Episode 08

Flashback on

Triing__ suara gelas kaca yang ber-adu terdengar jelas ditelinga Fira. Gadis itu sedang duduk di kursi pinggiran.

"Fira ayo kemari" teriak salah seorang dari dalam kerumunan.

"Aku gak ikut kalian saja" balasnya berteriak.

Padahal malam ini adalah malam pesta wisuda mereka tapi Safira Annisa Trihapsari tidak terlalu menikmati pesta tersebut. Dia datang malam ini hanya karena Syifa mengajaknya. Tapi sekarang gadis itu sedang tidak terjangkau oleh mata Fira.

"Hap_" Syifa membuatnya terkejut.

"Darimana saja kamu aku sudah hampir pulang karena kamu gak ada disini" Fira menatapnya.

"Oh ayolah sayangkuuh, malam ini pesta kita bersama kenapa kamu gak ikut menikmatinya saja" bau alkohol dari mulutnya terlalu menyengat dihidung Fira.

"Sisi kamu minum-minum lagi" dia menutup hidungnya.

"Iya, ini benar-benar enak tahu.. Kamu mau coba?" dia memperlihatkan gelas kaca dengan cairan kuning itu pada Fira.

Fira menolaknya dengan tegas tapi sifat Syifa yang suka memaksa membuat gadis itu menerima segelas bir dia meneguknya didepan Syifa atas permintaan teman dekatnya itu.

Fira pun larut dalam acara malam itu. "Sisi tadi Ibnu nyatain cintanya sama aku..." Fira sudah menenggak terlalu banyak bir hingga kesadarannya memudar.

"Terus kamu jawab apa?" Syifa juga tidak kalan mabuk dari Fira.

"Aku menolaknya, bayangin aja dia dari keluarga yang memiliki sejarah panjang turun temurun keluarganya adalah dokter sedangkan aku... Aku hanyalah anak yatim piatu dari kampung bagaimana mungkin kami berdua cocok_" jelas Fira.

Benar adanya jika Fira hanyalah gadis desa yang diadopsi dari panti asuhan dan dibesarkan oleh keluarga angkatnya. Dia memberanikan diri berkuliah di kota untuk menaikan derajat kedua orang tua angkatnya. Impian itu sudah hampir ia capai tapi ketika dia sedang menyelesaikan skripsinya mereka telah tiada. Kini Fira hanya berjuang untuk dirinya sendiri.

Pesta malam itu telah usai, Syifa dan yang lainnya sudah pulang sedangkan Fira dia tertidur disebuah kamar. Gadis itu sempoyongan dia sudah tidak sanggup lagi berjalan menuju koridor melihat salah satu pintu kamar terbuka dia memasuki kamar itu lalu merebahkan dirinya diatas kasur tanpa tahu jika kamar itu sudah ada penghuninya.

Didalam kamar mandi terdengar suara gemercik air shower. Lelaki bertubuh sixpack itu mematikan showernya dan mengenakan handuk sepinggang.

Kaki jenjangnya melangkah keluar. "Mereka membiarkan pintu kamarku terbuka, apa pemilik hotel ini ingin dipecat" dia menutup pintu serta menguncinya.

Lampu kamar memang tidak menyala. Lelaki itu tidak suka kamar yang terlalu terang karena dia tidak terbiasa. Dia langsung menuju kasurnya hari ini benar-benar sangat melelahkan banyak hal yang sudah dia urus padahal dia baru saja diangkat jadi direktur.

"Ternyata jadi direktur itu susah juga ya_" pikirnya.

Tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang perlahan mendingin tapi selimut itu terlalu berat untuk ditarik. "Apakah mereka menaruh selimut besi kenapa berat sekali.." dia berusaha menariknya lagi

"Eunggh..." lenguhnya membuat Ghama duduk.

"Hei kau siapa?" dia menepuk-nepuk wajah Fira.

"Eunggh..." Fira masih di alam bawah sadarnya.

Suara lenguhan Fira membuat Ghama merasakan hawa panas dalam dirinya. "Sial, padahal aku sudah mandi air dingin kenapa efek alkoholnya masih ada" matanya mulai memburam

"Hei apa yang kau sentuh..." pekiknya tatkala tangan Fira mengenai pahanya.

Ghama mengalihkan tangan gadis itu perlahan seraya menahan nafsunya. Kesadarannya makin lama makin pudar ketika netranya menatap kearah belahan dada Fira yang terlihat.

