Ghama Dian Haryadi putra kedua pak Abra adalah seseorang yang sangat populer. Ghama terkenal dengan sikap playboy nya setiap 1 bulan sekali Ghama selalu saja menggandeng wanita lain untuk berjalan bersamanya.
Alasan setiap kali Ghama mengganti wanitanya adalah dia terlalu cepat bosan.
Tidak ada satupun wanita yang dia kencani berhasil menarik perhatiannya dari yang artis sampai wanita populer pun tidak ada yang menarik baginya .
Ketenaran Ghama juga bukan hanya sebatas itu saja ada juga saat dimana masalah penyakitnya menjadi populer bukan penyakit kelainan ginjalnya tapi masalah keturunan. Gosib mudah sekali menyebar hanya karena Ghama sampai saat ini melajang dia dianggap tidak bisa memiliki keturunan.
Sebenarnya masalah itu adalah masalah internal keluarga jadi hanya Abra, Tiwi dan putra sulung mereka yang tahu jika Ghama tidak tertarik kepada wanita. Entah darimana dimulainya kabar tersebut hingga menjadi seheboh sekarang.
"Bagaimana keadaan Ghama sus , kenapa belum sadarkan diri juga?" Tiwi bertanya
Sudah 1 jam berlalu sejak Ghama dipindahkan keruangan itu mengingat kata dokter Ibnu tadi Ghama akan sadarkan diri tapi sampai kini belum sadar juga , sebagai seorang ibu jelas saja Tiwi mengkhawatirkan kondisi putranya
Suster yang bertugas merawat Ghama hanya menjelaskan singkat benturan dikepala Ghama membuatnya tidak sadarkan diri untuk sementara tapi tidak akan lama jelas suster itu pada Tiwi
Ruangan itu kini hanya tersisa Tiwi dan pasien yang disebut Ghama itu.
Di luar kamar naratama ada banyak suster dan perawat lain yang penasaran dengan wajah ganteng Ghama. Mereka kaget saat mendapati korban kecelakaan tadi adalah Ghama Dian Haryadi semuanya berebutan ingin merawat Ghama kapan lagi mereka semua bisa melihat wajah Ghama dari dekat jika tidak saat ini
"Apa yang kalian lakukan!" tegur seseorang dibelakang mereka
Suara dengan bariton berat itu membuat kerumunan perawat itu serentak menoleh dilihatnya lelaki yang tidak kalah tampan dari Ghama hingga mereka terlena dan tidak menyahuti perkataannya
"Apa yang kalian lakukan didepan kamar adikku?" lelaki pemilik paras tampan tersebut kembali bertanya pada mereka
Lamunan mereka akhirnya runyam dan sebagian dari mereka berhamburan pergi kini yang tersisa hanyalah perawat yang bertugas di ruangan Ghama
"Apa kamu perawat yang bertugas dikamar ini"
Perawat tersebut langsung mengangguk
"Bagaimana kondisi adik saya?" tanya dia lagi
Perawat itu menjelaskan kondisi Ghama masih sama saja seperti sebelumnya kemungkinan dia akan sadar tidak lama lagi , setelah dirasa keperluannya sudah tidak dibutuhkan lagi perawat itu ijin kembali bekerja
Lelaki itu mendorong pintu kamar naratama tempat Ghama dirawat
Tiwi langsung menyambutnya dengan tersenyum.
"Ma bagaimana Ghama bisa seperti ini" lelaki bernama Bisma itu menghampiri Tiwi
Sudah lebih dari 3 bulan Bisma keluar kota mengurusi masalah anak perusahaan Haryadi Group . Bisma Adriano Haryadi putra sulung pak Abra itu kembali setelah mendengar kabar jika adiknya si pembuat onar itu kecelakaan.
Abra menghubungi Bisma untuk kembali menemani Tiwi dirumah sakit karena Abra mendadak ada panggilan bisnis jadi akan sulit jika harus dirumah sakit terus , dia takut jika Tiwi akan memaksakan diri menjaga Ghama hingga meminta Bisma menemani ibunya.
