Episode 03

Ruangan naratama

Seperti yang dikatakan suster tadi Ghama sudah siuman dan sedang duduk sambil menikmati semangkuk bubur. Terlihat Tiwi menyuapinya dengan sepenuh hati. Ibnu mulai memeriksa kondisi Ghama menurutnya tidak ada masalah dengan Ghama, kondisinya sangat normal jika perlu Ghama sudah bisa dibawa pulang.

Tiwi menolak membawa pulang Ghama karena dia ingin anaknya dirawat dirumah sakit itu sampai benar-benar pulih.

Ibnu hanya mengangguk lalu pergi disusul Bisma mungkin ada yang ingin mereka bicarakan jadi Tiwi tidak menanyai Bisma. Tiwi juga tahu betul jika Ibnu dan putra sulungnya adalah teman sekolah.

"Ma , aku sudah kenyang" Ghama menolak ketika tangan Tiwi ingin menyuapinya sesendok bubur lagi

"Sedikit lagi Ghama" wanita itu memperlihatkan mangkuk bubur yang hanya tersisa sedikit

Tapi perut Ghama benar-benar menolak bubur itu. "Ayolah ma , Ghama bukan anak kecil lagi" bantah dia ketika sang ibu ingin tetap menyuapinya

Tiwi pun menghela nafasnya pelan, tangannya sudah menaruh kembali mangkuk bubur itu diatas nakas.

"Jujur sama Mama kamu kenapa kebut-kebutan dijalanan?" Tiwi mulai menginterupsi putranya itu

Ghama mengingat-ingat apa yang terjadi. Diapun mulai menceritakan keadaan dimana sebelum tabrakan terjadi dia menerima sebuah telfon dari beberapa orang suruhannya.

Orang-orang yang dia suruh untuk mencari gadis yang tidur bersama dengannya malam lima tahun silam.

"Jadi mereka menemukannya" Tiwi seketika menjadi sangat antusias.

Kondisi Ghama yang tidak tertarik pada wanita membuat pusing keluarganya tetapi kejadian lima tahun yang lalu membuktikan jika Ghama bukanlah lelaki impoten

"Tidak" Ghama menggelengkan kepalanya, dia tidak berniat untuk berbohong tapi kabar yang diberikan Jihan hanyalah dugaan semata . Tiwi dan Abra juga sedang mengupayakan agar gadis lima tahun yang lalu cepat ditemukan.

"Bocah bagaimana kondisi kamu sekarang?" Bisma masuk dengan dua orang yang tidak asing bagi Tiwi dan Ghama

Mereka adalah asisten dan juga sekretaris Ghama.

"Halo tante" sapa Rio ketika melihat Tiwi duduk dikursi samping Ghama

Ridho Mahendra, lelaki yang akrab disapa Rio ini adalah sekretaris pribadi Ghama. Lalu yang datang bersamanya adalah Jihan asisten pribadi Ghama.

"Kalian akhirnya datang, tante mau ke toilet dulu kalian silahkan mengobrol" Tiwi bangkit dari kursinya

"Mama mau dianter?" tanya Bisma

"Gak , gak usah Bisma mama bisa pergi sendiri. Kalian silahkan mengobrol saja"

Tiwi menghiraukan Bisma lalu pergi begitu saja. Pintu ruangan sudah tertutup rapat keempat bujangan tampan itu duduk dengan raut wajah yang serius.

"Jadi? kalian bertiga, apa yang kalian sembunyikan dariku" Bisma mengintrogasi ketiga lelaki itu termasuk adiknya Ghama

"Bisma, jangan paksa mereka. Aku yang menyuruh mereka untuk tutup mulut"

Rio dan Jihan hanya mengangguk keduanya memang tidak bersalah mereka hanya menuruti perintah Ghama untuk mencari keberadaan gadis malam itu tanpa sepengetahuan Bisma.

"Jadi, apa yang kamu temukan" Bisma memijat keningnya padahal tidak pening

Dia sudah lama tahu jika adiknya itu tidak waras tapi mencari gadis malam lima tahun lalu? itu benar-benar tidak masuk diakal.

Ghama sendiri tidak tahu bagaimana parasnya bahkan nama gadis itupun Ghama tidak tahu bagaimana bisa dia meminta dua bawahannya mencari keberadaan gadis yang seperti ilusi tersebut.

"Tidak ada" sahut Ghama.

Ghama malu mengaku jika dirinya gagal menemukan wanita yang dia cari. Hingga kini titik terang sedikit pun tidak dia dapatkan.

"Aku akan membantumu tapi kamu harus berjanji apapun yang kalian temukan nanti kalian bertiga harus berkomunikasi denganku jangan langsung bertindak sendiri" Bisma memberi mereka peringatan.

Setelah dirasa cukup baginya menceramahi Ghama dia langsung meninggalkan mereka untuk pergi mencari makanan, Bisma benar-benar sangat lapar saat ini. Tidak lupa dia bertanya pada mereka tapi ketiganya menolak serentak.

