"Jadi, Om mau ngomongin apa?"
Ya, kini mereka sudah duduk manis di sebuah cafe yang khas sekali mencerminkan anak muda. Disana, banyak anak-anak sekolah menengah atas maupun pertama nongkrong bersama teman-teman atau sekedar makan siang saja.
Ada beberapa anak gadis yang ketahuan oleh mata Gala, sedang memperhatikan Raka secara terang-terangan sambil berbisik-bisik dengan temannya, ada juga yang hanya sebatas mencuri pandang kepada Raka. meskipun Gala sendiri tak tahu apa arti tatapan mereka, tapi entahlah, dia merasa bangga saat membayangkan anaknya yang tampan itu diidolakan banyak wanita seperti dirinya.
Pasalnya, di usianya yang baru 13 tahun, ketampanan Raka sudah menonjol. Sepertinya, Raka memang sudah tampan sejak lahir karena bibit unggul yang dimiliki ayah dan ibunya.
"Om?!"
"Oh ya?! Gala mengerjap.
"Om mau bicara apa sebenarnya?"
"Tuh banyak gadis yang perhatiin kamu," Gala menunjuk beberapa gadis dengan dagunya.
Raka sendiri hanya menoleh sekilas dan cuek, lalu anak itu kembali menatap Gala.
"Nggak usah ngalihin pembicaraan, Om." ucap anak itu lagi.
"Om cuma mau nunjukin mereka ke kamu. Apa teman-teman perempuan kamu di sekolahmu pada begitu juga?"
Kini, Raka memutar bola matanya. "Kalau Om nggak jadi ngomong, mending kita makan sekarang dan antar saya pulang. Mama saya pasti sudah sangat khawatir sama saya."
"Kamu kan bisa hubungin mama kamu,"
"Saya nggak bawa handphone."
"Wah, rupanya kamu anak yang tertib ya?" canda Gala. Tapi ditanggapi dengan kesal oleh Raka.
"Itu karena hukuman yang harus saya terima, Om."
"Oke, sepertinya kamu anak yang patuh sama mama kamu."
"Om ini sebenarnya mau apa sih?" Raka mulai kesal.
Gala sendiri menghela panjang.
'Sama aja sama mamanya, sama-sama menutup diri dari orang baru' gumam Gala falam hati.
"Nggak usah banyak basa-basi, Om!" Tiba-tiba Raka menyergah.
"Bu-bukan begitu, Raka. Sebenarnya Om ngajak kamu makan disini karena...." Gala malah menggaruk pelipisnya. Dia bingung harus berkata apa. Pasalnya, saat mengetahui jika Raka adalah anak kandungnya, Gala sangat bahagia. Dia ingin segera mengungkapkan kebenaran itu kepada Raka. Tapi, saat dia sudah bersama Raka, Gala justru berubah pikiran. Melihat sikap Raka yang kurang welcome kepadanya meskipun anak itu tetap baik kepadanya dan bisa menjaga sopan santun, membuat Gala mengurungkan niatnya untuk mengatakan yang sebenarnya. Jujur saja, dia takut jika Raka malaj akan membencinya. Pasalnya, anak cerdas seusia Raka tak mungkin menurut saja saat ada orang yang mengatakan jika dia adalah papa kandungnya. Pasti Raka akan Kritis bertanya ini dan itu karena rasa penasarannya yang kemungkinan bisa mengetahui apa penyebab Raka lahir ke dunia. Belum lagi Karina sudah meracuni pikiran sang anak jika ternyata papanya sudah meninggal sejak dia di dalam kandungan.
"Apa, Om?" Raka sudah sangat kesal sekarang.
"Em... Begini, Raka...."
"Uang ganti rugi dari Mama kurang?"
"Hah?! Gala terkejut dengan apa yang ditanyakan sang anak. Memangnya Raka pikir jika dia datang, niatnya cuma ingin meminta uang ganti rugi apa? Ada-ada aja pikiran Raka.
"Om nggak mau minta uang ganti rugi lagi kan? Kalau iya, Om bilang saja sama saya, jangan sama mama."
Lagi-lagi Gala menghela napas panjang. "Bukan, Raka. Sebenarnya Om cuma mau ngajak kamu makan aja disini. Kita udah lama nggak bertemu."
Raka menaikkan satu alisnya karena jawaban Gala. "Om yakin?"
"Hem," Gala mengangguk.
Meskipun masih merasa curiga dengan orang di depannya itu, Raka mengalah karena memang dia tak mau terlibat terlalu dalam dengan Gala. Biarlah, selama Gala tidak berbuat yang aneh-aneh kepadanya dan keluarganya, pikir Raka.
"Ya sudah, kita makan sekarang dan antar saya pulang."
