"Fira kamu belum cerita, kenapa wajahmu muram begitu?" tanya Syifa lagi.
Sejak memasuki ruangan rawat Vino raut wajah Fira muram, dia terlihat banyak pikiran. Saat Syifa bertanya padanya wanita itu enggan menjawabnya.
"Aku baik-baik saja kok" elaknya dengan tersenyum.
"Fira kumohon jangan memaksakan diri lagi, anak-anak juga tidak akan mendengar perkataanmu saat ini. Ceritalah aku tahu kamu lagi dalam masalah_" ucap Syifa menepuk-nepuk bahu Fira.
Fira menoleh kearah Syifa, melihat raut wajah Syifa dia tahu betul jika wanita yang sudah seperti keluarga baginya itu sedang mengkhawatirkan dirinya. Jujur saja masalah biaya rumah sakit ini benar-benar membebaninya tapi dia juga tidak ingin merepotkan Syifa.
"Aku baik-baik saja, fokusku saat ini adalah kesembuhan Vino.. Tapi kenapa dia belum sadarkan diri juga___" keluhnya mendekati Vino.
Syifa akhirnya menghela nafasnya pelan, "Aih kamu ini benar-benar tidak berperasaan. Aku ini teman yang paling dekat denganmu, paling mengerti kamu, jangan berbohong lagi padaku.." ucapnya membuat Fira tersentak
Tubuh Fira sedikit gelisah saat Syifa mendekatinya, dia sangat takut jika Syifa mengetahui dirinya tidak sanggup membayar tagihan rumah sakit Vino. Pasti temannya itu yang akan memberinya bantuan, Fira tidak ingin meminjam uang dengan Syifa karena dia tahu betul jika Syifa saat ini juga sedang membutuhkan uang.
"Jangan memikirkan hal yang konyol, apakah aku terlihat kekurangan uang. Aku dengan senang hati membantu ponakanku, jangan pernah anggap kamu membebaniku Fira" ujarnya.
Fira memeluknya, "Thanks Sisi, tapi aku benar-benar bisa membayar tagihan rumah sakit Vino" tegas Fira.
Syifa melepaskan pelukannya dan menatap lekat kedua mata Fira. Tatapan tegar Fira membuatnya menyerah, dia memutuskan untuk tidak membantu sahabatnya itu.
Tidak lama setelah itu Syifa berkata akan pulang, dia diantar Fira hingga keluar gerbang rumah sakit. Sementara itu Vino yang sudah sadar dari tadi menitikkan air matanya, dia lagi-lagi merasa hanya menjadi beban ibu nya.
Klek!
Pintu ruangan itu terbuka, dengan cepat Vino menyeka air matanya. Dia tersenyum menyambut kedatangan Fira. "Ibu__" lirihnya dengan senyuman terpaksa.
"Vino akhirnya kamu sadar nak, ibu sangat-sangat mengkhawatirkan kamu__" sambarnya yang langsung mendekati Vino.
Fira memencet bel darurat, dia ingin memastikan jika saja kondisi putranya baik-baik saja. Dokter Ibnu yang mendengar bunyi alarm di ruangan Vino langsung mendatangi ruangan itu.
Dengan ditemani Vina, dokter spesialis ginjal dan paru-paru itu mendorong pintu dan masuk begitu saja. Nafasnya sampai tersengal karena berlarian dari ruangan tempat dia dan Vina sedang bermain.
"Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa ngos-ngosan begitu?" tanya heran Fira.
"Kamu menekan tombol darurat apakah terjadi sesuatu pada Vino?" dokter Ibnu balik memberinya pertanyaan.
"Oh itu, maafkan aku Ibnu. Aku memencet tombol darurat karena ingin kamu memeriksa kondisi Vino, dia baru saja siuman" jelas Fira membuat Ibnu dan Vina mengusap dadanya serentak.
Sejak mendengar suara alarm keduanya sudah dibuat kaget, jantungnya berdetak tidak normal karena mengkhawatirkan Vino, akhirnya kini mereka lega karena ternyata Vino sudah siuman.
"Aku akan memeriksa kondisinya sekarang" Ibnu memulai aktivitasnya, menggunakan stetoskop dia memeriksa kondisi Vino.
"Kondisinya sudah berangsur membaik, pemulihan anak ini sangat cepat ... Kamu jangan terlalu khawatir lagi Fira" jelas dokter Ibnu.
-
Ruangan Naratama
Ghama sudah diperiksa dokter lain, kondisi tubuhnya sudah membaik dokter itu bahkan menyarankan Ghama untuk pulang tapi lelaki 27 tahun itu menolaknya.
