Mengapa

Ira menatap dengan tatapan nanar. Ia tak dapat menahan rasa sedihnya karena ini terus bertubi-tubi dan ia seolah tak sanggup untuk menegakkan kakinya yang berdiri dengan lemah, dan...

Braaaaak...

Tubuhnya terhempas ditanah basah dan ia tak sadarkan diri. Belum genap 7 hari kepergian Arin, kini ia dikejutkan oleh kepergian suaminya, dan kini Rizky sang cucu juga sedang sekarat dan penyakitnya sangat aneh.

Warga menolong Ira dengan menggotongnya masuk ke dalam rumah. Sedangkan yang lainnya menyempurnakan jenazah suaminya.

Amdan yang mendengar kabar tersebut tersentak kaget mendengar kabar tersebut. Ia beranjak pergi untuk melihat suami bibinya yang dikabarkan meninggal mendadak tersebut.

Setibanya disana, warga sudah sangat ramai. Ia beranjak ingin melihat jasad pak cik dari suami bibinya, tetapi Fahri menghalanginya. "Jangan injakkan kakimu ke rumah ini! Kau adalah penyebab semuanya!" ucap sepupunya dengan nada bengis.

"Astaghfirullah," Amdan tersentak kaget sembari mengurut dadanya. "Apa yang kau katakan?! Kau seolah-seolah menuduhku yang menyebabkan semua ini," tanya Amdan mencoba untuk membela dirinya.

"Ya! Dan kau seorang pendengki yang hebat!" ucapnya dengan penuh penekanan.

Amdan terdiam tanpa kata. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan adik sepupunya. Ia memilih untuk pulang daripada menambah suasana semakin kacau.

Setibanya dirumah. Ia melihat warung kembali sepi. Entah apa yang terjadi. Akhir-akhir ini suasana seolah sedang tidak baik-baik saja. Dimana Wardah sering marah-marah tidak jelas, ibunya sakit mendadak, dan keluarga bu Ira juga mengalami sesuatu musibah yang sangat begitu janggal dan juga berturut-turut.

"Bang! Lihat ini ibumu, buang air besar sembarangan, menjijikkan!" ucap Wardah dengan lantang dan ia bergegas keluar dari kamar.

Pria itu tersentak kaget mendengar ucapan sang istri. Ia bergegas masuk ke dalam rumah. Lalu terlihat sang ibu sedang membuka diapersnya dan membiarkan kotoran tersebut berserakan.

Amdan tercengang, dan sejujurnya ia juga lelah, tetapi ia tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan segala unek-uneknya.

"Astaghfirullah, ya Allah, Ibu. Kenapa diapersnya dibuka, kan berserakan itu kotorannya," ucap Amdan menahan semua rasa beban didadanya.

Wanita itu tak menjawab. pandangannya lurus kedepan. Seolah ia sedang melihat sesuatu yang sangat mengerikan.

Amdan menarik nafasnya dengan berat. Beban yang sedang dipikulnya terasa berat. Ditambah lagi dengan perekonomian yang belum stabil.karena ia baru saja diberhentikan oleh pihak perkebunan sebagai mandor karena sebuah fitnah yang tidak ia lakukan, sehingga ia harus menerima pemecatan itu.

Kini bebannya bertambah dengan sang ibu yang stroke tiba-tiba dan memerlukan dirinya untuk dirawat.

Pria itu membersihkan semua kotoran tersebut dan membawa sang ibu kekamar mandi untuk disucikan.

*****

Hari semakin gelap. Rumah bi Ira masih dipenuhi para.warga yang bertakziah untuk mengucapkan bela sungkawa. Tampak Danang ikut berada disana dan ia terlihat sangat gelisah.

Ira berteriak histeris. Ia seolah sedang merasakan sakit yang sangat luar biasa pada hidupnya.

Para ibu-ibu mencoba menenangkannya dan ia masih belum menerima semuanya.

Setelah habis isya, semua membubarkan diri dan kini tinggal Fahri, Danang, Ira dan juga Shinta. Wanita itu memilih untuk pulang dengan membawa ketiga anaknya, sebab Rizky juga masih butuh perobatan.

Melihat sang istri pulang, Fahri justru mengekorinya dari arah belakang, dan kini tinggal Ira serta Danang yang masih berada dirumah.

"Apa yang terjadi? Mengapa semua berbalik?! Bukannya seharusnya Mbak Yu yang mati atau Amdan! Mengapa harus Arin dan suamiku?!" ucap.Ira dengan kesal.

"Aku tidak tau!" ucap pria itu dengan menggaruk kepalanya. "Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi hasilnya justru berbalik arah!" Danang terlihat sangat gugup, tetapi pandangannya terlihat berbeda saat menatap.wanita berusia 54 tahun itu.

