Bab Tiga

Dua orang pria berbadan kekar itu meminta Celina turun dari mobil begitu sampai di sebuah rumah besar dan mewah. Tak ada pilihan lain, dia terpaksa mengikuti apa maunya mereka.

Melewati ruang tamu, Celina di minta ke sebuah ruangan yang berada paling belakang rumah itu. Dia masuk setelah pintu di buka. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan dandanan menor dan pakaian ketat. Dialah mami Angel.

"Akhirnya kamu pulang juga!" ucap Mami Angel dengan tersenyum sinis.

"Aku tak kemana-mana.Tentu saja aku pulang ke kost juga!" jawab Celina. Dia tak merasa takut dan tertekan walau wanita itu menatapnya dengan pandangan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Kemana kamu dua hari ini?" tanya Mami dengan suara yang tinggi.

"Aku pergi menenangkan diri!" jawab Celina dengan suara yang tegas, tidak ada sedikitpun rasa takut pada dirinya.

Mami Angel berdiri dari kursi kebanggaannya. Berjalan mendekati Celina dan langsung menampar pipinya dengan sangat keras.

Pipinya terasa panas. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, dia dengan tanpa rasa takut membalas menatap wajah Mami Angel.

"Kenapa kau meninggalkan pelanggan lagi?" tanya Mama Angel dengan suara menggelegar.

"Aku sudah katakan, tidak akan mau melayani mereka jika tak menggunakan pengaman!" jawab Celina dengan tanpa rasa takut.

Mami Angel mendekati Celina dan menarik rambutnya. Wanita itu terdengar meringis kesakitan. Namun, dia mencoba menahan air matanya agar tak tumpah membasahi pipi. Dia tak mau terlihat lemah.

"Apa kau lupa siapa dirimu? Jangan belagu! Kau hanyalah seonggok sampah!" ucap Mami Angel.

"Mi, dari awal kita sudah setuju dengan syarat ku itu. Jika Mami tak memenuhi, sama saja melanggar perjanjian. Bukankah di surat itu jelas tertulis, bagi yang melanggar akan membayar denda sebesar satu miliar!" seru Celina.

Mami Angel terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara. Dia tampaknya takut jika Celina menuntut, secara kertas perjanjian yang satu ada ditangannya dan satu lagi di pegang Celina.

"Jika kau merasa keberatan, bisa hubungi aku. Jangan main tinggalin pelanggan begitu saja. Apa kau tau pria yang kau tinggalkan itu, dia seorang pejabat! Dia lalu menuntutku mengganti kerugian. Beruntung dia mau berdamai dengan jumlah uang yang tak menguras semua tabunganku!" ucap Mami Angel.

"Aku juga bisa menuntutnya dengan tindakan kekerasan!" jawab Celina dengan nada tinggi.

"Aku tak mau kejadian serupa terulang lagi. Kau selalu saja bermasalah dengan pelanggan, bukan sekali dua kali!"

"Aku akan melayani mereka dengan baik jika mengikuti aturan. Mami juga harus mengatakan syarat yang aku berikan jika ada yang ingin memakai jasaku. Ingat, kita juga ada surat perjanjian. Jika ada yang melanggar, akan dikenakan denda. Aku rasa Mami pasti masih ingat apa isinya!" ucap Celina dengan penuh penekanan.

Mami Angel kembali ke tempat duduknya. Dia tampak kesal mendengar ucapan Celina. Mungkin dia pikir wanita muda itu tak akan berani membantah ucapannya.

Biasanya Celina hanya menerima apa saja yang dikatakan mami Angel. Hari ini dia berani membantahnya.

"Pergilah dari sini sebelum aku berubah pikiran dan kembali menyiksamu! Kau harus melayani pelanggan nanti malam. Jangan pernah kabur lagi!" ucap Mami Angel dengan nada tinggi.

Tanpa menjawab ucapan Mami Angel, wanita muda itu keluar dari ruangan. Bersyukur dia tak di pukul dan dicambuk seperti biasanya jika melakukan kesalahan.

Celina sudah bertekad tak akan tinggal diam atas perlakuan mami Angel lagi. Bukankah wanita itu juga mendapatkan keuntungan dari kerjanya.

**

Sudah satu minggu berlalu. Yusuf masih teringat dengan Celina. Dia telah mencoba mencari ke tempat-tempat lokalisasi. Namun, belum menemukan wanita yang dia cari.

