Teror

"Hah!" Amdan merasakan telapak tangannya sangat panas. Bahkan ia mengibaskannya dengan cepat dan menggosokkannya pada celana panjangnya.

Uang pecahan tersebut terjatuh dilantai, dan ia memandang ngeri saat melihat uang seolah mengeluarkan bara api, ia mendadak gemetar.

Kemudian ia memungutnya kembali dengan menggunakan penjepit makanan, lalu menyimpan ditempat yang jauh dari warungnya.

Jantungnya mulai berdebar dan merasakan jika seseorang sedang menaruh dendam padanya, tetapi siapa? Ini sungguh sesuatu yang sangat miris.

"Siapa yang membuat ini semua?" gumam Amdan dengan nada khawatir. Sebab ia pernah mendengar tentang tumbal beli nyawa yang mana dengan menggunakan uang sebagai media mencari korbannya, namun siapa?

"Astaghfirullah," ia beristighfar dan mencoba menghilangkan rasa curiganya yang berlebihan, sebab takut menjadi fitnah.

"Emm.. Emmmm," terdengar suara Munah sang ibu yang menggeram karena ketakutan seolah sedang melihat sesuatu yang sangat mengerikan.

Amdan berlari meninggalkan warungnya. Ia menghampiri sang ibu yang berada dikamar bersebelahan dengan kamar mereka.

"Ada apa, Bu?" tanya Amdan berusaha tenang.

Mata Munah terlihat tajam dan sangat ngeri. Ia memandang putera bungsunya itu seolah menaruh amarah.

"Hah!" pria itu tersentak kaget. Lalu memegang dadanya yang bergemuruh. "Astaghfirullah, ibu kenapa?" tanyanya dengan deguban didadanya yang semakin kencang.

Mendengar Amdan berteriak. Wardah menjadi sangat kesal. Ia keluar dari kamar dan melongok dari balik pintu. "Ada apa sih, Bang, Brisik banget!" omelnya dengan emosi yang mulai terpancing.

"Wardah, bisa kamu turunkan nada bicaramu, ibuku sedang kesakitan," ucap Amdan yang berusaha untuk tidak terpancing emosinya.

"Iya, tapi ibu kamu ini sungguh nyusahin banget! Teriak-teriak mulu, nanti yang ada Khalisa bangun. Aku mana belum cuci pakaian, cuci piring, memasak, banyak lagi pekerjaan yang harus ku kerjakan!" jawabnya dengan nada yang semakin tinggi.

Amdan menarik nafasnya dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan.

"Nanti abang bantu cuci piring," sahutnya, berusaha untuk menenangkan sang istri.

Wardah mendengus kesal, lalu keluar dari ambang pintu dan menuju dapur.

Braaaaaak....

Terdengar suara pintu kamar mandi dibanting dengan keras. Amdan berusaha sekuatnya menahan diri agar tidak terbakar api kemarahan.

Disisi lain, Munah mengerang kesakitan dengan matanya yang masih membola dengan tatapan tak biasa.

Wuuuuuusssh....

Sebuah desiran angin yang terasa sangat panas menerpa tengkuknya melalui pintu depan rumahnya yang terbuka.

"Astaghfirullah halladzhim," dengan cepat ia ber-istighfar. Ucapnya sembari memegang tengkuknya yang terasa meremang.

"Aaaaaarregh..." erang Munah dengan geraman yang semakin mengerikan. Amdan melihat ke arah sang ibu. Kaki bagian kiri yang tak bisa digerakkan karena stroke tiba-tiba dan begitu juga menjalar dibagian tubuh sisi kiri yang lainnya.

Tangan kanan dan kaki kanannya menghempas kuat lantai kamar dan itu ia lakukan berulang kali.

Saat bersamaan, pak Udin datang untuk membeli mie instan. "Am," teriaknya dengan kencang.

"Aku dirumah, Pak!" sahut Amdan cepat.

Pria paruh baya itu menuju rumah, dan ia mendengar suara hentakan dilantai dengan sangat keras.

"Astaghfirullah!" sontak.ia berjingkat dari tempatnya saat melihat sesuatu melesat dari dalam kamar dan itu entah apa.

Sesaat Munah-sang ibu terdiam dan berhenti menghempaskan kakinya. Ia perlahan melemaskan tubuhnya dan matanya terlihat sayu seolah hendak tertidur.

"Am, coba bacakan yasin malam nanti," saran pak Udin padaku.

Aku terdiam. "Emangnya ada apa, Pak?" tanyanya penasaran.

"Sepertinya ada seseorang yang ingin berbuat jahat pada ibumu," jawab pak Udin.

Amdan tercengang. Ia tak habis fikir siapa yang begitu menaruh dendam pada ibunya, sedangkan sang ibu hanyalah seorang janda yang tidak memiliki kekayaan apapun, bahkan makannya saja dinafkahi anak lelakinya, yaitu Amdan, sebab anaknya yang lain perempuan.

