Lima jam yang lalu di saat Bulan membersihkan kamar Hana.
Kotak perhiasan berwarna gold yang terletak di pojokan laci menyita pandangan Bulan. Dirinya seketika mengulurkan tangannya lalu membuka kotak perhiasan itu.
Gadis itu menyeringai dengan sinisnya menatap cincin super mahal itu. Hana, Kamu tidak pantas memakai cincin ini, batin Bulan lalu memasukkannya ke dalam saku kemeja Hana yang berada di dalam almari.
Setelah itu dia pergi sembari menunggu se’arogan apa Hana saat marah.
Sekarang.
Jeremy berdiri di depan pintu kamar Bulan sembari mengetuknya beberapa kali.
KRIET…
Bulan membuka pintu kamarnya sembari mendongak ke atas. Pria itu sepersekian detik terpana melihat setiap lekuk tubuh Bulan yang hanya di balut baju piyama tipis berwarna merah muda. Terlihat jelas dua gundukan yang padat bulat di balik bra.
“Tuan Jeremy, sudah malam begini kenapa ke sini,” tanya Bulan sembari membalikkan badannya masuk ke dalam kamar sedangkan Jeremy masih berdiri di daun pintu. "Masuklah Tuan."
Jeremy melangkahkan kaki masuk ke dalam lalu menutup pintu kamar gadis cantik tersebut.
“Bulan, Aku mewakili Hana ingin meminta maaf kepadamu tentang kejadian hari ini,” ucap Jeremy. “Aku tidak menyangka, Hana bisa melakukan perbuatan itu,” tambahnya dengan berdiri di belakang Bulan.
Bulan mengangkat rambutnya ke atas dengan perlahan sampai semuanya masuk ke dala genggaman tangan lalu menjepitnya dengan jepit rambut. Lehernya yang putih mulus serta pinggang yang berbentuk seksi bak gitar spanyol membuat pikiran Jeremy menjadi kacau balau.
“Bulan sudah memaafkan Nyonya besar, Tuan,” sahutnya lembut sembari tangan kanannya terulur ke belakang mengoleskan krim berwarna putih.
“Biar Aku bantu.”
Jeremy mencelupkan ujung jarinya ke dalam pot krim. Dari belakang Bulan, dirinya mengoleskan ke tengkuk dengan pelan-pelan memutar-mutarkan nya.
“Ngh … “ Sepersekian detik dengan sengaja Bulan menggeliatkan kepalanya sampai rambutnya tercium oleh majikannya menikmati sentuhan tangan yang kekar milik Jeremy. Lagi-lagi Jeremy menelan ludah kasar. Aroma tubuh Bulan yang wangi dan rambutnya yang lembut membangkitkan naluri kelaki-lakiannya.
Dia menarik nafas dalam-dalam sembari menatap punggung mulus milik Bulan. Seketika gadis cantik itu membalikkan badannya, spontan membuat Jeremy kelabakan di buatnya. Bagaimana tidak, milik pribadi Bulan berukuran tiga puluh delapan itu menyenggol dada bidang Tuannya sampai mundur satu langkah.
Bulan tersenyum manis. “Terima kasih Tuan,” ucap Bulan sembari mengikis jarak di antara mereka hingga wajah Bulan tepat di depan majikannya.
Jeremy memegang tengkuk Bulan. Dadanya berdetak lebih cepat serta nafasnya yang memburu seperti akan melahap Bulan bulat-bulat. Pria itu melangkahkan kaki maju dengan pelan sampai membuat Bulan terduduk di pinggir ranjang. Tanpa pikir Panjang Jeremy mendorong tubuh Bulan hingga ke tengah lalu Dia ikut naik ke tempat tidur.
Jeremy mengungkung tubuh Bulan. Ke dua bola mata mereka saling menatap. Akan tetapi berbeda dengan tatapan Bulan. Bulan menatap dingin Tuannya sedangkan Jeremy menatapnya dengan penuh tatapan liar. Pelan Jeremy mendaratkan bibirnya di atas bibir mungil Bulan lalu mencium dan memainkannya dengan lembut. Bulan hanya pasrah sembari melihat langit-langit atap.
