Ngiiiung... Ngiiiiunng... Ngiiiung....
Suara sirene ambulance meraung-raung dipukul 10 pagi menuju ke rumah bibi dan itu terdengar cukup jauh.
Amdan yang berada dipemakaman untuk mengatur para penggali kubur untuk menyambut jasad Arin yang dijadwalkan pukul 10 pagi tiba dikampung halaman.
Pria itu bergegas pergi dari pemakaman setelah memberikan makan dan minum serta dua bungkus rokok untuk para penggali kubur, meskipun mereka bekerja tanpa diupah, tetapi bukan berarti keluarga yang tertimpa musibah tidak perduli dan diam begitu saja melihat para penggali kehausan dan kelaparan.
Amdan menuju rumah bibinya untuk melihat jasad Arin yang membuatnya sangat penasaran. Meskipun tidak boleh dilihat, tetapi setidaknya ia ingin mendengar cerita tentang asal kejadian meninggalnya sepupu perempuannya itu.
Pria bertubuh tinggi itu melajukan motornya karena tak sabar untuk segera tiba disana.
Saat ia tiba ditempat duka. Tampak pelayat sudah berkerumun dan menyambut jasad seorang gadis yang sangat cantik jelita. Selama hidupnya, Arin dikenal dengan gadis yang sangat baik, sopan dan berkepribadian sangat dibanggakan. Banyak para pemuda yang tergila-gila padanya dan ingin mempersunting dirinya. Tetapi ia memilih untuk berkarir terlebih dahulu dibidang kuliner yang sangat ia sukai, sehingga membuat ia meilih untuk sekolah tataboga dan juga kuliner disebuah universitas ternama dikota. Hingga akhirnya ia bekerja disebuah restaurant ternama dengan gaji yang tinggi.
Kematiannya yang tiba-tiba membuat semua pemuda patah hati berjamaah dan juga mengejutkan keluarga yang tidak pernah menyangkanya.
isak tangis mengiringi jasad Arin saat diturunkan dari ambulance. Wajah-wajah duka dari para pemuda yang cintanya tidak kesampaian terlihat jelas dimata mereka.
Diantara mereka, Amdan melihat sosok Danang yang ikut menyaksikan jasad Arin dibawa masuk ke dalam rumah bibi. Ia terlihat menatap tanpa berkedip, hingga jasad itu menghilang dibalik pintu dan ia memilih pergi.
"Ada apa dengan kang Danang? Mengapa ia terlihat sangat mencurigakan?" gumam Amdan dengan rasa penasaran.
Ku dengar dari arah dalam bi Ira berteriak dengan histeris saat melihat jasad anaknya terbujur kaku dengan luka jahitan dibagian dada kirinya.
Aku hanya dapat melihat dari kejauhan, sebab rasanya tidak sopan melihat jasad sepupuku yang dibuka penutupnya oleh kaum emak-emak karena rasa penasaran. Meskipun ia hanya jasad, tentu ada rasa malu pada arwahnya yang melihat ia ditonton dengan begitu rupa.
Isak tangis para tetangga pun pecah saat melihat kondisi Arin yang penuh kejanggalan. Terlihat dilehernya bekas cekikan yang mana jemari tangan berukuran sangat besar dan itu bukan jemari tangan manusia.
Rumor tentang kejanggalan kematian Arin semakin berkembang dan ini membuat Amdan semakin bergidik ngeri dan juga penasaran. Tetapi anehnya pihak kepolisian mengatakan ini adalah murni bunuh diri, sebab CCtV yang berada didapur memasak tidak memperlihatkan sesiapapun yang terlibat dalam kematian Arin.
Pria itu menghampiri bibinya dan ingin mengatakan jika kubur telah digali dan siap untuk memakamkan sepupunya itu.
"Bi," panggilnya dengan sangat sopan.
Wanita itu menoleh ke arahnya dan tatapannya terlihat sangat berduka dengan kepergian puteri satu-satunya.
"Ada apa!" jawabnya ketus.
Amdan tersentak kaget. Ia tidak tahu apa salahnya, tetapi sang bibi seolah tidak menyukai kehadirannya.
"Makam sudah selesai, dan penggalian sudah sesuai dengan yang diminta," ucapnya.
"Hem, ya sudah!" jawabnya dengan tak suka, lalu menyeka air matanya yang mengalir dengan deras.
Amdan merasa tak dibutuhkan, dan ia memilih untuk kembali pulang ke rumah meskipun fardhu kifayah belum selesai disempurnakan. Saat ia akan menaiki motornya, ia tanpa sengaja melihat kang Danang menyelinap ke arah gudang, dan itu membuatnya semakin merasa curiga.