"Tidak kami tidak lapar"! seru ketiganya bersamaan.

"Benarkah?" mata tajam Bisma menatapi mereka dengan penuh selidik seperti ada yang disembunyikan lagi oleh mereka dari dirinya.

Akhirnya ketegangan mereka berakhir Bisma sudah menjauh dari ruangan saat Rio memantau kepergiannya

"Dimana flashdisknya" Ghama menadah tangannya didepan Jihan

Tepat sebelum kecelakaan terjadi Ghama menerima telfon dari Jihan asisten pribadinya lelaki itu menemukan beberapa vidio hotel ketika malam itu terjadi.

Jihan memberikan flashdisk tersebut beserta iPadnya.

Mereka bertiga menonton vidio yang ada didalam diska itu tapi hanya beberapa vidio yang dirasa penting tapi tidak ada yang benar-benar menunjukkan wajah gadis itu.

Ketiganya memutar terus vidio itu tapi tetap hasilnya nihil wajah gadis itu tidak terlihat sama sekali.

"Apa hanya ini? Kenapa tidak ada satupun wajahnya yang terlihat jelas" Ghama memutarkan ulang vidio itu berkali-kali hasilnya tetap sama.

"Jika kita menemukan gadis ini mungkin kita bisa tahu siapa yang bersamanya" Rio menunjuk salah seorang gadis yang bersamanya didalam vidio itu.

Jihan dan Ghama memperhatikan wajah yang ditunjukkan Rio wajah gadis itu memang terlihat tidak asing tapi Ghama tidak bisa mengingat dimana dia pernah melihatnya.

"Cari tahu wanita itu , aku ingin menginterogasinya sendiri" ucap Ghama membuat mereka pergi.

Tidak lama setelah kepergian Jihan dan Rio, Bisma kembali "Kenapa mereka buru-buru sekali?" dia bertanya karena tadi tidak sengaja tersumpuk dengan keduanya didepan pintu kamar Ghama.

Ghama angkat bahu dia beranggapan tidaktahu apa yang terjadi padahal dia yang memberi perintah keduanya untuk pergi menyelidiki gadis yang bersama Fira.

Keesokan paginya

Fira sudah terbiasa tidur dirumah sakit menemani putranya karena rumah sakit itu milik ayah Ibnu dia jadi bisa meminta ranjang Vino sedikit lebih besar agar bisa ditiduri tiga orang.

"Kamu tidur disini lagi" tegur Ibnu ketika melihat Fira keluar dari ruangan Vino

"Aku hanya merasa bahagia jika berada didekat mereka, kamu tahukan mereka segalanya bagiku" Fira menatap sikembar dari kaca pintu

"Dan kamu adalah segalanya bagiku" batin Ibnu

"Ada apa? kenapa menatapku seperti itu" Fira menegurnya

Ketika menoleh kearah Ibnu Fira melihat dokter tampan itu menatap lekat dirinya. Tatapan lembutnya itu membuat Fira sedikit tidak nyaman.

"Apa kamu sudah sarapan" tanya Ibnu setelah sadar dari lamunannya

"Belum" Fira menggeleng

"Mau sarapan bareng?" Ibnu menawarkan bekal yang dia masak sendiri.

Tidak ada alasan untuk Fira menolak makanan yang ditawarkan penyelamat hidupnya.

Setelah kepergian mereka Vino dan Vina bangun bersamaan , keduanya ternyata berpura-pura tidur.

"Vina menurut kamu ibu dan om Ibnu bagaimana?"

"Om Nunu baik sama ibu, terus perhatian juga, suka ajakin nana main, beliin nana jajan" gadis itu menceritakan segalanya dengan jujur dan polos

"Jika dia jadi ayah kita?" hati Vino terasa berat melontarkan pertanyaan itu . Dia takut jika Vina setuju.

Vino tahu jika Ibnu adalah orang yang baik bahkan sangat baik padanya tapi Vino bisa melihat dari tatapan wajah ibu nya jika dia tidak ada sedikitpun perasaan suka untuk Ibnu .

Sedangkan Vina gadis kecil polos itu mudah saja menyukai seseorang.

"Gak mau, nana tahu nana egois tapi Nana mau ayah kandung bukan ayah tiri" sendu Vina

Vino pun memeluknya erat , dia tidak pernah memikirkan perasaan Vina makanya melontarkan pertanyaan itu. Ternyata Vina membutuhkan sosok seorang ayah tapi bukan ayah sambung gadis cilik itu ingin ayah kandungnya. Vino merasa sangat bersalah telah berfikir aneh tentang adiknya.

...[3]...

Terpopuler

Comments

adining kartika

adining kartika

hehe,, agak bingung

2024-05-18

0

🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎

🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎

Jadi apa hubungan keluarga Ghama dengan Fira dan dokter Ibnu? Masih belum paham Thor tolong jelasinn/Sob/

2024-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!