Bu Arin pengasuh yang Fira pekerjakan untuk menjaga sikembar baru saja tiba. Dia langsung menemui dua anak majikannya kedatangannya tepat sekali saat Vina merengek ingin makan tapi Vino melarang gadis kecil itu untuk meminta makanan dengan Ibnu.
"Gak boleh merepotkan om Ibnu lagi_" Vino menghindari tatapan matanya guna menolak keinginan adiknya.
"Tapi Nana laper" bibirnya sudah kelu karena cemberut dari tadi tapi Vino tetap saja melarangnya pergi keluar
"Tunggu Bu Arin datang nanti bawa dia makan di luar" Vino membujuknya.
Klek, pintu ruangan itu terbuka. "Ya ampun Nana laper ya, maaf ya Bu Arin datangnya lama" dia mengelus lembut kepala Vina.
"Yey akhirnya bisa makan di luar" gadis itu kegirangan.
Sesuai janjinya Vino dan adiknya di temani Bu Arin makan diluar tepatnya disebelah rumah sakit. Tempat itu adalah rumah makan yang masakannya sangat enak, hampir semua staf rumah sakit makan disitu.
"Om Nunu sini-sini makan sama Nana__" teriaknya ketika melihat Ibnu memasuki rumah makan itu.
Dokter berparas ganteng itu langsung menghampirinya meski dia tahu betul jika Vino sa~ngat tidak menyukainya.
"Nana lagi makan ya.." Dia mengelus lembut kepala Vina. Gadis itu langsung mengangguk
Vino menghiraukan mereka agar adiknya senang. Ketidaksukaannya pada Ibnu tidak pernah dia perlihatkan kepada adik kembarnya kecuali ibunya, dia tidak bisa membohongi Fira jika dia tidak menyukai Ibnu. Tapi dia tetap berbohong dengan alasannya mengapa dia tidak menyukai Ibnu dari ibu nya.
Ninu~ Ninu,
Mobil ambulans gawat darurat mendatangi rumah sakit itu seorang suster langsung menghampiri Ibnu, mereka membutuhkan bantuan Ibnu karena yang butuh bantuannya saat ini adalah pasien naratama yang biasa Ibnu tangani.
"Bagiamana kondisinya saat ini" tanya Ibnu.
"Tidak baik-baik saja dok, beliau mengalami kontraksi pada ginjalnya" jelas suster itu yang samar-samar didengar Vino. Mereka sudah meninggalkan rumah makan tersebut.
"Naratama? Kontraksi ginjal?" batinnya berfikir.
"Abang~" panggilnya tapi bocah lelaki itu masih saja larut dalam pikirannya.
"ABANG" pekiknya membuat Vino tersedak
Bu Arin yang berada didekat mereka langsung memberinya segelas air putih agar Vino bisa mencerna makanan yang tersangkut di tenggorokannya.
"Maafin Nana ya bang, Nana gak sengaja bikin Abang keselek dari tadi Nana panggil-panggil Abang Vino gak dengerin Nana" gadis itu merasa bersalah.
Bukannya marah Vino malah mengelus rambutnya dengan lembut, dia tahu itu bukan maksud adiknya untuk mengejutkan nya. Tapi karena Vino memang terlarut-larut dalam pikirannya sendiri hingga tidak mendengarkan Vina memanggilnya.
"Bu Arin, titip Nana ya aku mau ke toilet dulu___" bocah ganteng itu sudah meninggalkan mereka.
"Bang Vino mau ditemenin gak.." Vina berteriak. Meski sudah agak jauh tapi suara Vina yang seperti toa itu pasti masih terdengar olehnya
"Gak_" sahutnya yang juga berteriak
Didepan kamar pemeriksaan tubuh Ghama, Bisma ditemani dua orang bawahan Ghama sedang berbicara dengan Ibnu.
"Bagaimana kondisinya?" Bisma bertanya
"Tidak buruk tapi bukan berarti dia baik-baik saja, sementara biarkan dia dirawat disini untuk pemeriksaan lebih lanjut" dokter Ibnu menjelaskan keadaannya.
"Bagaimana ini nyonya terus saja menghubungiku? Dia terus bertanya bagaimana kondisi Bos Ghama..." Jihan memperlihatkan ponselnya yang dari tadi berdering ulah Tiwi yang mengkhawatirkan Ghama.
Tidak jauh dari sana Vino mendengarkan percakapan mereka, dia jadi ingat dimana pernah melihat Bisma ternyata lelaki yang menjemput Tiwi. Saat itu Tiwi berada di ruangannya.
