“Bagaimana saksi? SAH?” tanya penghulu di depan Kalun, sambil mengedarkan pandangan ke arah kedua belah saksi.
Dengan keras dan kompak mereka menjawab kata “Sahh!”
Membuat bibir Kalun tanpa sadar tertarik ke atas, dia lalu menoleh ke arah kedua orang tuanya, yang dijawab dengan anggukan dan senyuman tipis dari Erik dan Ella.
Mereka lalu berdoa bersama, sebelum mendatangkan mempelai wanita yang bersiap untuk masuk ke ruang ijab qobul.
Setelah doa selesai, pengantin wanita terlihat berjalan memasuki ruangan digandeng oleh dua wanita yang berada di sisi kanan dan kirinya.
Mata Kalun belum ingin menatap Aluna yang berjalan mendekatnya, dia tidak menyadari sudah berapa banyak air mata yang Aluna keluarkan saat dia mengucapakan ijab qobul tadi.
Langkah kaki Aluna yang semakin terdengar jelas, membuat jantung Kalun semakin berdebar. Dia lalu menoleh ke belakang. Mata Kalum tepat menatap mata indah milik Aluna, pandangan mereka terkunci satu sama lain. Saling memuji dalam hati, tapi sejenak Kalun bisa menyunggingkan senyuman manisnya untuk Aluna.
Aluna yang sudah sampai di samping Kalun, membuat Kalun tersadar dari pandangannya, di mata Kalun, Aluna siang ini terlihat lebih cantik dari biasanya, mungkin efek dari make up yang dia kenakan.
Setelah duduk, mereka segera menandatangani surat nikah yang diberikan oleh penghulu.
“Saudara Kalun, Anda bisa menyematkan cincin maskawinnya di jari kanan istri Anda,” ucap penghulu yang sebenarnya perintah wajib untuk Kalun.
Tangan Kalun terulur untuk mengambil sepasang cincin yang ada di meja, dia lalu membuka kotak bludru bewarna navy tersebut. Dia meraih cincin yang bertuliskan nama Kalun, dan memainkan dengan jarinya sebentar.
Tangan kirinya bergetar saat hendak meraih tangan Aluna, membuat Aluna langsung mengangkat tangannya di depan Kalun.
“Bisakah diwakilkan Mama saya? Jujur saya belum terbiasa melakukan kontak fisik dengan wanita selain keluarga,” jelas Kalun yang meminta pendapat penghulu di depannya.
Terlihat penghulu itu tersenyum tipis ke arah Kalun sebelum menjawab permintaan Kalun.
“Sekarang dia menjadi milikmu, Anda bebas untuk menyentuhnya, dan Anda harus terbiasa,” jawab penghulu di deoan Kalun sambil tersenyum tipis, lalu memainkan jarinya yang berada di atas meja. Mengkode Kalun supaya segera menyematkan cincin kawin. Membuat semua orang yang hadir tersenyum senang melihat kepolosan Kalun.
Tidak beda dengan Ella yang hanya bisa merangkul lengan suaminya sambil mengusap gemas lengan Erik.
“Teringat waktu aku nikahin kamu,” bisik Erik di atas rambut Ella.
Ella langsung menatap ke arah Erik sambil tersenyum senang, mengingat moment ketika suami mesumnya ini menikahi dengannya.
Kalun perlahan meraih tangan Aluna, saat tangannya sedikit tenang. Dia menatap wajah Aluna sambil menyematkan cincin di tangan Aluna.
“Dinda ampun di lepas nggeh cincine, niki sebagai petanda tresno kulo kaleh panjenengan,” goda penghulu yang tidak dipahami Kalun.
(“Dinda jangan dilepas ya cincinya, ini sebagai pengingat cintaku untukmu.” )
Mereka yang mengerti hanya bisa tertawa, membuat Kalun ikut tertawa. Padahal nggak tau artinya!
“Apa artinya Mas?” bisik Ella di samping telinga Erik. Erik hanya menggedikan bahunya karena juga tidak paham apa maksud penghulu.
“Harusnya tadi kita rekam dan tanyakan ke mbah google,” cibir Ella sambil menutup mulutnya, demi meredam suara tawa yang keluar dari bibir manisnya.
“Ambil ponselmu, siapa tau setelah ini penghulu itu ngomong lagi!” perintah Erik yang langsung dituruti Ella.
Kini gantian Aluna yang menyematkan cincin di tangan kanan Kalun, dia tidak berani menatap wajah Kalun, dia langsung menyematkan cincin itu itu di jari Kalun dengan lancar, lalu mencium tangan Kalun sesuai petunjuk yang penghulu itu perintahkan.
