Keheningan terjadi didalam ruangan itu tidak ada satu pun dari mereka yang memulai percakapan. Semakin lama Fira jadi semakin muak "Apa kalian akan terus diam begini" tegurnya.
"Oh aku akan menyusul mama, kalian mengobrol saja" dia langsung pergi
Bisma tidak ingin terlibat dalam hubungan mereka yang rumit dan berbelit. Dia sudah meninggalkannya tapi ruangan itu masih saja hening, baik Vino maupun Ghama tidak ada yang mau bicara.
Fira menarik nafasnya perlahan "Ghama jika sudah melihatnya kamu sudah boleh pergi" ucapnya
Dia menarik gagang pintu hingga terbuka.
"Fira bisakah kami bicara 4 mata" Ghama akhirnya bicara
"Tidak bisa" wanita itu kembali duduk setelah menutup pintu.
Dia tidak bisa meninggalkan Ghama dan putranya didalam ruangan yang sama. Dia takut jika saja Ghama mengetahui Vino adalah putra kandungnya. Dia tidak ingin berpisah dengan sikembar karena mereka adalah penyemangat hidupnya.
"Fira aku hanya akan bicara sebentar tidak akan memakan waktu lama.. Aku berjanji!" lelaki itu memohon padanya
"Tidak" tegas Fira.
"Bu aku ingin minum jus jeruk" Vino mengalihkan perhatian Fira
Didalam ruangan itu tentu saja tidak ada jus jeruk, bocah kecil itu hanya mencari alibi agar ibunya pergi. Dia juga memiliki perkataan untuk disampaikan pada Ghama dalam benaknya. Fira tahu betul jika Vino adalah anak pemilih yang jarang mau berbicara dengan orang luar, tapi kenapa? Kenapa harus Ghama?.
"Baiklah, ibu ambilkan_" wanita itu melangkah pergi
Fira pergi dengan perasaan enggan yang berujung takut. Dia sangat takut jika apa yang dia bayangkan itu terjadi.
-
Kini Ghama dan Vino berada di satu ruangan yang sama. "Kamu saudara kembar Vina" ucap Ghama berusaha memecahkan keheningan tapi terkesan canggung.
Vino tidak memperdulikanya, tangan mungil Vino mencabut rambut nya lalu memberikannya pada Ghama."Om ingin memastikan kami anak om apa bukan? Jika begitu bawalah ini, aku juga ingin melihat hasilnya besok sebelum operasiku dilakukan" ujarnya.
"Aku pasti akan memberikannya besok" wajah Ghama terlihat ceria setidaknya Vino memberinya respon yang cukup baik saat ini.
Pintu ruangan itu terbuka. Fira masuk membawa segelas jus jeruk yang dipinta Vino.
Bocah lelaki itu langsung menenggaknya, tidak lama setelah itu Ghama buru-buru pergi setelah berpamitan dengan mereka. Fira mulai menatapi putranya, "Kamu kenapa memberinya rambutmu" tanya dia yang membuat Vino tersentak kaget.
"Ibu tahu kamu anak yang pintar Vino. Dari melihat paras kalian yang mirip saja kamu sudah bisa menebaknya jika dia adalah ayah kandungmu tapi kenapa?, apa ibu kurang baik kenapa kamu memberinya harapan?, kenapa Vino?" tangisnya pecah
Dia sungguh tidak menyangka jika hal yang paling dia takutkan terjadi karena ulah putranya sendiri. Bukan karena Ghama yang memintanya tapi Vino yang memberikan rambutnya sendiri untuk uji tes DNA.
"Bu, aku gak tega lihat ibu kesusahan menjaga kami berdua, selama ini ibu selalu berjuang sendirian. Ibu selalu membagi waktu ibu untuk kami lalu sisanya untuk bekerja, ibu sampai lupa jika ibu juga butuh istirahat.. Vino tahu ibu tidak ingin om Ghama merebut kami. Tapi Bu, aku ingin dia sedikit saja bertanggungjawab untuk ibu.." bocah itu menunduk
Tangisan Fira semakin pecah mendengar curahan hati Vino. Dia mendekapnya dengan erat. "Nak, maafkan ibu.. Ibu salah berfikir jika kamu ingin meninggalkan ibu"pelukannya semakin erat
-
Dikursi tunggu Vina sedang menyantap es cream yang dijanjikan Tiwi. dia memakannya dengan sangat lahap.
"Ma, loh kok disini bukannya diruangan Ghama?" tegur Abra.
