antar kamu ke bengkel teman Om. Dulu waktu Om kuliah suka modifikasi motor disana."
"Benarkah, Om?'"
"Nggak boleh!!!"
Senyum cerah Raka memudar karena sang ibu tiba-tiba keluar dari kamar. Seketika, Raka kembali menjadi anak penurut.
"Kamu ini jangan ngajarin anak saya yang enggak-enggak. Anak saya itu anak baik. Jangan pernah racuni anak saya dengan kebiasaan kamu. Lagi pula, kamu pikir modif-modif nggak berguna begitu nggak pakai uang?" Karina nyerocos sesukanya.
"Awas saja kalau sekolah Raka jadi terganggu karena ide-ide nggak berguna kamu itu."
Raka sendiri sudah ciut nyalinya karena Gala dimarahi oleh Mamanya. Sementara Gala sendiri, justru tak fokus dengan omelan Karina. Lelaki itu malah memikirkan hal ynag tidak-tidak karena Karina sedang berdiri di depannya dengan memakai daster kekinian di atas lutut.
'Kenapa gue baru sadar kalau dia jadi seksi begitu? Sepertinya, lebih besar dari 14 tahun yang lalu'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
4U2C
otak GALA udah travelling kemana yah,,ini parah ni🤣🤣🤣🤣🤣
2024-06-18
1