Gadis itu menggeliat, lagi-lagi tangannya menyentuh bagian paha Ghama membuatnya tidak kuasa menahan nafsunya lagi.

"Kau yang bermain api_" dia membuka semua pakaian Fira dan melemparkannya kesembarang tempat.

"Eunggh...." disela permainan Ghama Fira mengerang dengan suara lembut dan bergairah. Ghama tidak kuasa menahannya lagi, dia benar-benar seperti hewan buas malam itu.

"Ingat aku, namaku Ghama Dian Haryadi mulai sekarang kamu milikku" dia berbisik dan tidur disebelah gadis itu.

Flashback off

"Jadi lelaki malam itu adalah Ghama" Syifa terkejut saat Fira mengatakannya. Dia tidak habis pikir jika temannya menjadi korban pelecehan seksual oleh lelaki playboy terkenal di kota itu.

"Sekarang kamu bagaimana?" tanya dia.

"Aku tidak berfikir untuk memberitahunya tentang Vina dan Vino mau sampai kapanpun mereka anak-anakku bukan anaknya dia" tegas Fira.

Mansion keluarga Haryadi

"Kenapa kalian telat" Tiwi menginterupsi dua putranya yang pulang terlambat.

Setelah makan malam dengan keluarga Andersons, Ghama dan Bisma pulang terpisah dari papa dan mama nya. Mereka tidak langsung menuju mansion karena harus menemui seseorang.

"Mobil bang Bisma mogok ma __" Ghama melangkah masuk melewatinya.

"Ghama jangan bohong sama mama" Tiwi meneriakinya.

"Tanya aja bang Bisma " sahutnya yang juga berteriak.

"Benar begitu Bisma " Tiwi mengernyit karena Bisma menghiraukannya.

Bugh .. Tiwi memukul bahu Bisma untuk membuyarkan lamunannya. "Sejak tadi mama lihat kamu melamun, ada apa?" tuturnya.

"Ma ayo duduk dulu " dia menarik Tiwi duduk di sofa ruang tamu.

"Ada apa Bisma, kamu terlihat banyak pikiran apa ada masalah di perusahaan?" Tiwi melihat hal tidak biasa dari balik wajah Bisma. Putra pertamanya itu seperti punya banyak beban dalam pikirannya.

"Bukan begitu ma" Bisma ragu untuk berbicara.

"Lalu apa?" Tiwi makin penasaran karena tidak biasanya Bisma bersikap begitu.

"Tentang anak yang di rumah sakit tadi ...." perkataannya terjeda.

"Vino ada apa dengannya, apa kamu sudah menemukan tes DNA mereka? Cocok apa tidak?" sejak pulang dari rumah sakit dan melihat wajah masa kecil Ghama, Tiwi meminta putranya Bisma untuk mencari tahu dengan harapan jika Vino adalah cucunya.

"Hmm belum pasti ma, tapi Ghama sudah menemukannya jika gadis malam lima tahun lalu adalah Fira ibu biologis anak itu.." ujarnya menjelaskan.

Tiwi menutup mulutnya kaget, bagaimana bisa ada kebetulan begitu. Anak yang dia lihat mirip Ghama adalah anak biologis gadis yang dicari putranya sejak lima tahun yang lalu.

"Lalu bagaimana, apa anak itu benar anak Ghama"

Bisma mengangkat kedua bahunya dia saja tidak tahu menahu dengan hal itu karena belum dipastikan. Besok Ghama dan Bisma akan menemui Fira untuk menanyakan semuanya apa benar sikembar anak Fira adalah anak kandung Ghama.

"Baiklah-baiklah besok mama harus ikut kalian" Tiwi memaksa

"Ayolah ma, Bisma bisa jaga Ghama kok mama gak perlu ikut segala" tolak Bisma.

"Mama kamu dimana?" teriak Abra.

"Diruang tamu pa" sahutnya berteriak.

"Bisma masuk kamar dulu ya ma, besok Bisma kasih kabar jadi mama dirumah aja" Bisma pergi menuju kamarnya.

"Mama ngapain disini ayo tidur" Abra menghampirinya.

"Papa sendiri ngapain disini?"

"Mama gak ada disebelah papa makanya kebangun yaudah ayo tidur lagi ma" Abra menggendongnya.

"Papa apa yang kamu lakukan turunin mama cepat" perintahnya yang di tolak mentah-mentah oleh Abra.

...[8]...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!