Lebih dari satu jam Celina terduduk seorang diri di jalanan yang sepi. Air matanya masih terus tumpah membasahi pipi, seperti tak ada keringnya.
Celina kembali meneruskan perjalanannya menuju rumah kontrakan. Dia ingat di rumah ada kain Bu Bidan yang belum dia cuci. Wanita itu memang menjadi buruh cuci. Apa pun dilakukan untuk menambah pemasukan.
Sambil berjalan, Celina terus mengusap perutnya. Dia masih berpikir apa langkah selanjutnya.
Jika dia menggugurkan kandungan sama saja dia membunuh darah dagingnya. Dosanya selama ini sudah terlalu banyak. Tak ingin menambah lagi.
Sampai di rumah, kembali Celina terduduk di lantai. Tangisnya kembali pecah. Dia memukul dadanya yang kembali terasa sesak.
"Kalau ada yang tanya, sekarang aku bagaimana? Aku akan menjawab, sekarang aku sedang berusaha dan berjuang bagaimana untuk tetap melanjutkan hidup di saat aku merasa mati lebih baik. Aku berusaha untuk tetap sehat dan berpikir waras. Aku di sini sedang berdamai dengan semua luka ku ini. Aku sedang tidak baik-baik saja. Pikiran dan keadaan hatiku kacau. Banyak hal yang melukai hatiku akhir-akhir ini. Aku di hantam oleh kerasnya dunia. Aku menangis hampir sepanjang malam. Untuk saat ini biarkan aku pulih dengan caraku. Mungkin tidak akan mudah dan cepat. Mungkin tidak akan sembuh sekarang, tapi nanti di waktu yang tepat."
"Se-pasrah inikah aku sekarang? Hanya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Terserah sama semesta. Aku sudah cape. Rasanya aku ingin menyusul ayah dan ibu."
Setelah merasa agak tenang, Celine lalu bangun dan menuju dapur. Dia melihat ada telur dan membuat telur ceplok. Dia mencoba makan, tapi selera makannya tak ada.
Celine meninggalkan nasinya dan masuk ke kamar mandi. Mencuci baju Bu Bidan dan setelah itu menjemurnya.
Di dalam kamar, Celine mengambil ponselnya. Mencoba menghidupkan lagi dengan kartu lamanya. Sudah satu bulan lebih benda itu tak dia sentuh. Banyak pesan masuk dari Mami Angel dan Yusuf.
Mami Angel yang mengancamnya. Dan juga dari Yusuf yang memintanya kembali. Air mata Celina Kemabli berlinang, dipegangnya perut yang masih datar.
"Yusuf, apa kamu tau, di dalam perutku ini sedang tumbuh benihmu. Apakah suatu hari nanti kita masih bisa bertemu?" tanya Celina dalam hatinya.
Hanya membaca semua pesan Mami Angel dan Yusuf, lalu Celine kembali mematikan ponselnya. Dia tak ingin keberadaannya di lacak.
Salah satu pesan dari Yusuf, "Aku ingin mengatakan padamu bahwa di mana pun aku berada, apa pun yang terjadi, aku akan selalu memikirkan mu, dan waktu yang telah kita habiskan bersama adalah waktu yang paling menyenangkan bagiku. Aku mencintaimu, dan aku akan mencintaimu sampai mati. Jika ada kehidupan setelah itu, aku akan mencintaimu lagi."
Celina menangis membaca isi pesan dari Yusuf. Jika saja dia mau egois, mungkin dia akan tetap bertahan dengan hubungannya. Namun, dia tak mau kehadirannya akan membuat hubungan pria itu dan sang ibu menjadi renggang.
Aku tidak tahu kenapa Allah memilihku sebagai manusia yang hidup dengan takdir yang keras. Entah dari mana Allah melihat ketangguhan ku, serta kemampuanku untuk melewati semua ini. Bahkan setiap hari diri ini selalu berpura-pura untuk terlibat baik-baik saja dihadapan semua orang. Menahan rasa ingin mengeluh, kesal, rasa hancur dan kecewa. Ingin marah tapi semua harus aku tahan sendirian. Bagaimana bisa Allah memberikan ujian berat ini kepadaku. Bagaimana bisa Allah percaya bahwa aku mampu melewati semua ini. Oleh karena itu pintaku tidak banyak, jika memang ini sudah menjadi jalan takdirku, semoga aku selalu diberikan kekuatan, serta kesabaran untuk menjalani dan melewati untuk menghadapi jalan takdirku
***
Dira merasa gugup saat membuka matanya pada pagi ini. Dia melihat sekelilingnya, sementara luar masih terik di luar jendela kamarnya. Pelan-pelan, Dira menggeser tubuhnya untuk duduk, bersemangat dengan rencananya hari ini. Hari yang salah satu tujuannya adalah membuat sarapan spesial untuk suaminya, Yusuf.
Yusuf dan Dira baru menikah selama satu minggu, tetapi pernikahan ini bukanlah pernikahan karena cinta. Mereka dipertemukan oleh sebuah perkawinan yang diatur oleh keluarga mereka. Sejak awal menikah, Dira merasakan ketidaksenangan dalam hubungan mereka. Yusuf terlihat sangat dingin dan tidak mencintai Dira. Tetapi Dira berharap, dengan memberikan perhatian lebih kepada Yusuf, hatinya akan secara perlahan-lahan melembut.
