Keesokan harinya sebelum operasi Vino dilakukan.
Fira menghampiri Ibnu. "Ibnu dimana dokternya?" tanya Fira.
"Sebentar lagi tiba... Soal semalam Fira kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa kamu menanyakan kondisi Ghama? Kalian berdua ada hubungan apa?" sahut Ibnu yang balik bertanya.
"Tidak ada hubungan apapun, aku akan pergi melihat Vino, jika dokter itu tiba kabarin aku ya " dia langsung pergi. Fira tidak ingin menjawab pertanyaan apapun yang berhubungan dengan Ghama.
Langkah kakinya sudah menapak didepan ruangan Vino, terdengar suara percakapan didalam sana.
"Kamu benar-benar anak kandungku" dia menyerahkan kertas hasil tes DNA pada Vino.
"Apa kamu ingin aku bertanggung jawab atas kalian berdua dan juga ibu mu" kedua netra Ghama menatap lekat Vino, bocah itu sama sekali tidak membaca kertas yang dia berikan .
"Om tahu kenapa aku memberikan rambutku?" tanya Vino
"Bukankah kamu ingin aku bertanggung jawab untuk kalian bertiga, biar bagaimanapun aku sudah menelantarkan kalian bertiga. Tapi jujur saja aku juga sudah berusaha mencari ibumu tapi tidak menemukannya" Ghama sedikit heran, dia berfikir jika Vino semalam menerimanya kenapa hari ini sikap bocah itu berubah drastis.
"Tadinya aku berfikir mungkin memang lebih baik jika om bertanggung jawab, tapi ibuku tidak menginginkan itu, aku yang tidak berperasaan tidak memikirkannya jadi berusaha membuat keputusan untuk kami" ucapnya membuat Ghama tersentak.
"Aku sudah memikirkannya semalaman. Aku tidak ingin meminta pertanggung jawaban dari om, karena setelah operasiku hari ini. Akulah yang akan menjaga ibu dan adikku" sambungnya.
Deg~
Bagai disambar petir disiang bolong, perkataan Vino terlalu menusuk hingga mendarah daging bagi Ghama.
Pintu ruangan itu langsung terbuka, Fira sudah tidak sabar lagi untuk masuk langkah kakinya sudah melewati daun pintu , dia mendekati Ghama. "Jika tidak ada hal lainnya anda sudah boleh pergi tuan Ghama Dian Haryadi" ucapnya menunjukkan pintu keluar
"Fira, aku ... Aku ingin bertanggung jawab atasmu dan atas kedua anak kita" Ghama menggenggam tangan Fira.
"Aku tidak butuh, lagipula mereka bukan anakmu" tepisnya.
"Bubu , bubu" Vina berlarian masuk
Vino dengan cepat menyembunyikan hasil laporan tes DNA mereka. Dia tidak ingin memberitahukan kebenaran pada adiknya, Vino sangat tahu diantara mereka yang paling merindukan kasih sayang seorang ayah adalah adik kembarnya.
"Ada apa Nana sayang, kenapa berlarian__" Fira menyetarakan tingginya dengan Vina.
"Om Nunu bilang dokternya sudah datang, bang Vino sudah bisa disembuhkan" jelas Vina.
Fira melirik Ghama, dari tatapan mata Fira jelas terlihat dia sedang mengusir lelaki itu. Ghama pergi, dia memutar kursi rodanya sendiri ingin meninggalkan ruangan Vino.
Vina menggenggam tangan Ghama, "Om mau kemana?" tanya dia.
Ghama melirik kearah Fira, wanita itu tidak berusaha menahan Vina tapi tidak juga memberi ijin Ghama untuk tinggal. "Om mau kembali ke ruangan om" ucapnya seraya mengelus rambut putrinya.
"Om gak mau disini aja? nemenin kita, bang Vino mau operasi tapi ayah kita gak ada, Abang pasti sedih...." keluhnya
"Aku biasa saja, Nana kemarilah.." pinta Vino.
"Abang bohong" Vina menolak panggilan Abang kembarnya.
"Semalam Abang masih ketakutan kenapa sekarang Abang pura-pura gak takut" sambung Vina.
"Vino apa benar yang dikatakan adikmu_" sambar Fira yang langsung mendekati Vino.
"Itu gak benar bu, aku gak takut kok__" sahutnya.
"Bubu semalam Nana denger sendiri, Abang ngoceh ketakutan tangannya aja sampai gemetaran Bu... Nana gak berani masuk , Nana juga takut Bu" erang Vina. Dia menceritakan apa yang dilihatnya semalam, kala itu Fira sedang berbincang masalah serius dengan Ibnu. Dia kembali ingin menemui Abang kembarnya tapi yang dilihatnya adalah sosok lemah seorang Vino.
Bocah lelaki yang biasanya tegar dan tidak terlihat memiliki masalah itu malah gemetar ketakutan, Vina saja tidak berani menghampirinya karena takut.