Ira menatapnya. "Aku tidak mau tau, aku ingin mbak Yu Munah mati! Aku membencinya, aku sangat membencinya!" ucap Ira dengan kesal.

"Tetapi mengapa kamu berambisi ingin menghabisinya?" tanya Danang dengan tatapan penuh penasaran.

Ira menatap nanar. Ia mencoba mengingat masa remajanya yang selalu disisihkan oleh ayah dan ibunya. "Aku membencinya! Hanya karena ia memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan, Ayah dan ibuku begitu menyayanginya, dan mereka tidak meyayangiku hanya karena aku mengandung Fahri diluar nikah! Aku sangat membenci Mbak Yu Munah!" ucapnya dengan amarah yang meledak.

"Tetapi itu sudah sangat berlalu lama, mengapa kau menyimpannya sampai sekarang?"

"Karena ia merasakan hidupnya sangat enak. Meskipun ia menjanda sejak Amdan masih kecil, tetapi hidupnya dinafakahi ayah dan ibu. Lalu sesudah Ayah dan Ibu meninggal, dan Amdan sejak kelas 3 SMP hingga kini juga menafkahi Mbak Yu. Ia terlalu sangat enak hidupnya. Sedangkan aku harus pontang-panting mencari nafkah meskipun aku bersuami!" ucapnya dengan kesal.

"Danang menatap wanita yang terpaut 10 tahun darinya itu. "Bukankah Mbak dapat mencairkan BPJS ketenagakerjaan milik Arin? Lumayan Lho, sekitar 50 jutaan. Mbak bisa menikmati hasilnya dan bersantai untuk beberapa tahun ini," bisik Danang pada wanita tersebut.

Seketika raut wajah wanita itu berubah dan sedikit tersenyum. "Benar juga, Ya. Tetapi aku tidak puas sebelum Mbak yu Munah mati, begitu juga Amdan!" ucapnya dengan penuh kebencian.

"Mbak Yu Munah dan Amdan sepertinya sangat sulit untuk dibuat mati," ucap Danang dengan nada lirih.

"Emangnya kenapa?" tanya Ira penasaran.

Danang menoleh ke arah wanita tersebut. "Ayahnya Mbak Ira itu orang Banjar asli dari Kalimantan Selatan. Mereka memiliki warisan ilmu leluhur yang biasanya diturunkan kepada generasinya yang terpilih, dan cara penurunannya juga tanpa diketahui atau tanpa dituntut oleh keduanya, tetapi itu turun dengan sendirinya, saya hanya dapat membuat mbak Yu Munah lumpuh saja," ucap Pria tersebut.

"Jika dengan anaknya Amdan atau istrinya bagaimana?" tanya Ira merasa kecewa.

"Mungkin kita akan membuat suasana dirumah itu semakin panas dan Wardah meminta cerai, serta anaknya meninggal dan warungnya sepi," ucap Danang dengan sangat bangga akan usulnya.

"Ya, kalau begitu kita alihkan pada anaknya agar meninggal," sahut Ira menyetujuinya.

Ditempat lain, Munah tiba-tiba berteriak keras ketakutan saat ia melihat sosok besar berwarna hijau berdiri tegak disudut kamar dan menatapnya dengan tatapan mengerikan, tetapi hanya disudut kamar.

"Emmmm... Emmm....," Munah kembali merintih kesakitan, sebab perutnya seolah ditusuk oleh ribuan jarum.

Keesokan harinya. Ira merubah cat rumahnya menjadi warna hijau mencolok terang, sedangkan ia baru saja mengalami musibah, dan ia tidak menghiraukan para tetangga yang mulai menggunjingnya karena Danang yang merupakan tetangga mereka sering datang berkunjung, tetapi Ira mengelak dengan dengan mengatakan meminta bantuan pada pria itu untuk mengurus uang santunan dari Almarhum puterinya.

Bahkan saat ini, Danang yang mengecat rumahnya dan juga membantunya pergi ke kota untuk mengurus santunan Arin.

Terpopuler

Comments

Rosti Yetty

Rosti Yetty

Jadi Ira sama Danang biang kerok....moga Munah sekeluarga dilindungi Allaah. SWT

2025-01-16

0

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

woalah ini critanya senjata makan tuan rupanya
JD di sini dnang sebagai suruhanya dan si ira adik nya Munah yg iri ohhhh rasakan akibatnya sudah menzolimi org yg g bersalh

2024-07-08

0

ᴊʀ ⍣⃝☠️​

ᴊʀ ⍣⃝☠️​

anak mati, suami mati,
bukanya memperbnyk bc yasin mlh pada ngrencanain yg jelek2

2024-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!