Rendra memandang Karina dan Raka bergantian, dan melihat Raka yang seperti ketakutan, akhirnya Rendra membuka suara.
"Maaf. Raka. Om harus mengatakan pada mamamu." Lantas lelaki itu beralih ke Karina yang mengernyit bingung. "Raka dan teman-temannya diskors dari sekolah karena pihak sekolah mendapatkan himbauan dari polsek X"
Karina nampak terkejut. Tapi dia belum berkomentar apapun.
"Makanya aku datang kesini karena khawatir sama Raka. Takut juga kalau kamu marah sama dia. Soalnya sejak di sekolah tadi Raka kelihatan murung" jelas Rendra lagi.
Karina tak memperdulikan apa yang Rendra katakan, dia telah fokus kepada anaknya yang sedang menunduk itu.
"Benar apa yang dikatakan Om Rendra, Raka?" Karina bertanya dengan tegas.
Dengan perasaan takut, Raka mengangguk.
"Kenapa nggak langsung pulang dan malah keluyuran sampai kamu terluka begini? Apa sebegitu takutnya kamu sama mama?" Nada bicara Karina sudah berubah lunak.
Raka lagi-lagi menggeleng.
"Terus kenapa nggak pulang?"
"Raka takut mama semakin banyak pikiran karena kesalahan yang Raka buat," cicit anak itu masih dengan menunduk.
Wanita itu mendekati sang anak dan malah memeluk Raka dengan sayang. "Kenapa kamu harus khawatir sama mama? Mama kan sudah tahu kesalahan kamu. Kamu juga sudah mendapat hukuman dari mama. Jadi mama pikir kamu nggak harus takut kalau sekolah memberikan kamu hukuman juga. Kan memang hak mereka melakukan itu karena kamu belajar disana."
Raka mendongak menatap mamanya dalam dekapan wanita itu. "Mama nggak marah?"
"Mama marah. Tapi mama sudah memaafkan kamu. Dan kamu tetap harus menjalankan hukuman kamu selama satu bulan."
"Tapi Raka sedang sakit, Rin." sela Rendra mengingatkan.
"Tenang, Mas. Aku nggak kasih hukuman berat untuk Raka." Wanita itu tersenyum manis kepada Rendra.
Entah kenapa hal itu sangat tak nyaman untuk Gala yang sejak tadi tak dihiraukan oleh mereka. Apalagi melihat interaksi lelaki yang bernama Rendra itu dengan Karina dan Raka.
"Ekhem," lagi-lagi senjata Gala adalah berdehem. Dan akhirnya semua menoleh kepadanya. Mungkin mereka baru menyadari jika Gala masih di sana.
"Oh, maaf." Rendra jadi tak enak hati. "Saya nggak memperhatikan kalau ada tamu juga disini."
Gala pun memaksakan senyumnya.
"Bapak ini yang bantu Raka saat kecelakaan tadi, Mas." Karina menjelaskan.
"Oh ya?!" Setelahnya Rendra beralih ke Gala lagi. "Terima kasih banyak, pak. Karena bapak sudah membantu Raka."
Entahlah, Gala tahu jika Rendra bukan ayah Raka dari panggilan Raka kepadanya. Tapi Gaka mereka tak suka dengan kedekatan mereka. Apalagi, Rendra sok berperan sebagai wali dari Raka juga.
"Nggak masalah, Pak. Kebetulan saya kenal Raka dan ada di tempat kejadian saat Raka keserempet motor."
"Oh kalian saling kenal?" Rendra menanggapi dengan sangat sopan. Persis pemilik rumah yang menghargai tamunya.
"Beliau yang mobilnya dilempar batu sama Raka, Mas." Karina memberi tahu lagi.
"Oh iya?" Spontan Rendra melihat ke arah luar dimana mobilnya dan mobil Gala terparkir. Saat itu juga, Karina ikut memperhatikan apa yang menjadi pusat perhatian Rendra.
'Oh mungkin ini mobil yang dilempar batu sama Raka. Dasar orang kaya!! Mobilnya banyak.' Batin Karina yang tiba-tiba ingat jika Gala membawa mobil lain saat ke kantor polisi kemarin.
"Maaf atas kesalahan Raka, pak."
Lagi-lagi Rendra bersikap yang membuat Gala tak senang. Dia sungguh penasaran siapa si Rendra itu. Kenapa baru membayangkan jika Rendra adalah calon ayah Raka saja dia sudah kesal? Ya, Gala berharap, Rendra adalah saudara Karina.
