Bab Tujuh

Celina terkejut melihat ada wanita paruh baya yang masuk ke dalam kamar. Dia mengucek matanya memastikan semua tidak mimpi.

"Ibu siapa? Kenapa bisa masuk ke rumah ini?" tanya Celina dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Wanita paruh baya itu mendekati Celina. Memandangi tanpa kedip dengan mata tajam seolah ingin mengulitinya.

Celina yang baru menyadari jika dirinya belum berpakaian menutup tubuhnya dengan selimut. Dia lalu menunduk.

"Aku yang seharusnya bertanya denganmu! Siapa kamu, kenapa bisa ada di kamar putraku dengan tubuh telanjang?" tanya wanita paruh baya itu dengan suara yang menggelegar.

"Putra ...?" tanya Celina pada dirinya sendiri.

Celina lalu mengusap wajahnya menyadari apa yang terjadi. Berarti wanita yang berada dihadapan dirinya saat ini adalah ibu dari Yusuf. Dia makin menunduk tak sanggup menatap.

"Cepat pakai bajumu dan pergi dari rumah putraku. Kau pasti yang telah meracuni isi kepala Yusuf sehingga dia tak mau menikah dan lebih memilih hidup bebas seperti ini!" ujar Ibu Fatimah, ibunya Yusuf.

Dengan berbalut selimut, Celina berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhnya. Saat keluar, dia tak melihat ibunya Yusuf lagi.

Celina menarik napas berat. Mengganti pakaiannya dan setelah rapi, dia keluar dari kamar. Dia melihat ibunya Yusuf duduk di sofa ruang keluarga.

"Susun semua bajumu dan segera pergi dari sini. Aku tak menyangka anakku bisa terjebak dengan wanita murahan sepertimu. Apa yang kau inginkan dari putraku? Uangnya? Apakah selama ini masih kurang uang kau dapat dari para pelangganmu?" Ibu Fatimah bertanya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Maaf, Bu. Aku tak pernah menjebak Yusuf. Kami melakukan itu atas dasar suka sama suka," jawab Celina.

Ibu Fatimah berdiri dari duduknya. Dia mendekati Celina yang berdiri dengan gugup depan pintu kamar. Menatap wanita itu dengan tatapan mematikan.

"Apa anakku pernah ke tempat kerja kau?" tanya Ibu Fatimah.

Celina menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Dia tak akan berbohong walau pun itu bisa saja dia lakukan karena tak ada Yusuf yang bisa membantah semua pengakuan darinya. Namun, bagi Celina kejujuran adalah yang paling utama.

"Jika anakku tak pernah ke lokalisasi, jelas kau yang telah menipunya dan menjebaknya. Aku mengenal putraku, walau dia bukan yang terbaik, tapi tak mungkin mau berhubungan dengan ja"lang dan mencari kenikmatan di tempat seperti itu. Pasti kau telah menipunya dan menggodanya!" ujar Ibu Fatimah.

"Aku memang ja*lang, aku memang wanita hina. Tapi tak pernah aku menipu atau menjebak putra ibu. Bisa ibu tanyakan langsung pada Yusuf!" balas Celina dengan suara serak menahan sebak di dada.

Ibu Fatimah masuk ke kamar dan mengambil tas Celina. Dia lalu melempar tas itu kehadapan wanita muda itu.

"Tak akan ada maling yang mengaku. Jangan bersikap sok suci. Kau hanya seorang pelacur dan itu sama saja seperti sampah. Tempat para pria membuang kotoran. Aku tak sudi anakku berhubungan dengan wanita seperti kamu! Jika kau masih memiliki sedikit harga diri, pergi dari rumah ini dan jangan pernah hubungi Yusuf lagi. Jika dia yang menghubungi kamu, jangan pernah kau angkat. Itu jika harga dirimu masih ada. Tapi aku tak yakin masih ada!" ujar Ibu Fatimah dengan nada tinggi.