"Ghama kamu yakin gak mau pulang saja" sambar Jordan
"Iya om, saya masih mau berada di rumah sakit ini__" sahut Ghama dengan sangat yakin
"Dylan tolong cari mama kamu, papa harus kembali ke kantor karena ada urusan mendesak.. Kalau begitu om pamit ya Ghama" Jordan sudah pergi.
"Ghama aku pergi cari Mama dulu, kalau ada apa-apa kamu telfon aku saja" Dylan pergi setelah Ghama mengangguk.
Karena kondisi tubuhnya sudah baik-baik saja Ghama memutuskan untuk pergi menemui Vino bocah yang berstatus putranya itu. Langkah kakinya menuju ruangan itu beberapa kali terhenti saat dua orang suster mulai berbisik.
"Kamu yakin itu dia?" tanya salah seorang dari suster itu.
"Aku sangat yakin, wanita itu tadi meminta tenggat waktu untuk membayar biaya rumah sakit putranya, karena dia dan dokter Ibnu adalah teman makanya dia diberi keringanan.. Ku dengar dokter Ibnu sangat menyayangi kedua anaknya" jelas suster yang satu lagi.
"Apa mungkin mereka anaknya dokter Ibnu" kedua suster itu berkata serempak dan saling tatap.
Ekhem,,
Deheman Ghama membuat mereka menoleh. "Boleh saya tahu dimana ruangan rawat Vino yang baru sus?" tanya dia
"Oh tuan Ghama, ruangannya berada disebelah ruang rawat yang lama" sahut salah seorang dari suster itu.
Ghama meninggalkan mereka dan menuju ruangan yang dimaksud. Langkahnya terhenti kembali saat didepan pintu ruangan itu. Ibnu dan Fira serta Vino dan Vina sedang berbicara dan tertawa, hubungan mereka sangat harmonis dalam pandangan mata Ghama.
Dia mengurungkan niatnya untuk menjumpai Vino. Saat dia berbalik Fira membuka pintu dan menahan tangan Ghama.
"Kamu ingin melihat Vino, kondisinya sudah membaik dan sudah stabil. Terimakasih untuk yang sebelumnya dan maaf juga karena berburuk sangka padamu, aku hanya takut jika kamu akan merebut mereka dariku" keluhnya.
Dengan cepat Ghama membalik tubuhnya. "Aku juga ingin meminta maaf atas sikapku padamu semalam, jujur aku hanya tersulut emosi sesaat__" jelasnya yang juga meminta maaf karena mengatai Fira ketika di depan ruangan operasi.
"Seharusnya aku yang meminta maaf karena menamparmu, aku sangat marah saat itu.. Maaf ya" Fira menundukkan sedikit kepalanya
"Boleh aku menemuinya" Ghama menunjuk kearah Vino.
Fira mengangguk, dia yang tadinya ingin keluar kini melangkah kembali masuk. "Ada apa Fira? Apa ada yang tertinggal?" tegur Ibnu
Fira Menggelengkan kepalanya, wanita cantik itu menjelaskan jika Ghama ingin menemui Vino tapi Fira tidak akan memaksa Vino untuk memberinya ijin, dia hanya ingin mengatakan itu karena menunggu jawaban dari Vino.
"Baiklah_" sahut anak itu.
"Suruh saja dia masuk Bu" sambungnya.
Fira menemui Ghama yang diambang pintu meminta lelaki berparas ganteng itu masuk menemui Vino sedangkan dirinya pergi untuk mencari sesuatu.
"Kamu mau kemana?" tanya Ghama
"Aku sedang ada urusan, kamu masuk saja Vino sudah memberimu ijin, kalian silahkan mengobrol aku tidak akan melarang tapi ku mohon jangan rebut dia dariku.." pinta Fira sebelum pergi.
"Aku tidak akan merebut mereka, aku bisa bersumpah didepanmu Fira" ucap Ghama yang masih terdengar ditelinga Fira.
Fira sudah pergi meninggalkannya, putra kedua pak Abraham Haryadi itu melangkahkan kakinya masuk untuk menemui putranya dan juga putrinya.
.......
...[16]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🎀
Vino jgn sedih yaa
2024-06-03
1
Yuli a
bayarin dong ghama...
kyak nya vino bkal nurunin ego nya deh... dia pasti kasihan sm ibunya yg gk ada uang... entah gimana tr dia ngomong k ghama.... anak umur sgitu udh di paksa dewasa krena keadaan...😭😭😭
2024-05-22
3