Pagi pun tiba, matahari berhasil masuk memasuki kamar Kalun, tidak ada suara burung berkicauan yang bisa didengar Kalun seperti biasanya, dia hanya bisa mendengar bisingnya kendaraan yang berlalu lalang, matahari terasa sudah menyengat mengenai pipinya, pertanda bahwa dia bangun kesiangan pagi ini.
Kalun menoleh ke arah papanya yang juga masih terlelap di samping kanan tempatnya tidur. Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, saat menatap lelaki di sampingnya yang masih tertidur nyenyak, papanya itu tampil apa adanya, meski dia sudah sering meminta papanya untuk mewarnai rambutnya dengan warna hitam, tapi papanya itu tetap kekeh mempertahankan warna rambut putihnya, katanya ‘itu sebagai pengingat bahwa tidak akan lama lagi dia akan meninggalkan dunia ini’.
Sejenak Kalun memikirkan permintaan papanya semalam yang memintanya untuk memberikan hadiah yang paling indah, dia tahu maksud papanya itu, dia tahu jika papanya itu menginginkan anak darinya. Tapi itu terlalu mustahil karena dia berniat tidak akan menyentuh Aluna setelah menikah nanti.
Suara gedoran pintu membuyarkan lamunan Kalun. Dia lalu beranjak dari ranjang, segera membuka pintu, yang dia ketahui dari suaranya itu adalah suara cinta pertama Kalun.
“Papamu mana?” tanya Ella saat Kalun sudah membuka pintu. Kalun menunjuk ke arah ranjang di mana Erik berada.
“Pulang jam berapa semalam? Kenapa jam segini masih nyenyak?” tanya Ella penuh selidik menatap wajah Kalun yang masih terlihat mengantuk.
“Jam 11 Ma.” Kalun menjawab sambil berjalan ke arah kamar mandi.
“Mandilah sekalian Kal, satu jam lagi kita akan berangkat ke rumah calon istrimu,” teriak Ella dari luar kamar mandi. Membuat Erik terbangun dan langsung menarik tanganya, membuat Ella terjatuh ke atas kasur king size Kalun.
“Masih pagi jangan berteriak terlalu keras Sayang,” ucap Erik sambil memeluk pinggang Ella.
“Buka matamu! Lihatlah itu sudah jam berapa!” ucap Ella sambil menunjuk ke arah jam dengan dagunya. Erik melirik ke arah jam lalu tersenyum tipis ke arah Ella.
“Good morning istriku, kamu semakin cantik,” puji Erik sambil melepaskan pelukkan tangannya, karena mendengar Kalun sudah membuka pintu kamar mandi.
Ella lalu duduk dari tidurnya, dia hendak menyiapkan pakaian yang akan Kalun kenakan saat acara ijab qobul nanti.
Erik yang sudah sadar sepenuhnya, memilih meninggalkan mereka berdua menuju kamarnya.
“Kamu tahu ini baju siapa?” tanya Ella saat menyerahkan baju putih ke tangan Kalun. Anaknya itu hanya mengelengkan kepalanya lemah.
“Berhubung kamu menikah dadakan, jadi Mama nggak sempat pesankan kamu baju yang bagus, tapi ini masih bagus kok meski sudah hampir 30 tahun lamanya Mama simpan,” ucap Ella sambil menatap Kalun. “Ini baju Papamu saat menikahi Mama,” lanjut Ella sambil membuka kancing baju pengantin untuk Kalun. Entah kenapa hatinya sangat sedih, karena tidak bisa memberikan baju yang bagus untuk anaknya, di hari paling spesial anaknya itu.
“Bisakah Mama memelukmu sebelum Mama memakaikan ini. Mama takut jika memelukmu setelah kamu memakainya, air mata Mama akan membasahi bajumu.”
Kalun langsung membawa tubuh Ella ke dalam pelukkannya, menenangkan Ella yang sedang terisak karena dirinya.
“Jangan menangis Ma,” ucap Kalun sambil memeluk Ella. Sedangkan Ella berusaha menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya.
Ella lalu melepaskan pelukkannya, dia berpegangan di kedua lengan Kalun, matanya menatap wajah anaknya yang lebih tinggi darinya.
“Mama tidak tahu apa yang terjadi denganmu, Mama merasa kamu tidak benar-benar mencintainya, jika itu benar, berusahalah untuk tidak menyakiti perasaanya. Apapun yang terjadi nanti, kamu jangan egois hanya memikirkan perasaanmu saja,” pesan Ella sambil berusaha menghentikan tangisnya. Tanganya lalu mengusap pipi Kalun, sambil mencoba tersenyum tipis ke arah anaknya.
Hati Kalun terasa perih, melihat wanita di depannya ini menangis, air matanya sudah tidak bisa dia tahan. Dia kembali memeluk erat tubuh Ella, menenangkan kerisauan yang Ella alami.
Erik yang baru saja masuk kembali ke kamar Kalun, hanya bisa menyaksikan drama ala sinetron Indonesia di depannya itu.
“Besok aku akan mengundang sutradara untuk meliput acara kalian,” cibir Erik sambil meraih pinggang Ella.
“Pakai bajumu sendiri!” perintah Erik sambil meletakkan baju putih itu di atas ranjang. Dia lalu membawa Ella keluar kamar. Membiarkan Kalun masih menatap kepergian mereka berdua.
