"Kita bisa mati konyol, Rin. Kita juga bisa membahayakan pengendara lain."
Ya, mobil yang dikendarai Gala oleng karena Gala tak mampu mempertahankan kemudinya karena pukulan keras dan bertubi-tubi dari Karina.
"Biarin saja kita mati. Kita bisa mati sama-sama asal aku tidak bisa melihatmu lagi."
"Stop, Rin, Stop!!" Gala ikut berteriak. "Pikirkan Raka kalau kamu mati."
Saat itu juga, Karina menghentikan perbuatannya. Dia kembali menghadap ke depan. Tangannya mengepal kuat sambil meremas kertas yang ia pegang itu. Lantas Karina menangis sesenggukan.
"Kenapa kamu harus muncul, bajingan?" lirih Karina di sela tangisnya. Wanita tergugu merasakan sesak di dadanya. "Kenapa kamu tidak mati saja? Hah?!" Karina kembali berteriak histeris sembari melempar kertas yang sudah ia remas tadi ke arah Gala.
"Itu karena kita memang ditakdirkan untuk bertemu."
"Bangsat kamu!!" Karina tak hentinya mengumpati Gala. Tapi, Gala tetap santai menghadapi Karina.
"Kita ke hotel sebentar,"
"Apa kamu bilang?" Karina jelas terkejut dengan ajakan orang gila di sampingnya itu. "Kamu pikir aku perempuan murahan karena sudah kamu perkosa? Begitu?"
"Saya cuma menawari saja, siapa tahu kamu mau melampiaskan kemarahan kamu ke saya sesukamu."
"Tidak perlu" ucap Karina cepat. "Saya hanya ingin anda menurunkan saya sekarang."
"Tempat tujuan kamu belum sampai, Rin."
"Saya tidak peduli. Saya punya kaki yang masih berfungsi dengan baik."
"Galak sekali kamu. Pantas saja Raka menjadi anak yang dingin begitu,"
"Bukan urusan anda!!"
"Jelas urusan saya, Karina. Saya ayah kandungnya."
Dengan cepat Karina menoleh ke arah Gala. "Jangan pernah anda bilang kalau anda adalah ayah kandung Raka."
"Kamu menyuruh saya?" Gala menaikkan satu alisnya.
"Tolong," Kali ini Karina menghiba. "Saya tidak mau dia kecewa sama saya"
"Kenapa harus kecewa?"
"Karena saya sudah membohongi dia,"
"Kenapa juga harus berbohong?"
"Dasar brengsek!!" Lagi-lagi Karina mengumpat. Melupakan nada bicara lembut untuk membujuk Gala tadi. "Kamu pikir aku harus mengatakan yang sejujurnya begitu? Aku harus mengatakan kalau dia anak haram begitu? Apa aku juga harus mengatasi kalau ayahnya sudah memperkosa mamanya, begitu?" Karina melotot dengan napas memburu. Percayalah, toko Langganan bahan kue tujuan Karina sudah terlewat dan mereka masih berkendara tak tentu arah.
"Aku senang kamu mengubah panggilan formal kamu menjadi aku dan kamu," Gala terkikik kecil.
"Brengsek!!"
Bugh.
"Ah!!" Gala langsung memegangi pipi kirinya yang mendapat tonjokan Karina. "Kasar sekali kamu!"
"Kamu memang pantas dikasari, bahkan dibunuh sekalian"
Gala malah justru tertawa.
"Dasar sinting!!" umpat Karina yang kesekian kalinya.
Tapi, Gala tatap tertawa tak menanggapi umpatan Karina. "Memangnya kamu bilang ke Raka, ayahnya meninggal karena apa?" Gala penasaran. Dia bertanya setelah meredakan tawanya.
"Aku bilang ayahnya yang kenek truk itu meninggal karena terlindas truk saat memarkirkan truk." Karina berkata dengan geram.
"Kenek truk?" Gala melongo tak percaya.
"Bukankah kamu memang kenek truk?" tantang Karina dengan wajah tengil. "Pantas kan kenek truk mati terlindas truk?"
"Sepertinya kamu benar-benar ingin mendoakan aku mati ya?" Gala menaikkan satu alisnya. Biarlah, Karina tetap dengan perkiraannya.
