Pagi harinya seperti rencana kemarin, Yusuf dan Dira langsung menuju rumah baru mereka setelah selesai sarapan. Ibu Fatimah juga ikut.
Sampai di rumah, mereka di sambut Pak Karno dan istrinya. Wanita paruh baya itu memang sengaja di tempatkan orang tua Dira untuk menemani dirinya.
Kedua orang tua Dira juga ada di sana. Ibu Fatimah dan Yusuf menyalami mereka.
"Semoga dengan pindahnya kalian ke sini akan memberikan kami cucu secepatnya. Mama sudah ingin menggendong cucu," ucap Mamanya Dira.
Dira hanya membalas dengan senyuman simpul. Dalam hatinya berkata, bagaimana bisa memberikan cucu secepatnya jika mereka saja belum pernah berhubungan badan.
Dira juga tak mau menuntut, selain malu juga karena dia tahu kalau sang suami saat ini masih sakit. Cuma sebagai wanita dia tetap berpikir yang bukan-bukan. Sempat terpikir karena Yusuf memiliki wanita lain, sehingga dia tak mau menyentuhnya.
Mereka semua mengobrol di ruang keluarga sambil makan cemilan. Jam sepuluh kedua orang tua Dira pamit. Ibu Fatimah juga ikutan.
"Dira, aku harus pamit. Takut kemalaman di jalan jika sore aku baru berangkat," pamit Yusuf.
"Iya, Mas. Sebaiknya memang Mas segera berangkat. Biar Pak Karno yang jadi supir. Besok Mas bisa Pak Karno pulang dengan travel," ucap Dira.
Dia takut suaminya ngantuk jika harus menyetir sendiri. Ibu Fatimah juga menyarankan hal yang sama.
Awalnya Yusuf tak mau, karena takut merepotkan pria itu. Tapi karena Ibunya dan Dira memaksa, akhirnya dia setuju.
Ibu Fatimah sekalian pulang dengan mobil sang putra. Yusuf mengantar hingga di halaman rumah saja, tak ingin mampir.
Sebelum masuk mobil, Dira mencium tangan suaminya. Yusuf membalas dengan mengecup dahi sang istri. Hanya dengan melakukan hal itu saja, membuat jantung Dira berdetak lebih cepat. Dia tersenyum manis dengan sang suami.
"Hati-hati, Mas. Kabari jika telah sampai. Pak Karno jangan ngebut. Jika mengantuk istirahat," pesan sang istri, Dira.
"Kamu juga hati-hati di rumah. Jumat aku datang lagi," balas Yusuf.
Hanya mendengar ucapan Yusuf itu saja, membuat hati Dira berbunga-bunga. Hingga mobil sang suami hilang dari pandangan, senyuman masih terukir di wajahnya.
Di saat bersamaan, Celina yang ingin menuju rumah kediaman orang yang membutuhkan jasanya itu terkejut melihat mobil yang sedikit di hafalnya.
"Seperti mobil Yusuf, tapi tak mungkin. Untuk apa dia ke desa ini?" tanya Celina dalam hatinya.
Celina melanjutkan langkah kakinya. Hingga sampai di rumah yang dia idamkan itu. Dia tampak sangat kagum dengan model bangunannya.
Celina lalu mengetuk pintu rumah Dira. Beberapa saat, terdengar suara langkah kaki seseorang berjalan mendekat.
Dira terpaku sesat melihat kedatangan Celina. Wanita itu tak percaya jika tamunya seorang wanita muda yang cantik. Walau tanpa polesan.
"Selamat siang, Bu. Saya Lili. Bu Bidan mengatakan jika Ibu butuh tenaga seseorang untuk membantu membersihkan rumah," ucap Celina sambil memperkenalkan dirinya.
"Oh, iya. Silakan masuk!" seru Dira.
Dira mengajak Celina atau Lili masuk. Dia lalu membawa ke dapur.
"Kebetulan aku dan bibi akan makan siang. Kita makan dulu, baru nanti aku tunjukan apa aja yang kamu kerjakan," ajak Dira.
"Mbak makan saja. Aku masih kenyang," ucap Celina menolak.
"Tak baik menolak rezeki, ayolah. Aku masak banyak," ajak Dira lagi.