"Waaaa seram" Vina berteriak saat menatap Abra dia teringat saat pertama kali bertemu pria paruh baya itu terlihat sangat menyeramkan.
Tiwi langsung mendekapnya. "Papa kenapa ngagetin anak kecil" tatapan tajam Tiwi langsung menyambar Abra.
"Papa cuma bertanya loh ma" Abra kalang kabut. Dia tidak menyangka akan disambut dengan tatapan tajam dari Tiwi. Dari jauh dia memperhatikan mereka dia berfikir itu orang lain ternyata benar Tiwi, dia pun menyapanya tapi tidak menyangka jika anak kecil disebelah Tiwi setakut itu padanya.
"Nana gak papa sayang jangan takut, kakek baik kok" Tiwi menepuk-nepuk bahunya
"Nana takut" tangan Vina makin memeluknya dengan erat.
"What? Kakek? , ma yang benar saja kenapa aku jadi kakeknya... Aku belum tua" tolak Abra yang tidak terima dirinya disebut kakek oleh Tiwi.
Tiwi tidak habis fikir melihat tingkah Abra lelaki yang sudah berumur 50 tahun itu masih saja bersikap kekanak-kanakan. Mata Tiwi teralihkan saat pasutri yang dia kenal sedang berjalan seperti mencari sesuatu
"Rose" tegurnya
Pasangan suami istri itu langsung menoleh. "Kebetulan bertemu disini, kami mencari kamar Ghama tapi tidak ketemu .. Kenapa kalian berdua disini dimana Ghama?" tanya Rosetta sembari mendekat
"Ghama diruangan Vino saudara kembar anak ini" jelas Tiwi secara singkat.
"Abra apa dia cucumu?" tanya Jordan
"Cucu darimana nya, kamu tahukan kedua putraku saja belum ada yang menikah" sahut Abra.
"Lalu dia siapa? Kenapa dekat sekali dengan istrimu" lanjut Jordan menginterupsi nya.
"Jujur saja dia anak kecil yang aku ceritakan waktu itu" Abra memijat dahinya padahal tidak pusing.
Jordan tertawa, Tiwi dan Rosetta sedikit bingung apa yang dibicarakan Abra dan Jordan hingga dia tertawa dengan begitu jelas.
Rose mendekati suaminya, "Sayang ada apa?" tanya dia.
"Gak papa kok, ayo kita pergi ke ruangan Ghama ... Tiwi bawa saja anak itu dia sepertinya sangat ketakutan melihat Abra" Jordan masih saja tertawa.
Mereka menuju ruangan Ghama. Disana Kaylan dan Dylan sedang menunggu didepan pintu. Sikembar itu sudah dari tadi disitu karena Bisma dan Ghama menyuruhnya menunggu sementara Ghama menuju ruang laboratorium rumah sakit.
"Loh kalian berdua dimana Ghama dan Bisma?" Rose menyapa kedua putranya
"Itu ma, mereka pergi ke lab katanya ada urusan kita disuruh nunggu disini" jelas Kaylan menyambut mereka
"Nana mau bubu" anak itu mencuri perhatian mereka semua. Dia yang masih digendongan Tiwi merengek tidak mau berada didekat Abra. Tiwi sudah berusaha membujuknya tapi gadis kecil itu sudah membulatkan tekad dengan keputusannya.
"Pokoknya Nana mau bubu.." rengeknya
Tiwi jadi terpaksa mengantar Vina menuju ruangan rawat Vino, tidak sampai ditempat tujuannya Fira sudah menjemput gadis kecil itu. Dia merebutnya dari gendongan Tiwi "Terima kasih ibu sudah menjaganya, kalau begitu saya permisi" ucapnya pergi meninggalkan Tiwi.
Entah kenapa Tiwi merasakan perasaan tidak diterima oleh Fira. Tidak seperti saat pertama kali mereka bertemu wanita cantik itu bahkan tersenyum dengan ramah padanya. Tapi kini senyuman itu tidak terukir diwajah cantik Fira.
.......
...[12]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🎀
dewasa banget pikirannya Vino
2024-06-02
0
🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎
Si Vino sikapnya dan cara bicaranya udah dewasa banget, tapi si Vina kok masih aja ngomongnya kayak bayi padahal mereka kembar kan
2024-05-18
1
Yuli a
bagus bngt ceritanya... vino ini hebat bngt, kuat, dewasa, pdhl msih 4 thun kn y...😭😭😭
konfliknya seru...👍👍👍
2024-05-18
3