"Nduk, nggak jadi beli bahannya?" Ibu Karina tiba-tiba muncul dari arah belakang.
"Nanti dulu, Bu. Masih ada pelanggan." Karina menunjuk Gala yang sedang makan dengan ditemani Raka yang sibuk sendiri dengan gadget di tangannya. Memang, Raka hanya tidak diperbolehkan membawa gadget ke sekolah semasa hukuman. Jika di rumah, dia bebas menggunakan gadgetnya selama tugas dan kewajibannya mampu dipenuhi.
"Oh, ada nak Gala?"
"Selamat siang, Bu. Apa kabar?"
"Ibu baik. Lama nggak bertemu ya , Nak?"
"Iya, Bu. Makannya saya kesini. Eh?!" Gala keceplosan. "Em, maksud saya, saya ketagihan kue-kue ibu."
"Oh gitu. Syukurlah kalau Nak Gala suka sama kue buatan kami." Ibu tersenyum tulus.
"Enak kok, Bu. Mungkin kalau ada acara nanti saya akan pesan kue kesini."
"Wah, makasih loh Nak Gala."
Basa-basi sebentar itu terputus karena ada seorang pembeli yang datang.
"Biar ibu saja, Nduk. Kamu pergi saja beli bahan-bahan buat besok." Ibu mencegah Karina yang menghampiri pembeli.
"Oh ya udah, Bu. Titip Raka di rumah ya, Bu.
Sang ibu mengangguk. Melanjutkan melayani pembeli yang datang, sementara Karina naik ke lantai dua.
"Mau kemana?" Gala bertanya saat Karina sudah turun lagi. Sepertinya wanita itu sudah selesai bersiap untuk pergi.
"Saya?" Karina ingin memastikan, karena menurutnya aneh sekali Gala bersikap sok kenal sok dekat begitu.
"Iya, siapa lagi?"
"Oh," Karina mengangguk canggung. "Saya mau beli bahan untuk membuat kue buat pesanan besok." ya, besok Karina mendapatkan orderan banyak kue untuk acar ulang tahun, lengkap dengan kue tart dan kue kecil.
"Biar saya antar,"
"Hah?!" Karina menaikkan satu alisnya. Semakin merasa aneh dengan tingkah Gala.
"Em, maksud saya, saya juga sudah selesai. Bareng sama saya aja perginya."
"Makasih, Pak, atas tawarannya. Tapi saya bawa motor aja biar nggak kesusahan pulangnya."
"Oh nggak apa-apa. Saya antar juga pulangnya."
Tak hanya Karina yang melongo. Tapi, Raka yang juga menatao Gala dengan tatapan tanya.
"Sebenarnya, ada yang mau saya bicarakan sama kamu," Gala menggaruk belakang kepalanya.
"Om mau menagih uang ganti rugi lagi? Kan udah saya bilang, Om. Kalo Om bisa bilang sama saya."
"Maaf, Raka. Tapi ini urusan orang dewasa." ucap Gala pada anaknya itu.
"Urusan apa ya, Pak? Apa kita masih punya urusan?" Karina pun kebingungan. Di pikiran wanita itu sama dengan sang anak. Yakni, Gala akan meminta uang ganti rugi lagi.
"Makanya saya perlu bicara secara pribadi sama kamu."
Mau tak mau, Karina menuruti kemauan Gala. Entahlah, dia pikir, memang masalah kerugian mobil masih belum selesai.
*******
"Kamu tidak mengingat saya?" Tiba-tiba Gala mengalihkan fokus Karina yang sedang memperhatikan jalan di depannya.
Karina pun menoleh. "Maksud bapak apa?"
"Kamu benar-benar tidak mengingat saya atau pura-pura nggak ingat?"
"Hah?!" Lagi-lagi Karina dibuat kebingungan oleh Gala. "Apa sih yang Bapak bicarakan?" Karina sempat menelisik penampilan Gala. Takutnya Gala sedang bertelepon atau berbicara dengan orang lain. Tapi tak ada alat di tubuhnya yang menghubungkan pembicaraan Gala.
"Rupanya kamu benar-benar nggak ingat soal saya."
"Aneh," celetuk Karina sekenanya.
"Apa di pikiran kamu sama sekali nggak kepikiran soal saya? Maksud saya, apa nggak ada sedikit pun ingatan tentang saya di kepala kamu? Seperti merasa familiar atau semacamnya?"
Kening Karina berkerut. Bukannya tidak sadar, tapi Karina memang tak yakin jika Gala adalah kenek truk waktu itu.
"Apa Bapak tetangga saya?" Tapi, kata itulah yang dipilih Karina.
"Sebegitu bencinya kamu sama saya, sampai kamu nggak mau mengingat saya?"