"Dia kecelakaan entah bagaimana kondisi orang yang bertabrakan dengannya saat ini" Tiwi membahas orang dimobil lain yang bertabrakan dengan putranya
"Tadi aku sudah menjenguknya dia baik-baik saja dan sudah siuman" tutur Bisma
"Syukurlah jika dia baik-baik saja"
Ketika tiba dirumah sakit Bisma langsung bertanya dimana korban kecelakaan yang bersamaan dengan adiknya dikabarkan jika dia sudah sadarkan diri jadi Bisma menjenguknya sebentar baru pergi keruangan Ghama
Ketika menuju ruangan Ghama, tidak sengaja Bisma bertemu dokter Ibnu mantan adik kelasnya dahulu dikelas manajemen tapi hanya satu tahun setelah itu Ibnu pindah universitas dan tersirat kabar katanya Ibnu pindah fakultas kedokteran dan itu adalah kenyataan
"Apa dia putrimu" Bisma menegur Vina yang masih di gendongan Ibnu
Anak kecil itu jika sudah di gendongan Ibnu tidak mau turun apalagi Ibnu juga sangat memanjakannya tidak heran jika ada yang salah paham dengan hal tersebut
"Nana anaknya bubu bukan om nunu"
Begitulah bahasa Vina yang sulit dimengerti dia memanggil Ibnu dengan sebutan nunu lalu ibunya dia sebut bubu . Agar Bisma mengerti maksud Vina Ibnu pun menjelaskannya
Bisma mengangguk paham ketika Ibnu menceritakan kebenarannya
"Jadi dia wanita yang kamu sukai itu" Bisma langsung mengerti saat melihat wajah Ibnu yang bahagia jika membahas Fira
"Bisa dibilang gitu" Ibnu hanya berkata singkat
Setelah itu mereka berdua berpisah jalan Bisma menuju ruangan adiknya sedangkan Ibnu membawa kembali Vina bertemu ibunya
Didepan ruangan Vino, Fira tengah berdiri dengan raut wajah gelisah
"Bubu kenapa diluar" Vina beranjak turun dari gendongan Ibnu
"Vina temani Abang Vino dulu ya bubu mau ngomong sama om Ibnu" Fira membujuk anak gadisnya untuk masuk kedalam kamar Vino
Vina hanya mengikuti arahan Fira tanpa bantahan , gadis itu kini sudah memasuki ruangan Vino. Fira menutup pintu ruangan rawat Vino itu dari luar dia menarik Ibnu sedikit agak menjauh dari sana untuk berbicara.
"Ada apa Fira?" wajah Ibnu bingung tidak biasanya wanita itu bersikap sangat aneh seperti saat ini
"Kapan jadwal operasi Vino dilaksanakan"
"Mungkin .... Satu Minggu lagi karena Vino baru berumur 5 tahun jadi operasi ini sedikit sulit dilakukan umumnya operasi kelainan ginjal dilakukan saat anak itu berumur sekitar 8-9 th tapi bukan berarti tidak mungkin"
Fira terdiam
"Kamu harus terus berdo'a" Ibnu menepuk bahunya
"Apa ada kemungkinan jika operasi itu gagal" mata mereka bertatapan terlihat kekhawatiran Fira melonjak naik hingga puncaknya
Tidak lama kemudian ia menangis karena sudah tidak kuasa menahannya.
Disaat-saat seperti itu Ibnu mendekapnya baik sebagai teman dekat atau sebagai wanita yang dicintainya Ibnu menenangkan fira seperti biasa.
"Apa kita batalkan saja operasinya?"
Fira menghapus air matanya , dia meminta operasi itu tetap dilakukan sesuai apa yang di ungkapkan oleh Ibnu sebelumnya operasi tidak ditangani oleh Ibnu tapi dokter yang sudah berpengalaman.
Dokter itu sudah pernah melakukan hal serupa jadi Ibnu yakin operasi ini akan berjalan dengan sukses.
Begitulah akhir percakapan mereka.
"Dokter Ibnu pasien diruang naratama sudah sadar keluarga korban ingin bertemu anda" perawat di bagian depan menghampirinya
"Pergilah , aku baik-baik saja" Fira meminta Ibnu pergi menemui pasien tersebut.
Dia merasa terlalu banyak membebani temannya itu bukan hanya masalah Vino tapijuga banyak hal lainnya padahal tahu jika Ibnu menyukainya tapi Fira tetap merasa dirinya tidak pantas untuk lelaki sebaik Ibnu.
"Aku tidak cocok untukmu" gumamnya menatap kepergian Ibnu
...[2]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
adining kartika
saran kak, diakhir kalimat dikasih tanda baca,, entah titik, koma dll
2024-05-18
1