"Bocah, apa yang kamu lakukan disini?" Rio mengejutkannya. Dia melihat bayangan anak kecil dibalik dinding kamar samping tempat Ghama diperiksa.
Vino menoleh, Rio sampai dibuat kaget karena wajah Vino terlihat mirip dengan Ghama kecil.
"Tu-tuan Ghama eh bukan .. Kamu siapa?" Rio kembali sadar saat melihatnya satu kali lagi.
"Ternyata ini anaknya Fira yang dirawat disini.. Dia sangat mirip dengan bos apa mungkin dia benaran anak bos Ghama" Jihan mendekatinya
"Mundurlah__" titahnya langsung membuat mereka melangkah mundur.
"Bos kecil, dia benar-benar bos kecil" Jihan memuji sifatnya yang sangat mirip Ghama ketika serius.
"Siapa yang kalian bilang mirip denganku" tanya anak kecil itu. Bisma pun memintanya mendekat dia menunjuk kearah Ghama dibalik kaca rumah sakit.
Vino yakin lelaki didalam ruangan itu lah yang disebut-sebut Vina mirip dengannya. Segi paras mereka benar-benar mirip Vino pun mengakui hal itu.
"Eh eh kamu mau kemana?" tanya Jihan saat Vino meninggalkan mereka
"Apa aku perlu izinmu untuk pergi" sinisnya kemudian langsung pergi.
Tidak lama setelah kepergiannya Tiwi datang dengan raut wajah cemas khas dirinya, lagi-lagi anak keduanya membuatnya khawatir.
"Bisma bagaimana kondisi adik kamu?.." dia langsung menghampiri mereka.
"Ghama harus dirawat dirumah sakit ma" Jelasnya singkat.
Tiga jam sudah berlalu, Vino dan Vina masih diasuh Bu Arin karena Fira belum kembali. Tadi bocah lelaki itu menjalani pemeriksaan menyeluruh dan kondisi tubuhnya normal hingga jadwal operasinya di majukan lagi.
"Vino ibu dengar jadwal operasi kamu dimajukan lagi" Fira langsung berlari masuk kedalam ruangannya
"Iya ma" bocah itu tersenyum
"Operasinya kapan?" tanya Fira, jantungnya cenat-cenut tidak karuan dari awal menerima telfon Ibnu sampai saat ini pun masih berdetak lebih cepat.
"Besok ma tadi Nana dikasih tahu om Nunu" Vina langsung berhambus kepelukan sang ibu.
"Benar begitu Vino" tanya dia sekedar memastikan, tapi anggukan bocah itu malah membuat dirinya belum siap.
"Bu Fira kalau begitu saya pamit dulu ya.." Bu Arin berpamitan dengan mereka semua.
Itu sudah biasa terjadi. Bu Arin, pengasuh yang Fira sewa hanya mengasuh anak-anaknya disaat dia tidak bersama mereka. Untuk hal lainnya Fira mengurus mereka sendiri.
Dikamar Naratama, Ghama sudah di pindahkan kemari karena kondisinya sudah berangsur normal. Hanya hitungan menit lelaki itu akan sadar kembali.
"Ma bagaimana kondisi Ghama __" Abra baru saja datang. Dia buru-buru kemari begitu meetingnya selesai.
Selain mengkhawatirkan Ghama dia juga mengkhawatirkan kondisi istrinya berkali-kali dikejutkan dengan kondisi putra keduanya.
"Dia belum sadarkan diri pa.." wanita paruh baya itu berlinang air mata. Dia terus memegangi tangan Ghama, mengelus rambutnya dengan lembut berharap anak lelakinya yang satu itu lekas siuman.
Abra mendekat langsung mendekap istrinya itu dalam pelukannya seraya menghiburnya. "Mama tahu kan Ghama anak yang kuat dia pasti siuman__" bujuknya.
"Papa sudah disini.." Bisma baru saja kembali membawa setenteng makanan. Dia ingat jika ibu nya belum makan siang.
Abra sendiri yang menyuapi Tiwi makan. "Ayo ma, mama harus makan" bujuk Abra tatkala tangan Tiwi menepis tangannya.
"Mama gak bisa makan pa, melihat kondisi Ghama yang seperti itu.." tangisnya lagi. Wanita itu hampir saja putus asa tapi detak jantung Ghama yang berangsur normal membuat lelaki yang di katakan koma sejenak tadi sadar kembali.
...[10]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments