Bab Sembilan

Yusuf yang tak mau bertengkar dengan ibunya, masuk ke dalam kamar. Dia mencoba menghubungi Celina, tapi ponselnya sudah tak aktif. Wanita itu memang mengganti nomor ponselnya agar tak bisa dihubungi Mami Angel.

Hingga tengah malam, berulang kali pria itu mencoba menghubungi, tapi tak jua tersambung. Akhirnya Yusuf tertidur.

Pagi harinya Yusuf terbangun saat mendengar lemari bajunya di buka seseorang. Dia pikir Celina yang kembali. Pria itu langsung bangun.

"Celina, apakah itu kamu, Sayang?" tanya Yusuf.

Seseorang di balik pintu kamar itu bergerak keluar. Menutup pintunya. Dia lalu tersenyum pada pria itu.

"Ibu ...!" ucap Yusuf cukup terkejut. Tadinya dia berharap jika itu adalah wanita yang dia cintai. Namun, ternyata itu ibu kandungnya. Yusuf membalas senyuman Fatimah dengan terpaksa.

"Ibu sudah masukan baju yang kamu butuhkan selama di kampung. Jam sembilan nanti kita langsung berangkat. Biar tak kemalaman sampai di rumah," ucap Ibu Fatimah.

"Pulang kemana, Bu?" tanya Yusuf masih belum mengerti karena baru bangun tidur.

"Ke kampung, ke rumah kita. Ibu sudah mempersiapkan semuanya. Kamu mandilah. Sebentar lagi Pak Tono sampai. Ibu kemarin minta dia pakai travel ke sini. Biar bisa jadi supir kita pulang nanti," ucap Ibu Fatimah.

"Aku masih ada kerjaan, Bu. Ibu saja yang pulang duluan. Aku pasti akan menyusul. Kali ini aku janji akan pulang," jawab Yusuf dengan suara yang lembut.

"Ibu tak akan pulang jika tidak bersamamu!" balas Ibu Fatimah.

"Kalau begitu, Ibu menginap saja lagi di sini. Tunggu aku selesaikan dulu pekerjaanku. Tiga hari lagi kita pulang. Pak Tono juga bisa menginap dulu," ujar Yusuf.

"Tiga hari terlalu lama. Sore saja kita pulang. Tidak ada alasan. Kamu ke kantor sekarang dan minta bawahanmu mengerjakan semuanya. Apa gunanya bawahan jika kamu masih sibuk begini?" tanya Bu Fatimah.

Yusuf menarik napas dalam. Dia berusaha membujuk Ibu Fatimah agar mau menunda keberangkatan mereka. Setelah berdebat sedikit dengan sang ibu akhirnya disepakati mereka berangkat besok pagi.

Setelah sarapan, Yusuf pamit pergi kerja. Dia meminta bawahannya untuk menyelesaikan semua kerjaan. Dan meminta orang kepercayaan untuk menghandle sementara usaha properti miliknya.

Usaha yang dia bangun masih belum besar. Masih dalam tahap berkembang. Dia masih bekerja sama dengan perusahaan lainnya.

Setelah dari perusahaan, Yusuf berencana mencari Celina. Beberapa tempat lokalisasi dia datangi. Pada malam hari dia melanjutkan mencari di tempat hiburan malam. Namun, tak juga dia dapat menemukan informasi tentang Celina dan dimana keberadaannya.

Setelah jam dua belas malam, barulah Yusuf pulang. Dia terkejut saat melihat sang ibu yang masih belum tidur.

"Ibu kenapa belum tidur?" tanya Yusuf. Dia menghampiri sang ibu yang duduk di sofa ruang keluarga.

"Tentu saja sedang menunggu kepulangan kamu. Dari mana saja kamu, Yusuf? Ibu tadi mendatangi kantor kamu, tapi bawahanmu mengatakan jika kamu sudah pulang dari siang!"

Yusuf lalu duduk di samping sang ibunda. Meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya.

"Ibu, aku ini sudah dewasa. Usiaku sudah memasuki kepala tiga. Kenapa masih mengkuatirkan aku seperti anak kecil saja?" tanya Yusuf dengan suara pelan.