Praaaank...

Terdengar suara piring pecah karena sengaja dibanting. Pak Udin melirik ke arah dapur, dan tentu saja itu adalah Wardah pelakunya.

"Am, buruan ke warung, bapak pesan mie instan 5 bungkus," ucap.pria tersebut, dan Amdan mengangguk cepat.

Wardah menuju kamarnya. Ia merasakan kebencian yang semakin dalam, sebab harus memandikan sang ibu mertuanya.

"Huh! Nyusahin saja, mati gak mau!" sungut wanita tersebut dengan kesal. Ia menyapu rumah dan merasa ogah untuk memasuki kamar sang ibu mertua untuk membersihkannya.

****

Hari hampir senja. Amdan teringat akan uang yang pagi tadi membuatnya terkejut. Lalu ia mengambilnya san mencari garam kasar. Ia tak tahu dengan apa yang sedang dilakukannya, tetapi instingnya mengatakan jika itu harus dilakukannya.

Ia mengambil uang tiga lembar yang pagi tadi ia dapatkan dari kang Danang. Lalu ia menghidupkan pemantik api yang dipegangnya dan ingin membakar lembaran uang tersebut.

Treek.. Treeek...

Amdan berulang kali untuk menghidupkannya, tetapi tak berhasil. Saat bersamaan, satu sosok tinggi besar berwarna hijau memasuki kamar sang ibu, dan tangannya yang berukuran besar itu siap mencekik leher Munah dengan kedua bola mata yang memerah.

Amdan terus berusaha menghidupkan pemantik api, hingga adzan maghrib berkumandang, pemantik menyala dan ia membakar uang tersebut hingga hangus, lalu menaburkan garam kasar diuang yang sudah terbakar hangus menjadi debu.

"Aaaaarrrrrgggh....," pekik sosok mengerikan tersebut, lalu melayang pergi dan tiba-tiba saja menghantam seseorang yang sedang bekerja disebuah restoran. Seorang gadis cantik dengan paras rupawan yang saat merupakan seorang koki dan sedang meracik bumbu untuk memasak pesanan pelanggan.

Craaaaaas....

Entah bagaimana caranya tiba-tiba pisau itu berbalik menusuk jantungnya.

Kondisi itu membuat rekan kerjanya terlonjak ketakutan dan berteriak histeris. "Arin... Arin...," teriak seorang wanita dengan wajah ketakutan.

Seketika suasan restaurant yang semula ramai dengan pelanggan merasa penasaran dengan teriakan keras dari koki yang berada didapur.

Para staf dan manager berlari menuju dapur, melihat salah satu koki mereka tewas mengenaskan, mereka menutup pintu dapur dan memanggil polisi untuk datang memeriksa korban.

Suasana berubah menjadi mencekam dan wajah-wajah pucat terlihat jelas, lalu restaurant ditutup sementara.

Beberapa saat terdengar suara sirene mobil polisi datang untuk melakukan evakuasi dan identifikasi pada jasad korban.

Saat jasad diangkat, tampak dibagian lehernya bekas membiru seolah bekas cekikan sebuah tangan yang sangat besar ukurannya, namun pisau yang tertancap didadanya sangat membingungkan.

Jasad dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi dan rekan kerja korban dimintai keterangan untuk mendapat jejak kematiannya.

Lalu polisi menghubungi keluarga korban dikampung halaman dan ini sangat mengejutkan sekali.

Drrreeert... Dreeet...

Suara ponsel berdering. Amdan melipat sajadahnya. Ia bergegas mengmbil ponsel yang dicharger-nya.

"Hallo, Assalammualaikum," ucapnya, saat melihat satu nama yang dikenal dalam layar ponselnya.

"Waalaikumsalam, Am, apa benar Arin meninggal?" tanya seorang pria yang merupakan pak Ciknya.

"A-Arin? Arin mana, Pak?" tanya Amdan balik.

"Ya, Arin anak bibimu, Ira! Arin mana lagi!" jawab Pak Cik ku kesal.

Sontak Amdan tersentak kaget. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," masa sih, Pak Cik? Aku baru tau kabar ini dari pak Cik sendiri" jawabnya dengan debaran jantung yang begitu kuat.

Terpopuler

Comments

Omar Diba Alkatiri

Omar Diba Alkatiri

lha kan uang dr Danang ... kenapa masih bertakon takon sih siapa yg melakukan itu hadehhh

2025-01-28

0

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

lha ini masih sodara2 nya yg di targetkan yah ksihn kira2 ada misteri apa ini

2024-07-07

0

ᴊʀ ⍣⃝☠️​

ᴊʀ ⍣⃝☠️​

bisa jd pelaku yg jahatin ibu am dan adlah bulek nya sendiri

2024-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!