---
Setelah semua siap, Kalun segera masuk ke dalam mobil pengantin yang sudah di siapkan mempelai wanita. Hatinya berdebar tidak karuan, dia meyakinkan lagi bahwa dia harus menebus kesalahannya, demi menghilangkan rasa bersalah dan demi adik-adiknya supaya tidak mengalami hal yang sama dengan Aluna.
Setelah lima belas menit, keluarga Kalun tiba di hotel yang akan menjadi tempatnya mengucapkan ijab qobul sekaligus tempatnya melakukan resepsi.
Doni yang sudah berada di lokasi terus memantau keadaan, supaya pernikahan yang berlangsung di Solo itu tidak menyebar di Jakarta. Itu semua supaya keluarga Kayra tidak mendengar jika Kalun sudah menikah dengan wanita lain.
Kalun berjalan di atas karpet bewarna merah, dia memakai baju pengantin bewarna putih, yang serasi dengan peci yang dia kenakan. Tangannya sudah dituntun oleh Erik dan Doni. Mereka menuju meja yang sudah ada penghulu yang tengah menunggunya.
Jantung Kalun semakin berdebar, membuat Erik tidak bisa menahan senyum tipisnya. Dia terus menenangkan Kalun yang terlihat sekali dia sedang nerveos.
Pengantin wanita masih disembunyikan di dalam kamar pengantin, Kalun hanya berhadapan dengan papa Aluna. Dan para lelaki yang akan dijadikan saksi.
Sejenak Kalun mendengarkan baik-baik ucapan yang disampaikan penghulu di depannya. Penghulu itu meminta Kalun untuk latihan terlebih dahulu, supaya acara ijab qobulnya bisa berjalan dengan lancar.
“Apa maharnya?” tanya penghulu yang menjabat tangan Kalun setelah mengucapkan salam.
“Cincin emas 5 gram.” Kalun berucap jelas, membuat Ella dan Erik saling bertukar pandangan.
“Nggak ada seperangkat alat sholat?”
“Saya belum tentu bisa menuntunnya ke jalan yang baik, jadi soal itu saya masih butuh belajar lagi.” Ucapan Kalun itu membuat Erik menggelengkan kepalanya. Sedangkan Budi hanya mengangguk mengerti, sambil tersenyum tipis ke arah Kalun.
“Apa saudara tidak mengalami paksaan saat akan menikahi calon istrimu?”
Kalun diam sejenak saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut pak penghulu. Dia baru menyadari jika ada pertanyaan seperti ini ketika akan mengucapkan ijab qobul.
“Sama sekali tidak.” Kalun menjawab singkat, tapi dia tidak berani menatap mata penghulu di depannya.
“Baiklah jika begitu.” Penghulu itu lalu memulai membacakan doa pembukaan, dilanjutkan membacakan Al-quran oleh Qori' yang sudah di siapkan oleh penyelenggara acara ijab qobul.
Jantung Kalun semakin berdebar kencang ketika Qori' menutup salam, pertanda pembacaan Al-quran sudah selesai.
Penghulu yang ada di depan Kalun, mulai memulai inti akad nikah, dia menerima perintah dari calon mertua Kalun yang memintanya untuk menikahkan putrinya.
Penghulu itu mulai mengucapkan kalimat syahadat, diiringi suara dari para tamu undangan yang hadir, terlihat Kalun bisa mengucapkannya dengan baik, dia bisa mengucapkan dengan sepenuh hati, seperti terdengar jika ini adalah akad nikah pertama dan terakhirnya.
Tangan penghulu terulur di depan Kalun, mengkode Kalun untuk segera menerimanya, dengan cepat Kalun mengeratkan tangannya ke penghulu di depannya, sambil menatap ke arah wajah penghulu di depannya.
“Saudara Kalundra Ananda Ramones Bin Erik Ramones saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Aluna Dinda Soeharjo Binti Budi Soeharjo dengan mas kawinnya berupa cincin emas 5 gram di bayar TUNAI!” ucap penghulu di depan Kalun dengan keras dan jelas.
Terlihat Kalun memejamkan matanya sebelum menjawab ucapan penghulu yang berada di depannya. Dia lalu menarik nafasnya dalam sambil menatap ke arah tangannya yang di genggam penghulu.
“Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Dinda Soeharjo Binti Budi Soeharjo dengan maskawin tersebut dibayar TUNAI!” Kalun bisa menjawab ucapan penghulu itu dengan jelas dan dalam satu tarikkan nafas, jantungnya masih berdegup sambil menunggu penghulu itu mengucapkan kata ‘Sah!’ keringat Kalun terlihat sudah membasahi dahinya, bahkan pinggiran peci yang dia kenakan sudah terlihat basah.
“Bagaimana saksi? SAH?” tanya penghulu di depan Kalun, sambil mengedarkan pandangan ke arah kedua belah saksi.
👣
Gantung ya ... 😁
Tebak dulu, ada yang datang nggak? atau Kayra datang ke acara nikah Kalun untuk membatalkan acara mereka? tunggu up berikutnya ya .... Jangan lupa like dan vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Irat Tok
SAH
2023-02-15
0
Surtinah Tina
sah aja langsung...
2021-07-08
0
Amryna Rosyadah
Kalun kliatan g niat bgt y horang kaya ngasih mas kawin cm emas 5gr 😒😁
2021-01-06
0