Dengan terpaksa Celina akhirnya ikut Dira ke meja makan. Mereka bertiga lalu menyantap hidangan.
Dira memandangi Celina yang tampak kurang berselera. Teringat ucapan Bu Bidan jika wanita dihadapannya sedang hamil muda.
"Kamu hamil'kan?" tanya Dira.
Pertanyaan Dira membuat Celina terkejut hingga tersedak. Dia mengira wanita itu pasti tak akan jadi menerimanya karena sedang hamil.
Hanya anggukan kepala sebagai jawaban. Dia tak ingin menutupi kehamilannya yang akan membuat orang curiga jika mengetahui kebenarannya nanti.
"Kamu harus banyak makan. Biar baginya sehat. Walau tak ada selera harus dipaksakan. Suami kamu kemana?" tanya Dira lagi.
Kembali pertanyaan wanita itu membuat Celina tersedak. Dira lalu memberikan air minum.
"Aku kabur dari rumah, Mbak," jawab Celina.
"Maaf, Lili. Apa pun masalah kamu dan suami, aku doakan semuanya dapat terselesaikan. Semoga kamu dan suami kembali bersatu demi anak kalian," ucap Dira lagi.
Bibi yang duluan selesai makan, dia lalu pamit karena ingin melanjutkan mencuci pakaian. Setelah makan, Dira mengajak Celina duduk di ruang keluarga.
"Lili, tugas kamu nanti membersihkan rumah ini. Termasuk kamarku. Untuk saat ini kamu cukup bersihkan rumah, kamarku masih berantakan. Aku belum menyusun baju dan foto pernikahanku belum aku pajang," ucap Dira.
Ternyata Dira termasuk wanita yang banyak bicara. Berbeda saat dia bersama Yusuf yang lebih banyak diam.
"Baik, Mbak. Kalau begitu aku izin buat bersihkan rumah dulu," balas Celina.
"Duduk saja dulu. Nanti saja bersihkan rumah. Baru selesai makan, masa langsung kerja. Usia kamu berapa, Li?" Kembali Dira bertanya.
"Dua puluh dua tahun, Mbak," jawab Lili.
Mendengar jawaban Celina, Dira menjadi terkejut. Di usia muda wanita itu harus hidup sebatang kara.
"Doakan aku juga segera hamil, ya! Aku sangat mencintai suamiku dan berharap benih cintanya tumbuh di rahimku ini," ucap Dira dengan wajah sedih.
"Semoga secepatnya Mbak Dira hamil," balas Celina.
"Li, kamu kalau datang pagi saja bagaimana? Kamu sekalian temani aku ngobrol. Dari dulu aku ingin punya adik perempuan, agar bisa berbagi cerita," ujar Dira.
Celina menyetujui apa yang Dira minta. Setelah satu jam bicara, mulai dari masa remaja Dira yang harus dia habiskan di kamar seorang diri. Tak ada yang mau berteman dengannya karena mama dan papanya yang lurah. Orang segan mengajaknya bermain.
Setelah membersihkan rumah, dan istirahat sejenak Celina lalu pamit.
"Mbak, aku pamit dulu. Masih ada kerjaan di rumah," pamit Celina. Dia teringat baju Bu Bidan yang belum di setrika.
"Terima kasih, ya. Ini ada lauk, bisa buat makan malam kamu. Harus makan banyak agar dedeknya sehat," ujar Dira.
Dira memberikan satu rantang empat susun, yang berisi nasi, lauk, sayur dan buah. Celina terharu melihat kebaikan Dira. Padahal mereka baru kenalan dan dirinya di sini hanya sebagai pembantu, tapi wanita itu memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
"Terima kasih, Mbak. Semoga Mbak dan suami diberikan kebahagiaan dan segera diberikan momongan," ujar Celina berdoa dengan sepenuh hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
Da ada bibi ngapain lagi sich pake jasa cekine
2024-08-24
1
Cicih Sophiana
semoga cinta Yusuf teguh buat Celina... apapun yg terjadi hanya Celina cintanya Yusuf... semoga Yusuf tudak tergoda Dira...
2024-06-06
0
🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ
waduhhh bagaimana kalo sampai yusuf tau celina alias lili yang kerja dirumahhya dan.. dan.. aahh 🤭🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2024-05-22
0