"Kemana aku mencari'mu lagi, Celina? Atau kamu berbohong padaku? Sebenarnya dia bukan wanita malam. Kalau begitu, aku telah menodainya hari itu!" gumam Yusuf pada dirinya sendiri.

Dia duduk di sebuah kafe. Memperhatikan setiap wanita yang masuk, berharap salah satunya adalah Celina.

Saat sedang asyik memperhatikan wanita-wanita yang masuk, ponselnya berdering. Yusuf melihat di layar tertera nama ibunya.

"Selamat Sore, Bu. Apa kabar?" tanya Yusuf dengan suara lembut.

"Selamat sore. Kabar ibu baik. Kamu kapan pulang?" tanya ibu Yusuf.

"Aku belum mengambil cuti, Bu. Kerjaan masih banyak. Nanti setelah ada waktu senggang, aku pasti akan pulang," jawab Yusuf.

Ibu Yusuf tinggal di kota kecil. Berjarak delapan jam dari tempat tinggalnya. Di sana, sang ibu tinggal dengan seorang sepupunya. Ayah Yusuf telah tiada.

"Apa kamu sudah ada calon? Ingat Yusuf, jika tahun ini kamu belum juga ada calon istri, kamu harus terima ibu jodohkan!" ucap Ibu Yusuf yang bernama Fatimah.

"Bu, jodoh itu tidak bisa aku paksakan. Semua takdir dari Allah. Jika memang jodohku belum ada, aku harus bagaimana?" tanya Yusuf masih dengan suara yang lembut.

"Walaupun jodoh itu takdir dari Allah, bukan berarti kamu harus berpasrah menunggu jodoh itu datang. Semua juga butuh ikhtiar!" jawab Ibu Fatimah.

"Baiklah, Bu. Apa pun yang terbaik menurut Ibu, aku ikut saja. Beri aku waktu lagi, dua bulan ini. Setelah itu Ibu bisa menjodohkan aku dengan siapa pun gadis yang ibu suka," balas Yusuf akhirnya.

Ibunya selalu saja mengingatkan tentang jodoh setiap kali menelpon. Dia selalu mendesak Yusuf untuk segera menikah. Padahal usianya juga belum terlalu tua. Masih tiga puluh tahun.

Yusuf menghabiskan sisa makanannya. Sudah hampir dua jam dia berada di kafe ini, tapi tak jua ada wanita yang dia cari. Padahal dia sangat berharap bertemu di sini, karena dia menemukan Celina saat pingsan, berada di sekitar jalan ini.

Dengan kecepatan sedang dia menjalankan mobilnya menuju rumah. Sebelumnya Yusuf mampir membeli makanan untuk cemilan sambil menonton bola nanti.

Saat sampai di halaman rumahnya, dia melihat seseorang yang tertidur di kursi teras. Yusuf menghentikan mobilnya. Berjalan mendekati orang itu.

Ketika telah makin dekat, Yusuf sangat terkejut ketika menyadari jika itu Celina. Tapi sepertinya wanita itu sedang mabuk.

"Celina ...." Yusuf membangunkan wanita itu yang tertidur di teras rumahnya. Beruntung rumahnya terpencil sendiri, jauh dari tetangga sehingga tak menimbulkan kehebohan jika ada yang melihat seorang wanita di rumahnya.

"Yusuf ....! Celina memandangi wajah pria itu dengan intens. Mungkin karena mabuk, dia harus menatap lebih lama untuk memastikan pandangannya.

Yusuf membuka pintu rumahnya dan membawa wanita itu masuk. Dia lalu meminta Celina berbaring di sofa ruang keluarga.

"Kamu tunggu di sini, aku buatkan teh hangat untukmu," ucap Yusuf.

Tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya, Yusuf berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan segelas teh hangat. Pria itu tampak terkejut melihat apa yang Celina lakukan.

***

Selamat Pagi. Maaf jika mama selalu mengingatkan untuk membaca setiap update novelnya agar retensi terjaga. Jangan menumpuk bab.

Mama juga minta like dan komentarnya di setiap bab. Terima kasih. Lope-lope sekebon jengkol untuk semuanya. 🥰🥰🥰

Bonus Visual

Celina

Yusuf

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

mungkin udah jodoh Yusuf... Celina yg datang sendiri kerumah Yusuf...

2024-05-31

1

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

ibunda yusuf,, anakmu sudah dewasa biarkan dia mencari jodohnya sendiri lahh🙄

2024-05-20

1

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

astaga nih mucikari berhati iblis 🙄 main siksa aja 🤧

2024-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!