Pagi harinya, Kalun yang bersiap hendak pergi ke kantor, mengabaikan panggilan Ella yang meminta untuk ikut sarapan bersama, dia hanya menyapa semua orang yang ada di meja makan dengan lambaian tangan.
“Dasar nggak sopan banget anakmu itu,” cibir Erik yang tengah menatap punggung Kalun yang meninggalkan rumahnya.
Ella mengabaikan ucapan Erik, dia juga menatap kepergian Kalun sambil tersenyum tipis ke arah anak lelakinya. Tapi hatinya masih tidak tenang, karena memikirkan pernikahan dadakan yang Kalun katakan semalam.
Saat berada di dalam mobil, Kalun masih memikirkan wanita yang semalam baru dia temui. Dia lalu menoleh ke arah Doni yang tengah fokus mengemudikan mobil.
“Apa kamu sudah menemukannya?” Kalun menatap wajah Doni yang masih terlihat datar, belum ingin merespon ucapannya.
Doni menggelengkan kepalanya, karena semalam setelah selesai mengantarkan Kalun, dia kembali ke rumah sakit untuk menjelaskan keluarga Fandi, bahwa kecelakaan itu terjadi karena kecelakaan tunggal, dan mereka berada di sana hanya untuk menolong Fandi.
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Kalun dengan nada tinggi, membuat lelaki di sampingnya itu tersadar dari lamunannya.
“Emmm ... bagaimana jika kita ke makam saja Pak? Mungkin gadis itu akan hadir di pemakaman,” tawar Doni sambil menatap wajah Kalun yang terlihat cemas.
Kalun diam sebentar sebelum menjawab tawaran Doni, dia teringat jika calon mertua gadis itu tidak mengizinkan Aluna untuk menemuinya lagi.
“Sepertinya kita tidak akan menemukan dia di sana.”
“Apa salahnya jika kita mencobanya?” Doni sudah menaikkan nada bicaranya, dia geram dengan sikap lelaki di sampingnya itu, dia sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya pada Kalun, karena keputusan besar Kalun yang akan menikahi Aluna, dia bisa menyakiti orang di sekelilingnya, termasuk menyakiti Kayra.
“Terserahlah, kamu urus saja!” perintahnya sambil meraih ponsel yang sejak tadi pagi bergetar. Dia menatap nama 'Kayra' yang tertera di layar ponsel. Dia memejamkan matanya, membayangkan betapa kecewanya Kayra jika mengetahui semua ini. Tapi hatinya juga sedih mengingat Aluna yang hendak melompat ke sungai semalam.
Doni yang sudah memarkirkan mobilnya di rumah duka, segera meminta Kalun untuk turun. Namun, Kalun hanya menggelengkan kepalanya tidak ingin turun ke rumah duka, mengingat di sana akan ramai para tamu yang datang untuk takziah. Dia akan menunggu di mobil sambil menunggu gadis itu datang.
---
Jarum jam berada di angka 12 siang, sudah 2 jam Kalun berada di dalam mobil, sambil menunggu gadis itu datang, tapi yang ada gadis itu benar-benar tidak datang ke pemakaman calon suaminya. Membuat Kalun merasa semakin bersalah atas tindakannya.
Jenazah sudah di bawa ke mobil ambulan bersiap untuk di kebumikan. Kalun hanya menatapnya di balik kaca mobil Doni.
“Kita kembali ke kantor saja, percuma kita tidak akan bisa menemukannya di sini, perintahkan anak buahmu untuk mencarinya!” perintah Kalun yang sudah lelah menunggu.
Doni melajukan mobilnya ke arah kantor EL Group. Saat tiba di depan kantor Kalun justru meminta Doni untuk turun, dan segera meminta Doni untuk mengirimkan lokasi di mana jenazah Fandi di kebumikan.
Kalun menyalakan GPS nya menuju pemakaman, dia ingin menghadiri pemakaman orang yang di tabraknya kemarin, dia berharap semoga dengan seperti ini dia bisa sedikit menghilangkan rasa bersalahnya.
Saat tiba di pemakaman, suasana terlihat sudah sepi, hanya tinggal beberapa orang saja yang tengah berdiri di gundukan tanah yang masih basah itu.
Kalun menunggu semua orang yang berdiri di sana pergi, dia sudah melepaskan jas yang dia kenakan tadi, hanya tertinggal kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya.
Setelah makam Fandi tidak ada orang lagi, Kalun segera melangkahkan kakinya menuju makam Fandi. Dia terus menoleh ke arah kanan kirinya siapa tau dia bisa menemukan Aluna di sana.