Sebenarnya, pikiran Karina sudah berkecamuk. Hatinya pun rasanya bergemuruh. Karina takut jika apa yang dipikirkannya saat ini benar adanya. Makanya dia terus mengelak apapun yang sedang ada di pikirannya.
"Kamu lupa kejadian empat belas tahun yang lalu malam itu?"
Deg.
Jantung Karina berdetak kencang. Napasnya kian memburu. Rupanya dugaannya benar. Orang yang ia Kira hanya mirip dengan orang jahat di masa lalunya itu. Ternyata benar-benar kenek truk yang merenggut kehormatannya secara paksa kala itu. Saat itu juga, Karina menoleh ke arah Gala dan memperhatikan leher orang itu.
Karina menutup mulutnya sendiri yang sedang menganga tak percaya. Orang yang paling ia benci sedunia, kini ada dalam satu mobil dengannya. Apalagi, diperkuat dengan tato yang masih ada di leher lelaki itu. Tato sebuah rasi bintang bima sakti yang berbentuk seperti spiral.
"Turunkan saya!!" Karina berkata tegas dan dingin. Pandangannya sudah lurus ke depan, sama sekali tak menatap Gala.
"Kita harus bicara dulu."
"Turunkan saya!!" Kali ini Karina berteriak. Tapi sama sekali tak menghentikan niat Gala untuk tetap melajukan mobilnya.
"Baiklah, kalau anda tidak menurunkan saya, saya akan lompat." ancam Karina yang sudah siap membuat pintu mobil.
"Silahkan saja!! Tapi kalau kamu nggak kasihan sama Raka karena dia akan menjadi anak piatu."
Berhasil, ucapan Gala sukses menghentikan niat Karina.
"Tolong, berhentilah. Saya nggak mau dekat-dekat dengan orang seperti anda." Karina menekan nada bicaranya. Tidak keras tapi sangat menegaskan maksudnya.
"Saya bilang kita bicara dulu, baru saya akan menurunkan kamu."
"Bicaralah!!" ucap Karina dengan cepat. Seperti niat nggak niat mendengarkan Gala.
"Kenapa kamu pergi waktu itu?"
Kali ini Karina menoleh ke arah Gala.
"Apa saya harus menjadi orang bodoh hanya dengan menunggu anda dalam keadaan yang mengenaskan seperti itu? Apa menurut anda, laki-laki bejat seperti anda layak untuk ditunggu?" Karina tersenyum sinis.
"Seharusnya kamu menunggu saya karena saya akan bertanggung jawab atas kamu."
"Nggak perlu," sergah Karina cepat. "Saya nggak perlu pertanggung jawaban dari orang menjijikan seperti anda,"
"Baiklah, saya tahu kamu memang sebenci itu sama saya, tapi tolong ijinkan saya untuk bertanggung jawab atas kalian."
"Kalian?! Kalian siapa yang anda maksud?" geram Karina, mulai dengan intonasi tinggi.
"Kamu dan Raka."
"Kenapa harus bertanggung jawab atas Raka? Raka bukan anak anda. Dan sekali lagi saya tegaskan, saya pun tidak butuh tanggung jawab anda" tegas Karina kepada Gala.
"Kamu tidak bisa mengelak Karina, saya punya bukti kalau Raka itu adalah anak saya." Gala tersenyum licik. Dia sudah tidak berbasa-basi lagi memanggil Karina.
"Bukti apa?" tantang Karina.
Tanpa berkata apapun, Gala mengambil sebuah amplop dari dashboard mobilnya. Lelaki itu langsung memberikan kepada Karina.
Dengan tangan gemetar karena sudah mampu menebak isi surat itu hanya dari sampulnya, Karina tetap menerima dan membuka amplop tersebut. Sejenak, bola mata Karina bergerak, membaca baris demi baris tulisan yang ada disana.
"Anda tidak berhak melakukan ini tanpa persetujuan saya dan Raka. Anda bisa saja memanipulasi data ini." Karina masih mencoba meredam emosinya.
"Kalau kamu nggak percaya, kita bisa lakukan ulang" sahut Gala enteng.
"Nggak perlu," sergah Karina cepat.
"Jadi, kamu mengakui kalau Raka memang anakku?"
Seketika, Karina histeris. Dia memukul-mukul Gala dengan tangannya yang masih memegang kertas hasil tes DNA itu.
"Dasar brengsek!! Bajingan!! Laki-laki jahanam!! Nggak tahu diri!!!" teriak Karina penuh emosi. Dia sama sekali belum melepaskan Gala.
"Stop, Rin. Stop!!"
Tiiiiiiiiinnnnn tiiiiiin tiiiiiiiinn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yuli a
waduh.... jngn sampai kecelakaan..
2024-06-15
0