"Usia saja yang telah kepala tiga. Tapi pemikiran kamu belum matang dan dewasa. Jika kamu telah dewasa, pasti tidak akan mau berhubungan dengan wanita malam. Setiap pria pasti menginginkan wanita baik-baik sebagai pendamping hidupnya. Penjahat sekalipun. Namun, kamu justru memilih wanita seperti Celina. Di mana pikiran dewasa kamu?" tanya ibu Fatimah.

Yusuf tampak menarik napas. Pandangan matanya menerawang jauh, entah apa yang ada dalam pikirannya. Dia lelah. Bukan hanya fisik, tapi juga hati.

Baru kali ini dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita sedalam ini, tapi semua harus sirna sebelum berkembang. Dia sudah berusaha mencari keberadaan sang wanita pujaan, tapi tak ada hasil. Mungkin dia ikuti saja dulu apa yang ibunya katakan. Pulang ke kampung, setelah itu baru mencari lagi keberadaan Celina.

**

Pagi hari seperti janji pada ibu Fatimah, Yusuf akhirnya berangkat ke kampung halaman. Dalam perjalanan dia lebih banyak diam. Pikirannya masih terus menerawang ke Celina.

Yusuf hanya bicara seperlunya saja. Dia akan bicara jika tidak sang ibu bertanya sesuatu. Hingga jam lima sore, barulah mereka sampai di kampung halaman.

Adik sepupunya yang biasa menemani sang ibu menyambut kedatangan mereka. Dia mencium tangan Ibu Fatimah dan Yusuf.

"Kamu sudah makin dewasa saja. Hampir Abang tak mengenali," ucap Yusuf.

Tiga tahun sudah dia tak pulang ke kampung halamannya. Jika ibu rindu, dia yang mendatangi Yusuf.

"Makanya sering pulang, Bang. Biar tak kaget melihat perubahan adikmu," jawab Nina.

Nina mengambil tas dan barang bawaan Yusuf lainnya. Membawa masuk ke rumah. Yusuf langsung masuk ke kamar. Tubuhnya terasa gerah. Dia lalu mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi, dia kembali mencoba menghubungi Celina, tapi ponselnya masih tidak aktif.

Yusuf akhirnya membaringkan tubuhnya. Tanpa di duga, dia terlelap. Saat membuka mata, dia melihat suasana kamar yang gelap.

"Sepertinya hari sudah menjelang malam. Cukup lama juga aku tertidur," gumam Yusuf pada dirinya sendiri.

Saat dia ingin bangun, pintu kamar terbuka. Ibu lalu menghidupkan lampu. Tersenyum melihat sang putra yang telah terbangun.

"Mandilah segera! Makan malam telah ibu masak. Takut nanti dingin," ucap Ibu Fatimah.

"Aku segera mandi, Bu. Perutku memang lapar. Ibu duluan saja. Nanti aku menyusul," ucap Yusuf.

Dia lalu bangun dan menuju kamar mandi. Setelah berpakaian rapi, Yusuf segera keluar kamar. Langkah kakinya menuju ruang makan.

Saat sampai di dapur, langkah kakinya terhenti. Dia melihat ada seorang wanita yang tak asing lagi. Dira namanya. Semua orang di desa tahu jika gadis itu menyukai dirinya. Bahkan pernah meminta orang tuanya datang melamar Yusuf.

"Selamat malam, Mas. Apa kabar?" tanya Dira dengan senyum manisnya.

Yusuf hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Dira. Dia bisa menebak maksud sang ibu mengajak Dira makan malam di rumahnya.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

Yusuf udah 30 thn... tp terlalu di arur jg gak bisa lah... Yusuf udah lebih dari dewasa laki" pula gak lucu aja klo di paksa nikah.. .

2024-06-05

1

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

wah..... bau² perjodohan ini.... dira², jd cewek kok ngebet beud ma lalakik yg nggak respek trhadapmu.... 😤😩

2024-05-21

0

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

Dira.. pasti wanita ini yang akan dijodohkan dengan yusuf..

2024-05-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!