Setelah acara ijab qobul selesai, terlihat mereka berdua memasuki kamar hotel, mereka bersiap untuk melakukan acara resepsi yang akan di selenggarakan setelah ba’da dzuhur.
Kalun hanya mendengus kesal, karena lagi-lagi dia di paksa mengenakan baju yang hanya menutupi bagian perut ke bawah. Dia memperlihatkan bagian tubuh bagian atasnya di depan umum.
“Nggak mau dicukur dulu bulu dadanya Mas,” tawar lelaki yang sangat lentik itu pada Kalun. Kalun menggelengkan kepalanya, saat mendengar ucapan lelaki itu. Dia merasa geli sendiri ketika mendengar lelaki itu berbicara.
Setelah siap, Kalun segera mempersiapkan diri ke acara resepsi, dia hanya menurut saat siapapun membawanya untuk mengikuti acara, termasuk adat menginjak telor dan di basuh kakinya, oleh Aluna. Tapi wajahnya sangat datar tidak ada guratan senyum yang keluar dari bibir merahnya.
Mereka berdua dipamerkan di kursi pelaminan siang itu demi menjamu semua tamu yang hadir, mereka berdua melakukan ritual adat, seperti makan nasi sepiring berdua, dan minum secangkir berdua.
Dan jujur saja, ini hal pertama kali yang Kalun lakukan, dia selama ini tidak bisa memakan makanan yang diambilkan oleh tangan orang lain kecuali mamanya.
Sedangkan Aluna, terlihat datar – datar saja, dia masih belum percaya jika yang menikahinya ternyata bukanlah orang yang dia cintai, dia hanya bisa menatap tamu dengan pandangan kosong. Tanpa mempedulikan cibiran orang, yang tengah membicarakan ekspresinya.
Baginya, cibiran orang adalah transferan amalan baginya. Semakin banyak yang mencibirnya maka semakin banyak pula amalan yang akan di terima nya nanti.
Mereka berdua menerima ucapan para tamu, yang mengucapkan selamat padanya, Aluna hanya bisa berpura-pura bahagia, di atas rasa kehilangan yang tengah dia rasakan saat ini, hatinya masih perih ketika mengingat calon suaminya sudah meninggal.
Acara demi acara sudah selesai di laksanakan. Kalun dan Aluna kini tengah berada di dalam kamar hotel yang sudah di siapkan orang tuanya.
Ella tadi berpesan pada Kalun, jika malam nanti mereka akan bertolak ke Jakarta karena si kembar tidak sedang dalam masa liburan kuliah.
Kalun melihat ke arah Aluna, yang sedikit demi sedikit melepas baju adat ‘basahan’ yang dia kenakan. Dadanya yang sejak tadi terlihat di depan umum, kini mulai semakin menjadi, bahkan sekarang hanya tertinggal, kain terakhir yang Aluna kenakan.
“Bisa kamu pakai bajumu sekarang!” perintah Kalun yang merasa tidak nyaman dengan keberadaan Aluna yang hampir ***** di depannya.
Aluna yang mendengar itu langsung mengambil pakaian ganti dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Kalun mengusap dadanya karena merasa lega, sebab Aluna tidak mendekatinya.
Namun, sesaat kemudian matanya menatap tubuh Aluna yang hanya mengenakan celana hots pants dan kaos bewarna pink saat keluar dari kamar mandi.
Aluna berdiri di depan cermin sambil melepaskan jepit rambut bewarna hitam yang ada di cepol palsunya itu. Menghiraukan pandangan Kalun yang tengah menatap ke arahnya.
Ya Allah ... ingatkan hamba jika ini adalah godaan. Doa Kalun dalam hati, supaya dia bisa menenangkan jantungnya yang berdegup kencang dari biasanya, tubuh mungil dan putih Aluna kini terpaksa menodai mata yang selama ini hanya dia pakai untuk melihat hal-hal yang baik.
Kalun yang sebenarnya sudah ingin tidur tarpaksa harus pergi dari kasur empuknya, dia mengalah dan memilih untuk tidur di sofa ruangan kamar hotel.
👣
Jangan lupa like dan vote.👍😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Gechabella
ini ellany kendra bukan sih...saudara tiriny maksud aku tu...
2021-08-05
1
Setyowti Puji Rahayu
lanjuttt
2020-10-05
0
ig : skavivi_selfish
Aku dah mampir ya kak Ella, makasih jendessnya tadi 🤣
11like , sambil ninggal jejak buat
Just Mine : Cinta yang Rumit. 💛
2020-09-10
3