Bab 12. BPL

Gadis cantik nan rupawan tersebut mencarinya dengan sangat teliti. Satu-persatu dia membuka semua laci lalu memeriksa pada tumpukan-tumpukan barang, bahkan sampai ke sudut-sudut mengulurkan tangan merogohnya. Tidak hanya itu saja pada setiap kotak berisi perhiasan atau tidak, Bulan juga mencarinya.

"Tuan, apakah sudah menemukannya?" Bulan bertanya sembari mencari pada kantong saku jaket dan kemeja Hana.

Jeremy menoleh ke belakang melihat pembantu idamannya lalu menjawab. "Belum, Bulan sayang. Ini aku juga masih mencarinya. Di mana dia menyimpan kunci itu, ya."

"Tuan pernah melihat bentuk kunci pintunya?"

"Terus terang belum pernah, tetapi pastilah kunci itu tersimpan di kamar ini. Meskipun aku belum pernah melihatnya, tapi kalau ku nalar kunci yang di simpan dan berbeda pasti untuk kamar itu," jelasnya.

Jeremy memang gak bisa di andalkan. Dia tidak tahu apa-apa, tetapi untuk saat ini hanya pria itu yang bisa aku manfaatkan setidaknya bisa membantuku, meskipun tidak banyak membantu, lagi pula nih wanita jalang menyimpannya di mana 'sih, batin Bulan. "Tuan, kira-kira Nyonya akan kembali pukul berapa?" gadis cantik itu bertanya seraya kelihatan panik di wajahnya.

"Dia pasti tidak lama lagi akan segera pulang, karena Dokter pribadi langsung melayaninya saat sudah sampai. Sudahlah kita cari saja dulu secepatnya." Pria gagah itu mencari di setiap gantungan kunci yang ada di tembok kamar Hana, di mana setiap almari dan nakas mempunyai kuncinya masing-masing.

Jeremy dan juga Bulan sudah mencoba memasukkan sisa kunci pada pintu ruangan itu yang tidak terpakai. Akan tetapi masih juga belum menemukan yang sesuai dengan lubangnya.

"Tuan, kunci-kunci ini bukan untuk ruangan ini, kalau yang lain sudah jelas buat almari yang ada di dalam kamar Nyonya. Bagaimana ini?" gadis cantik itu berucap seraya mengembuskan nafas berat, terlihat raut wajahnya yang lesu juga rasa kecewa seraya menundukkan kepala melihat beberapa kunci di telapak tangannya.

"Bulan jangan merasa sedih, kita coba cari sekali lagi, ya. Aku tau niat baikmu memberi surprise pada Hana, semoga dia menyukainya setelah kamu menyulap kamar ini menjadi ruangan yang cantik dan nyaman. Kita pasti akan menemukan kunci ruangan ini," bujuk Jeremy sembari menarik pergelangan Bulan masuk ke dalam kamar Hana lagi.

Bulan mencoba mencari lebih teliti sampai di bawah lorong almari seraya mengulurkan tangannya meraba lantai, kali ini gadis cantik itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, masih belum menemukan juga, atensinya tertuju pada kolong ranjang mewah Hana. Dirinya seketika merundukkan badannya dan juga meraba, tetapi masih saja belum ketemu, tidak puas sampai di situ kepalanya sedikit mendongak ke atas melihat seperti ada kotak kecil yang menempel di bawah ranjang persis seperti di lem.

"Kenapa ada kotak di situ, aneh sekali, sangat jarang di bawah ranjang ada benda seperti itu," ucap Bulan pelan lalu dia membentangkan tangan, tetapi tangannya tak cukup panjang pasalnya posisi kotak tersebut tepat di tengah bagian bawah. "Tuan lihatlah ini, ada sesuatu di bawah ranjang. Aku tidak bisa mengambilnya," ujar Bulan seraya menarik kepalanya keluar.

"Biar aku saja yang mengambilnya," sahut Jeremy lalu merogohnya, karena tangan jeremy panjang dengan mudah dia menarik paksa kota tersebut lalu memberikannya pada Bulan.