Kalun yang sudah sampai di makam Fandi, dia lalu melepaskan kaca matanya, duduk berjongkok di depan gundukan tanah yang bertabur bunga merah putih tersebut.
“Maafkan aku ... ” ucapnya lirih sambil memijit pangkal hidungnya, “Andai malam itu aku tidak mengemudikan terlalu kencang, pasti kamu masih bisa selamat,” lanjutnya sambil menatap papan nama yang tertulis nama Fandi.
“Aku akan menebus kesalahanku, aku akan menggantikanmu demi wanita yang kamu cintai, terimalah itu sebagai permohonan maafku padamu,” lirihnya sambil beranjak pergi meninggalkan gundukan tanah yang masih basah tersebut.
Saat dia berbalik, matanya tertuju pada wanita yang sudah berdiri di belakangnya, wanita itu menangis tanpa suara di sana, sambil sesekali mengusap air matanya. Rambutnya tertupi syal hitam supaya orang tidak bisa mengenalinya. Kalun menatap sebentar mata wanita itu, yang sudah terlihat bengkak.
Wanita itu langsung menyingkirkan tubuh Kalun yang menghalanginya, dia memeluk gundukkan tanah yang tepat berada di samping Kalun, tidak lagi mempedulikan bajunya yang nanti akan terlihat kotor terkena tanah yang masih basah.
Kalun terlihat mengedipkan matanya berulang kali, menahan air matanya supaya tidak turun. Hatinya perih melihat wanita menangis seperti itu di depannya. Dia lalu mengulurkan sapu tangan yang ada di kantong celananya ke arah Aluna.
“Bersihkan air matamu!” ucapnya yang di hiraukan Aluna. Wanita itu masih manangis kencang di sana. Membuat Kalun tidak kuat lagi untuk melihatnya. Kalun lalu meraih lengan Aluna untuk dia bawa ke dalam mobil yang berada 50 meter dari makam.
“Lepaskan!” ucap Aluna di tengah tangisnya Saat Kalun membawanya pergi dari makam, berulang kali Aluna memberontak tapi tangan Kalun tidak ingin melepasnya dari cekalannya.
“Please, jangan halangi aku! Aku ingin memeluknya mengatakan bahwa aku ingin menyusulnya sekarang.”
“Jangan bertindak bodoh!” bentak Kalun yang sudah berbalik badan menghadap Aluna. Matanya sudah memerah manahan marah saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir tipis Aluna.
“Aku sudah bilang, aku akan menikahimu!” bentaknya lagi membuat Aluna menatap wajah Kalun, yang baru dia sadari ternyata dia bisa bertemu dengan lelaki ini lagi. Aluna memejamkan matanya, untuk menghentikan air matanya yang masih mengalir.
“Kita nggak saling mengenal! Dan aku tidak ingin membawamu ke dalam masalahku,” ucapnya tegas sambil mengibaskan tangan Kalun. Dia lalu beranjak meninggalkan Kalun yang masih berdiri di belakangnya.
“Fandi berpesan padaku untuk menggantikannya!” teriak Kalun yang membuat Aluna menghentikan langkahnya.
Aluna diam sejenak, mencerna ucapan yang keluar dari mulut Kalun, dia lalu menoleh ke arah Kalun.
“Aku tidak pernah melihatmu dengannya, mana mungkin dia bisa berpesan seperti itu padamu,” ucap Aluna menatap Kalun penuh curiga.
“Itulah yang terjadi, sebelum dia kehilangan kesadarannya.” Kalun terpaksa berbohong untuk menutupi kesalahan yang sudah dia perbuat. Dia lalu berjalan mendekat ke arah Aluna.
“Aku akan mengantarkanmu pulang,” ucapnya yang akan menarik tangan Aluna, tapi sekejap dia mengurungkan niatnya, sambil memejamkan mata. Dia tidak bisa mengenggam tangan Aluna, karena dia sangat canggung. Dia lalu meminta Aluna untuk berjalan mendahuluinya, dan Kalun mengikutinya dari belakang.
👣
Tinggalkan jejak ya, like, vote dan komentar, saran dan kritiknya, aku tunggu. 🤓🤓🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
PraSetyo Azzahra Salile Wiwi
ceritanya bagus
2023-01-09
0
Agna
💞💞💞💞💞
2021-03-28
0
𝕤𝕒𝕟𝕠
enak bgt ngakunya kecelakaan tunggal.. jelas2 salah.. harusnya di tuntut.. sayang gk ada saksi
2021-02-02
1