"Vino jangan berpura-pura kuat lagi nak, ibu tidak ingin melihat sosok mu yang seperti ini ...." Fira memeluk putranya.
Tubuh Vino gemetaran, seperti yang dikatakan adik kembarnya Vino semalam memang ketakutan untuk menjalani operasi, tetapi Vino ingin tetap melakukan operasi. Dalam benaknya Vino ingin menjadi kuat untuk melindungi ibunya dan tidak ingin lagi merepotkan ibunya dengan biaya rumah sakit.
"Kamu boleh nangis Vino, ibu tidak akan memarahimu" dia mendekapnya dengan sangat erat.
Vino sudah tidak bisa menampung lagi air matanya yang hampir tumpah, bocah itu akhirnya menangis. "Vino takut Bu..." ucapnya disela-sela tangisan.
"Apa kita batalkan saja operasinya" Fira mengusap kedua pipinya, tangan lembut Fira menyentuh kedua pipi Vino dia menghapuskan air mata yang mengaliri pipi anak itu.
"Tidak Bu, jangan batalkan... Vino akan lakukan" tegas Vino.
"Kamu yakin Vino?" Fira menatapnya. Bocah itu langsung mengangguk.
"Aku jadi teringat saat dulu menjalani operasi , ketika itu aku baru seusia dirimu" Ghama tersenyum padanya.
"Apa om ketakutan seperti bang Vino" tanya Vina.
"Iya" angguknya. Dia menceritakan masa kelam dirinya, jika saja tidak ada keluarga yang menjadi semangat baginya. Ghama mungkin akan menyerah tapi senyuman keluarga yang menyertainya membuatnya bertekad untuk sembuh.
"Apa om juga akan mendoakan kesembuhan saudara kembar Nana.." sambar Vina
"Tentu saja" Ghama mencubit kedua pipi gembul Vina.
Dari sudut pandang Vino dan Vina mereka seperti keluarga tapi dari sudut pandang Fira, Ghama malah terlihat seperti akan mengambil putra dan putrinya. Dia semakin gelisah tatkala keluarga Ghama juga mendatangi mereka.
"Nenek cantik sudah sampai" Vina langsung menyambut kedatangan mereka.
Tiwi ditemani suaminya serta Bisma dan Sikembar dari keluarga Andersons membesuk Vino, mereka datang untuk memberinya semangat. Tidak lupa juga Syifa teman dekat Fira.
Sudah sampai waktunya Vino menjalani operasi, dia dibawa keruangan operasi.
Lampu ruangan operasi sudah menyala, itu artinya Vino sudah mulai menjalani operasi kelainan ginjalnya. Fira dan yang lainnya menunggu didepan kamar itu.
Syifa terus-menerus memeluknya. Sebagai teman dekat Fira, wanita itu sudah sangat lama mengenalnya. Dia juga sangat menyayangi sikembar seperti anaknya sendiri.
Sementara Fira dipelukan Syifa, Vina berada dalam pelukan Ghama , anak kecil itu duduk dipaha Ghama. Dia bahkan gemetaran, anak manis yang selalu ceria itu seketika kehilangan senyumannya untuk hari ini.
3 jam sudah berlalu
Dokter belum juga keluar, lampu didepan pintu ruangan operasi juga belum padam. Fira mondar-mandir, pikirannya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Fira tenanglah, mereka pasti bisa menyelamatkan Vino" Syifa membujuknya.
"Tapi ini sudah 3 jam berlalu" Fira menggigit kukunya dia benar-benar khawatir. Dia takut jika terjadi sesuatu pada Vino
"Tenanglah, operasi kelainan ginjal memang memakan waktu lama. Percayalah mereka akan melakukan yang terbaik Fira" Ghama mendekatinya.
"Dimana Vina?" tanya dia karena tidak melihat keberadaan Vina.
"Dia sudah tidur" tunjuknya kearah Tiwi yang memeluk Vina.
Dengan cepat Fira merebut kembali putrinya. "Ingatlah dia putriku, dan Vino adalah putraku.. Mereka tidak ada hubungan apapun denganmu jangan berharap bisa merebut mereka dariku" ucapnya membuat Ghama terdiam. Fira memberi peringatan bukan hanya untuk Ghama tapi juga untuk seluruh keluarga Ghama jika sikembar bukanlah putra dan putri Ghama.
.......
...[12]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🎀
Vinoooo
2024-06-02
1
🎀
Salut banget sama Vino, sekecil ini aja udah sedewasa itu pikirannya. Tapi sedih juga kalo dia terpaksa dewasa demi ibunya 😭
2024-06-02
1
Yuli a
😭😭😭😭 semoga vino selamat...
anak yg hebat...
ghama harus berusaha lbih giat lg buat dapatin hati fira... kalo anak2 mah udh welcome...🥰🥰🥰
2024-05-19
2