bab 5

Ingat pesan mama, Raka. Jangan keluyuran sepulang sekolah. Kamu harus pulang tepat waktu mulai hari ini sampai satu bulan ke depan. Nggak boleh nongkrong sama temen-temen, langsung pulang, dan bantu mama sama nenek. Mengerti?!"

"Iya, ma." sahut Raka dengan patuh.

"Ya sudah, sekolah yang bener. Mama nggak mau denger kamu buat masalah lagi." setelahnya Karina mencium kening sang anak dan Raka mencium punggung tangan Karina. Lantas, anak itu pergi meninggalkan rumahnya untuk menimba ilmu kembali.

"Apa tidak terlalu lama hukuman satu bulan nggak bolehin Raka main sama temen-temennya, nduk?" tiba-tiba ibu Karina datang membuyarkan fokus Karina mengantar kepergian sang anak dengan ojek online yang sudah menunggu di depan toko.

"Nggak apa-apa, bu." Karina menenangkan sang ibunda yang sangat menyayangi cucunya. "Kita lihat dulu Raka kooperatif apa nggak. Kalo dia bisa nurut sama peraturan yang Karin buat, aku bisa menangguhkan hukumannya. Biar dia jerawat, bu."

"Tapi apa kamu nggak terlalu berlebihan, nduk? Ini bahkan kenakalan Raka yang pertama."

"Kalo Karin terus manjain Raka, nanti Raka nggak akan berpikir dua kali kalo mau melakukan kesalahan lagi." wanita itu tersenyum. Mengerti akan kesedihan sang ibu karena beliau memang sangat memanjakan Raka. "Raka sudah remaja, bu. Ibu jangan khawatir. Hukuman ini belum seberapa untuk Raka."

Setelanya, Karina kembali ke belakang untuk memulai aktivitasnya hari ini. Membuat kue untuk para pelanggannya yang sudah memesan sebelumnya.

*******

"Lo serius tante Karin cuma kasih hukuman lo nggak boleh main sebulan?" Boby bertanya dengan penasaran.

"Iya,"

"Wah, enak banget lo, bahkan salah lo lebih besar dari kita. Lo tahu? Papa gue bahkan potong uang jajan gue setengahnya selama dua minggu. Dan itu artinya cuma cukup buat beli bensin motor gue sama makan di kantin aja." Devan ikut bersuara.

"Kalian masih mending. Gue ditampar sama papa kemarin. Mulai hari ini, gue juga harus bantuin di bengkel setiap pulang sekolah." adu Boby kepada dua temannya.

"Gue juga harus bantuin mama bikin kue tahu, Bob." Raka turut menimpali.

"Hhhhh, sepertinya nasib kita sama aja." ucap Devan dengan lemas.

"Tapi kan emang kita yang salah,"

"Bukan kita, tapi anak-anak Nusa Persada." Boby menyanggah.

Ya, ketiga sahabat itu hanya bisa pasrah akan hukuman yang mereka terima masing-masing.

"Eh, kalian bertiga dipanggil ke ruang kepala sekolah." tiba-tiba satu anak laki-laki menghampiri mereka bertiga.

"Ngapain?"

"Mana gue tahu?" anak itu sewot sendiri. "Udah buruan kalian kesono. Daripada diumumin pake toa,"

Setelah saling berpandangan dengan rasa penasaran yang sangat besar, Raka dan kedua sahabatnya, akhirnya melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah yang ternyata sudah ada kelima temannya yang lain yang ikut tawuran kemarin. Seketika, Raka mulai was-was karena dia sudah menebak jika itu ada hubunganya dengan kejadian kemarin sore. Ada juga beberapa guru dan petugas TU disana.

"Saya kumpulkan kalian semua disini karena sekolah mendapatkan pemberitahuan dari polsek X jika kalian berdelapan ini sempat diamankan oleh petugas karena tawuran. Apa itu benar?!"

Kedelapan anak remaja itu hanya menunduk dengan saling sikut dan senggol. Tak ada yang berani membuka suara.

"Jawab!!" suara pak kepala sekolah menggelegar di seluruh penjuru ruangan.

Spontan, Anak-anak itu gugup menjawab. "Iya, pak!!" namun, mereka semua masih belum ada yang berani mengangkat kepalanya.

"Saya tidak habis pikir dengan kalian semua. Kalian ini anak-anak yang cukup berprestasi disini. Tak hanya di bidang olahraga saja, nilai akademik kalian juga bagus, tapi kenapa kalian sampai gelap mata tawuran segala?"

Semua anak masih diam menunduk. Sementara, guru olahraga pembimbing ekstrakurikuler basket, angkat suara. "Begini, pak. Kemarin waktu anak-anak bertanding Basket dengan SMA Nusa Persada, tim mereka melakukan hal tak menyenangkan kepada anak-anak kita, pak." Pak Rendra, mencoba memberikan pembelaan kepada anak didiknya itu.

"Tapi tetap saja itu tidak dibenarkan, pak. Tawuran!! Kenapa harus tawuran?"

Semua hanya diam tak ada yang berani membantah sang kepala sekolah. Ya, karena memang mereka semua bersalah.

"Baiklah, saya akan berikan hukuman langsung untuk kalian berdelapan."

Aksi saling senggol mulai anak-anak itu lakukan lagi.

"Saya akan skors kalian selama satu minggu, terhitung mulai hari ini."

"Tapi, pak...."

"Jangan, pak!!"

"Masalah itu udah selesai, pak"

Mereka semua berusaha membela diri mereka masing-masing. Tapi apa daya, mereka hanya para siswa yang melakukan kesalahan.

"Meskipun masalah itu sudah selesai, tapi kalian pantas mendapatkan hukuman itu karena kalian sudah mencoreng nama baik sekolah."

Dan jika sudah begini. Semua hanya bisa menerima keputusan kepala sekolah dengan lapang dada.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Akhirnya raka dan tmn2nya diskor krn ketahuan ikutan tawuran

2024-06-17

0

Yuli a

Yuli a

kasihan kamu raka... biarlah ini jdi pelajaran ke depannya supaya lebih hati2. gk ngutamain emosi...

2024-06-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!