Dada Celina terasa sesak mendengar ucapan ibunya Yusuf. Memang benar dia wanita hina, tapi dia masih memiliki harga diri.

"Aku akan pergi dan tak akan berhubungan lagi dengan putra ibu. Namun, sebelum aku pergi, aku ingin tau, dari mana ibu tau jika aku seorang pelacur?" tanya Celina dengan suara tertahan.

"Tidak perlu mendengar atau tau dari siapa. Mana ada seorang wanita baik-baik yang mau tinggal dan berhubungan badan dengan seorang pria tanpa ikatan pernikahan!"

Celina tertawa sumbang mendengar ucapan ibu Fatimah. Dia yakin ada seseorang yang mengatakan pada ibunya Yusuf. Kenapa wanita itu langsung mengatakan dia pelacur padahal bisa saja anaknya menikah dengan wanita tanpa kabar.

Namun, Celina tak peduli siapapun yang mengatakan itu pada sang ibu. Dia memang wanita penghibur'kan? Sudah yakin tak ada seorang ibu yang bisa menerima putranya bergaul dengan wanita hina seperti dirinya. Itulah yang ada dalam pikiran wanita itu.

"Jika aku dikatakan wanita hina, julukan apa untuk putra ibu yang terhormat tapi mau menerima layanan dariku?" tanya Celina dengan suara lirih.

Ibu Fatimah tak terima sang putra disalahkan. Dia mengangkat tangannya dan menampar pipi wanita itu. Celina bukannya meringis kesakitan, tapi justru memandangi dengan tersenyum wanita paruh baya itu.

"Terima kasih atas tamparannya, Bu. Aku sudah terbiasa diperlakukan begini. Namun, satu yang perlu ibu tau, tak ada wanita yang menginginkan berada di posisiku saat ini. Jika aku boleh memilih dan meminta, aku ingin jadi anak orang kaya. Aku ingin memiliki keluarga. Aku melakukan semua juga demi perutku. Semoga kelak anak atau cucu ibu tak mengalami hal seperti aku!" ucap Celina dengan penuh penekanan.

"Cucuku tak akan ada jadi pelacur. Kecuali jika Yusuf menikah denganmu. Bisa saja kau mengajarkan anakmu bekerja seperti dirimu. Makanya aku ingin kau jauhi putraku, jangan pernah berhubungan lagi dengannya!"

"Ibu, tak ada seorang ibu yang menginginkan anaknya masuk ke lembah hitam walau dirinya pelacur!"

"Sudahlah, lebih baik kau pergi dari sini sekarang juga. Aku sudah tak sudi melihatmu!" usir Ibu Fatimah.

"Terima kasih untuk semua cacian dan makian darimu, Ibu," balas Celina.

Dia lalu berjalan keluar rumah. Langit tampak mendung seolah tahu perasaan hatinya saat ini.

Baru saja dia melangkahkan kaki, terdengar suara petir menggelegar di langit. Lalu hujan turun membasahi tubuh wanita itu. Dia tampak tak peduli. Kakinya terus melangkah. Tak ada niat untuk berteduh.

"Hujan, turunlah dengan deras, dan basahi tubuhku ini, agar tiada yang tahu jika saat ini aku sedang menangis. Saat hujan, carilah pelangi. Saat gelap, carilah bintang. Sayangnya, tidak semua tetesan hujan menjanjikan pelangi."

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

tidak ada seorang wanita pun yg ingin seperti Celin... mungkin itu hanya nasib dan takdir yg sudah kuasa tuliskan untuk cobaan hidup Celina...😪😭

2024-06-05

1

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

fatimah tahu dr enjel ini.... so pasti murka lah, mana ada ortu yg nggak ngamok.... lihat putranya bobok dg placur.... 🙈🙉🙊

2024-05-21

0

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

hati² dengan semua ucapanmu ibu.. ucapan adalah doa.🙄

2024-05-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!