Kemudian ia memilih untuk mengintai pria tersebut, sebab gerak-geriknya terlalu mencurigakan akhir-akhir ini.
Amdan menuju gudang tempat sang bibi menyimpan berbagai perkakas kebutuhan rumah tangga.
Klontaaang....
Sebuah benda terjatuh, dan pria itu bergegas memasuki gudang. "Sedang apa, Kang?" tanya Amdan, berusaha memergoki pria tersebut.
"Hah!" ia tersentak kaget dengan kehadiran Amdan yang tiba-tiba saja. "Brengsek, Kau! Mau tau saja urusan orang lain!" ucapnya dengan tak suka, lalu berjalan keluar dari dalam gudang dan menepis pundak pria bertubuh tinggi itu dengan kasar, lalu ia beranjak keluar dengan melangkah cepat dan entah kemana.
Amdan mengerutkan keningnya. Ia merasa jika pria semakin lama semakin membuatnya penasaran. Lalu ia berniat pergi dari gudang. Tetapi tiba-tiba ia mendengar suara teriakan dari ruang pemandian jenazah yang terbuat dari dinding terpal berwarna biru.
Sontak hal itu membuat orang-orang merasa penasaran, dan begitu juga denganku. "Ada apa?" tanyaku pada salah seorang emak-emak yang berlari menuju pulang.
"Jasad Arin mengeluarkan cairan berwarna hijau dan berbau busuk yang keluar dari segala liang ditubuhnya." wanita itu bergidik ngeri membayangkan apa yang dilihatnya. Bahkan ia melihat ada sosok tinggi besar berwarna hijau dengan wajah mengerikan seolah sedang mengamati proses pemandian jenazah yang mana bagi mereka yang memiliki kemampuan melihat makhluk tak kasat mata sangat jelas sosok itu berada disana.
Termasuk salah satunya mbak Lia yang saat ini memilih pulang karena pakaiannya terkena cairan berbau tak sedap dan ingin mengganti pakaiannya.
Amdan semakin merasa bingung dengan apa yang terjadi. Belum sempat hilang rasa penasarannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Satu panggilan masuk dari Wardah membuatnya harus mengangkat dengan cepat
"Ya, ada a......."
"Buruan balik! Ibumu minta buang air besar, aku jijik melihatnya," ucap Wardah dengan kasar.
Amdan menghela nafasnya dengan berat, lalu mematikan ponselnya dan bergegas untuk pulang.
Setibanya dirumah, ia melirik warungnya yang ternyata dibuka oleh sang istri, tetapi tidak ada satupun yang datang membeli.
Pria itu bergegas masuk ke rumah dan menuju kamar ibunya, lalu mencoba memeriksa diapersnya, dan ternyata benar, sang ibu buang air besar, tetapi yang anehnya, kotoran sang ibu berwarna hijau. Amdan mendenguskan nafasnya, lalu ia menggendong sang ibu ke kamar mandi untuk dibersihkan.
Saat bersamaan, Mbak Dewi akhirnya tiba dirumah untuk melayat kerumah Bi Ira.
"Mbak," panggilku padanya.
"Ya," sahutnya cepat.
Aku tau ia masih sangat capek karena perjalanan yang cukup jauh. Tetapi aku merasa sungkan untuk membersihkan area pribadi milik ibuku.
Ku dengar langkah kakinya menuju ke arah ku, ia tampaknya pulang sendiri, tanpa suaminya
"Ada pa, Dik?" tanyanya dengan penasaran dan kini sudah berdiri diambang pintu kamar mandi.
"Tolong istinja-kan Ibu, aku kesulitan untuk membasuhnya," Amdan terlihat memegangi tubuh ibunya dengan kesusahan.
Dewi bergegas untuk menyingsingkan lengan gamisnya dan membasuh sang ibu.
"Eeeemmmmm....," rintih Munah terdengar sangat keras. Ia merasakan perutnya sangat sakit dan itu kembali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
V3
siapa sich yg pakai Pesugihan ❓ knp jg si Danang sikap nya sllu mencurigakan ❓❓
aku mah curiga dech klu Warung nya itu di tutup pagar gaib biar TDK ada yg beli
2024-05-18
1
Yuliana Tunru
kyk x klga bini x tuh pake ilmu hitam.jg aplg danang ..emran sih lambat sdh diperingati bang udin tp lelet dilakukan ..apa warung x jd sunyi akibat ilmu hitam.jg ya..up lg thoor seru cerita horor x..
2024-05-14
2
Ali B.U
next
2024-05-14
2