"Bapak tidak usah berlebihan begitu. Semua sudah selesai kemarin." Beberapa saat kemudian, Gala berbicara lagi. "Apa bapak ini saudara Raka?" Rupanya lelaki itu sungguh tak bisa membendung rasa ingin tahunya.
"Oh bukan, saya gurunya Raka di sekolah. Sekaligus..." Rendra belum meneruskan ucapannya dan justru melihat Karina dan Raka bergantian.
"Sekaligus??" Gala tak sabar ingin tahu kelanjutan ucapan Rendra.
"Sekaligus calon papa Raka jika Tuhan mengijinkan."
Gala mengeratkan gigi-giginya. Dia kesal setengah mati. Dia benar-benar tak suka Kepada Rendra. Tapi, Gala masih berusaha menahan emosinya.
"Maaf sebelumnya, memangnya Raka sudah nggak punya papa?" Masih ada rasa penasaran yang lain di hati Gala. "Kemana papa Raka?"
"Maaf, Pak Gala. Sepertinya ini bu..."
"Rin..." Sergah Rendra mengingatkan. "Nggak sopan seperti itu."
Akhirnya, Karina pun diam menuruti Rendra.
"Papa Raka sudah meninggal sejak Raka masih dalam kandungan." Rendra benar-benar bersikap sebagai pengganti ayah Raka.
Oke, Gala tak tahan lagi. Dia mengepalkan tangannya dengan mulut terkatup rapat. Entah sejak kapan dia tiba-tiba mereka cemburu karena kedekatan Rendra dengan Karina dan Raka. Gala benar-benar tak menyukai hal itu. Tapi sekali lagi, Gala tak punya hak untuk marah kepada mereka.
******
"Brengsek!!" Gala memukul stir kemudi yang ia pegang. Dia sudah pergi dari ruko Karina karena tak tahan dengan interaksi sok akrab meraka.
"Kenapa gue jadi cemburu gini sih? Gue kan belum yakin soal Karina dan Raka." monolog lelaki itu dengan kesal. Ia sungguh tak mengerti dengan dirinya sendiri.
Gala sendiri bingung, sejak kapan merasa posesif begitu kepada Karina dan Raka. Padahal, mereka baru bertemu kemarin. Apakah sebenarnya, selama ini Gala mencintai Karina karena kejadian 14 tahun lalu itu? Apakah niat Gala waktu itu bukan hanya untuk sekedar tanggung jawab kepada Karina saja? Gala sendiri bahkan tak yakin dengan pikirannya itu. Gala memang mencari Karina, tapi hanya sebatas karena Gala ingin tanggung jawab terhadap Karina. Lagi pula, saat itu Gala adalah lelaki single. Rupanya, Gala tidak pernah menyadari jika ada kemungkinan rasa Cinta untuk Karina di hatinya.
Sampai akhirnya dia dipaksa melakukan pernikahan bisnis oleh orang tuanya. Gala sendiri tak tahu apakah Renata, istrinya mencintainya atau tidak. Tapi, yang Gala tahu, sampai saat ini dia belum berhasil mencintai Renata dan sedang berusaha untuk itu. Hanya saja, selama ini mereka memang menjalani kehidupan rumah tangga yang wajar-wajar saja. Bahkan mereka sudah memiliki anak perempuan cantik berusia 7 tahun, bernama Ciara. Ya, kini mereka mempertahankan pernikahan itu karena Ciara.
Disaat-saat kalutnya, Gala teringat sesuatu. Ia buru-buru menepikan mobilnya dan mencari sesuatu yang baru saja ia simpan setelah Raka turun dari mobilnya. Dengan sedikit kesulitan, akhirnya Gala menemukan apa yang ia cari di kantong depan jasnya itu. Ya, itu adalah sehelai rambut Raka yang tak sengaja ia dapatkan saat memapah Raka.
"Dengan benda ini, akan membuktikan kamu darah dagingku atau bukan."
Benar, Gala belum berani memutuskan apapun sebelum ia punya bukti dan data valid tentang Karina dan Raka. Hanya saja, ada yang masih mengganjal di pikirannya dua hari ini. Yakni, mengapa Karina seperti tak mengenalnya sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Waktu memperkosa karina penampilan gala sangat dekil dan biasa aja msh tampan sih,,,
2024-06-17
0
Yuli a
gk kenal lh... karena kamu berbeda 360% wkwkwkw
2024-06-15
1