Mau tak mau, Gala hanya bisa mengangguk. Di dalam kamusnya, Gala tak pernah tunduk kepada orang lain selain orang tuanya. Tapi kini, Gala nampak kalah tegas dibandingkan Raka.
"Kamu nggak suka nongkrong dulu sama teman-teman kamu seperti yang lain?" Gala membuka pembicaraan saat mereka menyantap makanan mereka.
"Saya masih dalam masa hukuman, Om."
"Hukuman kamu banyak sekali? Karena yang kemarin itu juga?"
Raka mengangguk.
"Lama sekali hukumannya?"
"Satu bulan,"
'Rupanya tegas sekali Karina mendidik anakku' monolog Gala dalam hati.
"Oke." Gala mengangguk. "Lalu, apa kamu bisa mengendarai motor?"
"Hah?!" Raka merasa aneh dengan pertanyaan Gala.
"Iya, sepeda motor. Kamu bisa mengendarainya tidak?"
"Bisa, Om. Kenapa emangnya?"
"Kamu nggak bawa motor kayak teman-teman kamu ke sekolah, apa itu juga hukuman?"
Raka menggeleng. "Bukan, Om. Saya memang ke sekolah dengan ojol."
"Oh," Gala mengangguk lagi, tapi dia masih penasaran dengan yang lain. " Memangnya Mama kamu melarang kamu membawa motor seperti teman-teman kamu?"
"Nggak sih, Om. Tapi memang cuma ada satu motor di rumah. Kalau saya bawa ke sekolah, Mama akan kesulitan kemana-mana."
"Oh," Lagi-lagi Gala hanya bisa ber-oh ria. Ingin sekali dia memberitahu Raka motor, tapi pasti anak itu tak mau terima dan anak banyak sekali bertanya.
********
"Makasih ya, Om. Sudah anter saya dan ngajakin makan siang. Tapi Om harus turun dulu karena Om sudah janji mau ijin sama Mama."
"Tentu saja. Om akan bilang sama Mama kamu kalau kamu terlambat pulang karena saya. Ayo turun!!"
Setelah itu, kedua orang itu turun dari mobil Gala.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikum salam. Kenapa Raka pulang telat?" Sang Mama langsung bertanya.
Raka sendiri hanya menatap Gala tanda agar Gala yang menjawab.
"Maaf, Bu. Saya sengaja ngajak makan siang Raka karena kita nggak sengaja bertemu tadi."
Raka mengernyit keningnya. Rupanya, Gala pandai berbohong juga. Padahal pria itu tadi bilang sendiri jika memenui Raka karena ingin mengajak makan siang. Bahkan sampai meng-cancel ojol karena katanya ada yang dibicarakan. Sebenarnya, yang mana sih yang benar?
"Oh, begitu. Ya sudah, terima kasih atas traktirannya dan mengantar Raka pulang. Bapak bis pergi sekarang." Sungguh pengusiran yang sangat halus. Tapi, Gala pun tak kurang akal. Dia masih ingin dekat dengan mereka.
"Sebenarnya, saya juga ingin makan kue-kue disini," ucap Gala lagi.
"Bapak mau minta imbalan lagi karena sudah mentraktir anak saya?" Karina nampak tak terima.
"Bukan, bukan!!" Gala segera mengklarifikasi. "Saya mau beli kue-kue kamu."
"Baiklah, bapak mau yang mana? Biar saya kemas."
"Tidak!!" Gala menyergah cepat membuat Karina kebingungan.
"Saya mau makan disini saja."
Karina melongo dengan permintaan Gala. Memang mereka menyedihkan tempat duduk untuk pelanggan. Tapi sangat jarang sekali ada yang makan kue langsung disana. Justru biasanya, itu menjadi kursi tamu untuk mereka. Apalagi, mereka banyak melayani pesanan saja. Paling hanya orang-orang terdekat saja yang makan kue disana.
"Bagaimana? Bisa makan disini juga kan?"
Karina mengerjap sadar karena pertanyaan Gala.
"Bisa, Pak." Karina tersenyum aneh. Entah harus senang atau kesal, tapi Karina tetap melayani Gala sebagai customer, meskipun ada tanya di dalam pikirannya, apa sebenarnya maksud Gala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
4U2C
PAK GALA,,saran saya kamu ambil hati anakmu dulu,,bebaik dan berkawan,,berteman,,pasti tuh RAKA akan luluh nanti nya,,lagi kamu boleh ngarang cerita bahawa kamu kecelakaan dan diselamat warga kerana truk blong gitu,,tidak sampai meninggal seperti apa yang telah pak RENDRA katakan,,untuk kamu mendekatkan diri pada anakmu.tuh juga kamu pandai berbohong 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-06-18
1
Yuli a
ada udang di balik rempeyek kirana.... wkwkwkwk....
2024-06-15
0