Dira bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju dapur dengan perasaan bersemangat. Ia menebak apa yang akan membuat sarapan spesial untuk Yusuf. Kemarin Yusuf masih tampak belum berselera makan, jadi Dira memutuskan untuk menyiapkan buahan saja sebagai sarapan suaminya itu.
Saat Dira mulai memotong-motong buah-buah tersebut, ia merenung tentang hubungan mereka. "Kenapa kita tidak bisa mencintai satu sama lain seperti sepasang suami-istri seharusnya, Mas?" gumamnya sambil mengeluh dalam hati. Dira ingin menunjukkan ketulusannya kepada Yusuf, bahwasanya ia dapat menjaga hubungan ini dengan baik, meskipun mereka tidak menikah karena cinta.
Sementara itu, Yusuf tampak masih terlelap di kamar tidurnya. Dengan napas yang pelan, ia berbaring tak bergerak. Dira menghampirinya untuk membangunkannya, tapi ia ragu. Bagaimana jika Yusuf tidak menyukai sarapan yang sebenarnya dibuat dengan hati-hati ini?
Namun, tekad Dira tidak menyerah begitu saja. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa hal ini harus dilakukan. Dira kemudian menghampiri tempat tidur Yusuf, mengetuk-ngetuk tubuhnya dengan lembut. "Mas, bangun! aku membuatkan sarapan spesial untukmu," bisiknya dengan penuh harap.
Yusuf terbangun dengan malas. Matanya masih terpejam sementara ia membuka mulutnya setelah tersadar bahwa Dira sedang ada di sampingnya. "Ada apa, Dira?" tanya Yusuf dengan suara datar.
"Aku sudah siapkan sarapan untuk, Mas. Setelah sarapan, kita ke Bidan. Katanya kepala Mas masih sering pusing," ucap Dira. Yusuf hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setengah jam kemudian Yusuf keluar dari kamar dengan pakaian yang telah rapi. Dira lalu tersenyum menyambut suaminya. Ibu sudah pergi ke pasar sehingga hanya tinggal mereka berdua.
"Aku membuatkan sarapan untukmu. Mangga dan pisang adalah makanan yang kamu sukai'kan, Mas," kata Dira pelan, mencoba menarik perhatian Yusuf. Tetapi ia hanya mendapatkan anggukan dari suaminya tanpa melihat ke arahnya. Dira merasa putus asa, tetapi ia tetap bertahan.
Dira mencoba lagi, "Aku ingin kita lebih dekat, kita bisa memahami dan saling mendukung satu sama lain. Kita bisa membuat pernikahan ini berjalan baik, meskipun kita menikah karena perjodohan." Dia berjuang menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun Yusuf tidak memberikan reaksi apa pun.
Tetapi secara perlahan, Yusuf mengambil secarik pisang dan menunjukkannya kepada Dira. Tatapan matanya penuh keraguan. "Kamu tidak pernah bertanya apa yang aku inginkan. Mungkin, aku memang tidak butuh sarapan ini," ucap Yusuf dingin. Dira terpukul dengan perkataan itu, tetapi ia tidak menyerah.
"Maafkan aku jika aku membuatmu merasa seperti itu. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita, Mas," ujar Dira dengan suara lembut. Tetesan air mata melewati pipi Dira, seiring dengan perasaan yang ia alami. "Aku akan terus berusaha membuat kita lebih dekat. Aku akan menjadi istri yang baik bagimu, walau aku tau kamu tak mencintaiku," tambahnya lirih.
Yusuf mendengarkan perkataan Dira dengan tatapan yang sedikit lebih bersahabat. Ia menyadari bahwa Dira benar-benar berusaha. Tatapan matanya memperlihatkan sedikit kebaikan yang tidak pernah Dira lihat sebelumnya.
Perlahan, Yusuf mencicipi potongan-potongan pisang yang telah disediakan oleh Dira. Sudahkah perlahan-lahan hati Yusuf mulai melembut?
Dalam diam, Dira terus berdoa dan tetap berjuang. Ia mengerti bahwa hubungan mereka butuh waktu dan pengorbanan. Tetapi Dira tidak kehabisan harapan. Ia tetap percaya bahwa cinta dapat tumbuh di antara mereka, meskipun dimulai dari pernikahan yang tidak didasari cinta.
Setelah sarapan, mereka berdua menuju rumah seorang bidan. Di kampung mereka hanya ada bidan, jika ingin berobat ke dokter harus sedikit ke kota yang membutuhkan waktu setengah jam lebih perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Puji Rahayu
k bu bidan jug ktemu deh...
berati emg jodoh yusuf & celina
2024-11-22
0
Cicih Sophiana
semoga aja bidan bilang klo istri Yusuf sedang hamil... biar Yusuf dan si Dira kaget
2024-06-05
1
Dwi MaRITA
wkt periksa ke bidan.... kan bertemu celina kah? 😳
2024-05-21
0