"Ya, aku mau kamu mati!!"
"Tapi Tuhan berkata lain, Karina. Bahkan kita dipertemukan kembali sekarang."
Karina menghela napas pasrah. Dia sudah tidak bisa berlari lagi dari kenek truk itu?
"Baiklah, aku mengalah. Raka memang anak kamu. Tapi kumohon, jangan pernah bilang kalau kamu ayah kandungnya. Cukup kita berdua yang tahu." Karina berkata pilu.
"Oke, tapi ada syaratnya."
"Apa lagi.....?!" kesal Karina. Bahkan dia malah merengek.
Gala tertawa sebentar, sebelum akhirnya menjawab. "Ijinkan aku bertanggung jawab atas kalian."
"Aku bilang tidak perlu. Anggap saja aku sudah memaafkan kamu. Sekarang hidup kami sudah bahagia dan Raka juga sudah punya calon papa baru."
Gala jelas kecewa karena hal itu. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Tolong, jangan merusak hidupku untuk yang kedua kalinya." Karina kembali menghiba.
Gala hanya bisa menghembuskan napas panjang. "Oke, aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan kekasihmu. Tapi tetap ijinkan aku untuk bertanggung jawab atas Raka."
"Kalau Raka bertanya, aku harus jawab apa?" Karina kembali ketus. Lebih tepatnya dia kesal karena lelaki yang bersamanya itu tak mau menyerah.
"Terserah kamu. Kan kamu yang ingin berbohong?"
"Dasar licik!!"
"Biarin, dari pada aku ambil alih hak asuh Raka? Kamu pilih yang mana?"
"Sialan!!" Karina tak segan-segan menjambak Gala.
"Aduh!! Sakit, Rin. Kasar banget sih?"
Karina tak peduli. Dia menyilangkan tangannya di depan dada dan melengos ke sebelah kiri, dia memilih melihat pemandangan di sampingnya dari pada melihat manusia setengah iblis di sampingnya.
Sejenak, Karina menetralkan napasnya yang memburu karena emosi. Dia ingin sedikit meredakan amarahnya yang muncul setiap kali Gala mengajaknya berbicara.
"Apa yang akan kamu lakukan untuk bertanggung jawab kepada Raka?" ya, Karina harus tau soal itu.
"Apa saja. Untuk sementara, aku akan mulai dari memenuhi kebutuhan finansial Raka."
"Bagaimana dengan keluarga kamu? Apa mereka akan terima kalau harus berbagi materi dengan Raka? Bukankah penghasilan kamu hanya sedikit?" Karina meremehkan.
"Apa maksudmu? Memangnya kamu mau aku memberi Raka berapa banyak?" Gala pikir, matre juga si Karina itu.
"Bukan soal nominal, tapi pekerjaanmu sebagai sopir pribadi nggak akan bisa mencukupi Raka dan juga keluarga kamu."
"Sopir pribadi?" pekik Gala tak percaya. Karina pun mengangguk yakin.
"Nggak mungkin kamu yang sudah setua ini belum menikah bukan? Kecuali kamu nggak laku." ejek Karina.
Gala sendiri hanya bisa mendengus kesal. "Aku sudah sold out."
"Bagus deh, masih ada yang mau sama manusia brengsek kayak kamu." Seenteng itu Karina berbicara. "Gitu aja sok-sokan mau bertanggung jawab atas aku dan Raka? Emangnya kamu mampu? Pantas saja waktu itu ngotot mau minta ganti rugi kerusakan mobil. Pakai acara bilang ingin membuat Raka jera, nggak taunya nggak mampu!!" Entah kenapa Karina senang sekali mencibir Gala. Bahkan wanita itu tersenyum samar karena cibiran ke Gala itu.
Gala sendiri, awalnya ingin membantah ucapan Karina, tapi karena dia melihat senyum kecil di wajah Karina setelah wanita itu marah-marah tadi, Gala jadi mengurungkan niatnya untuk menyangkal. Gala memilih membiarkan saja persepsi Karina terhadapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Karina gala itu horang kaya tajiiiiir melintir 7 turunan 7 tanjakan tdk akan abis.....
2024-06-17
1