Entah kenapa perasaan gadis cantik itu merasa tidak enak, dadanya berdebar-debar saat membuka. Matanya terbelalak melihat isi kotak tersebut sebuah kunci dengan gantungan boneka smile berwarna kuning berbentuk bulat. Seketika netranya berkaca-kaca menatap saat tangannya menyentuh gantungan itu mengingat masa kecilnya.

Sembilan belas tahun yang lalu di saat Bulan masih berusia lima tahun.

Gadis kecil itu berlari dengan senyum yang sangat ceria di wajah sambil memegang gantungan boneka smile berwarna kuning di tangan, sewaktu itu dia mendapatkannya dari hadiah juara kedua lomba mewarnai di TK. Dengan rasa bangga Bulan menunjukkannya pada Papa tercinta.

"Ayah lihatlah, aku menang, aku menang ayah," ucap Bulan kecil seraya melompat-lompat kecil di depan papa tersayang.

Papanya lalu mengangkat dan memangku putrinya seraya mencium pipi Bulan kanan dan kiri. "Kamu mendapatkannya dari mana cantik?" Papanya bertanya sembari memeluk gemas putri kesayangan.

"Bulan menang lomba mewarnai, Papa. Ini hadiahnya," sabut Bulan sembari menyodorkan gantungan kunci itu.

"Sini biar gantungannya Papa masukkan ke resleting tasnya Bulan."

"No, no, Papa," ucap Bulan mengucapkan bahasa inggris yang artinya tidak, hanya itu yang dia tahu. "Bulan ingin boneka ini gantung di pintu, jadi kalau Papa kerja selalu ingat sama Bulan dan tidak sampai malam bekerjanya," tambahnya.

"Baiklah anak Papa yang cantik, biar buat gantungan kunci di ruang atas, ya."

Bulan menganggukkan kepala menatap wajah Papanya. "Bulan suka warna kuning sangat cerah dan bagus."

"Sangat cerah seperti wajah Bulan," timpal Papanya.

Papa dan Mamanya yang berada di ruangan itu 'pun tertawa lepas melihat tingkah polah Bulan yang menggemaskan dan pintar. Jelas pintar, karena Papa dan Mamanya semuanya berpendidikan dan terlebih lagi Bulan juga mendapatkan gizi yang terbaik termasuk adik perempuannya yang masih berusia tiga tahun.

Sekarang.

"Bagaimana bisa ada kunci di sana. Hana, Hana apa yang kamu sembunyikan?" batin Jeremy. "Bulan, ayo segera di coba. Kita sudah terlalu lama di kamar Hana, keburu dia datang," ucap Jeremy.

"Iya, Tuan."

Gadis cantik itu berjalan di belakang majikan laki-lakinya sembari mengusap pelan pipinya akibat air mata yang tak tertahan lagi. Hatinya terasa perih seperti di tusuk ribuan jarum teringat boneka smile adalah kado terbaik untuk Papanya.

Tangan Bulan gemetar saat memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan. Hatinya di liputi kesedihan yang sangat mendalam hingga membuat badannya lemas bak semua tulang-tulangnya lepas dari posisinya.

"Ahhh..."

Kunci terlepas dari genggaman Bulan sampai terjatuh ke lantai. Dadanya terasa sesak sampai membuatnya susah menarik udara. Tanpa di sadari tubuhnya luruh ke lantai sampai membuatnya tersungkur sembari tangan kanan memegang dadanya.

"Bulan, kamu kenapa?"

"Aku tidak apa-apa Tuan," jawabnya sembari berusaha berdiri seraya tangannya memegang hendel pintu.

Begitu tersiksa yang di rasakan, ketika semua kenangan lama itu muncul di ingatannya seperti memutar film pada layar tancap. Bagaimana tidak, kenangan yang begitu manis telah sirna.

Gadis cantik itu berusaha tegar dengan berdiri tegap. Tangannya mantap membuka pintu ruangan tersebut. Akan tetapi .....

Bersambung ✍️

Tolong bantu Vote, like, suscribe, follow, komentar, ya teman2 🙏❤️. Terima kasih. Salah Bahagia 😊

Terpopuler

Comments

kaylla salsabella

kaylla salsabella

wah aku udah deg " an Thor
apakah Hana datang

2024-05-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!