Memang ini tujuannya agar Jeremy jatuh ke dalam perangkapnya. Beberapa menit Jeremy sangat menikmatinya, seperti terkena sengatan listrik tangannya seakan mulai bergerilya di atas bongkahan dua benda yang padat.
“Sudah Tuan,” ucap Bulan dengan sigap memegang pergelangan tangan Jeremy agar tidak sampai ke blabasan. Bulan sengaja menghentikan permainan ini, dirinya berfikir meskipun menggunakan tubuhnya sebagai alat tidak semerta-merta Jeremy dengan leluasa memanfaatkannya.
“Kenapa, bukankah Kamu menginginkannya. Selama ini Kamu selalu mencoba menggodaku dan merayuku bukankah ini saat yang tepat Aku memilikimu,” sambung Jeremy sembari menyerukkan kepala ke leher Bulan berbisik seraya nafasnya masih memburu terengah-engah menahan hasratnya.
“Tidak untuk sekarang Tuan Jeremy, masih ada hari lain yang kapan saja kita bisa melakukannya saat Nyonya tidak berada di rumah,” kelit Bulan sembari mengelus belakang kepala majikannya.
“Baiklah, Aku menunggu itu,” imbuh Jeremy lalu beranjak dari tempat tidur. Jeremy mengecup lembut kening Bulan sembari meraba bahunya. “Aku Kembali ke kamar. Ini rahasia kita,” tegas Jeremy.
Sambil duduk di ujung ranjang Bulan menatap punggung majikannya saat membuka pintu dengan senyum miring dan sinis.
“Ck …, Dia selalu mendekatiku, tetapi di saat mendapatkan kesempatan dengan begitu saja Bulan melewatkannya,” gumam Jeremy pelan sembari membuka pintu kamarnya. “Hana, sejak kapan Kamu di kamarku?” tanya Jeremy seraya matanya terbelalak melihat Hana yang sudah memiringkan tubuhnya menatap wajah tampan suaminya.
“Kamu dari mana, Sayang? Kenapa lama sekali, Aku sudah menunggumu dari tadi,” tanya Hana seraya tersenyum manis.
Jeremy melihat istrinya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Hana juga wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang seksi meskipun kulitnya sudah tak terlihat kencang seperti Bulan.
Suaminya tersenyum manis seraya berjalan mendekati Hana.
“Jangan banyak tanya. Malam ini Aku akan bersamamu,” balas Jeremy sembari jari-jemarinya menyentuh paha istrinya.
Ya, untuk apalagi kalau bukan segera mengeluarkan air terjun yang terasa sudah di puncak akibat belum terselesaikan permainannya dengan si Bulan.
Pria itu kali ini dengan terpaksa menyenangkan Hana dengan sentuhannya yang membuat wanita itu melambung tinggi di udara demi pelampiasan hasratnya. Meskipun, di mata semua orang mereka adalah pasangan suami istri yang sempurna, tetapi sangat jauh berbeda di mata Jeremy dan Hana.
Dalam hal berhubungan Jeremy lebih sering menolak karena suasana hatinya sedang kacau dan juga cinta di antara mereka hanyalah untung saling mencari keuntungan.
Sinar Mentari menyelinap masuk ke dalam celah-celah jendela. Mata Jeremy terasa silau lalu berusaha membukanya dengan pelan. Di tatapnya Hana di samping yang masih terkapar lemas tanpa sehelai benang di badannya.
“Hana bangun Hana,” panggil Jeremy sembari menggoyangkan Pundak istrinya.
“Iya Sayang,” sahut hana pelan sembari tangannya membelai dada suaminya. “Hari ini, Kamu tidak pergi ke kantor ‘kan?” tambahnya bertanya.
“Tidak. Cepatlah keluar dari sini. Hari ini Tomas dan istrinya datang mau membicarakan Kerjasama.”
Tomas, Yes, batin Hana. “Iya, iya.” Seketika dirinya beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke kamarnya hanya berbalut selimut di tubuhnya.
Hana, Hana setidaknya semalam aku membantumu menaikkan gairah suamimu, batin Bulan sembari mendongak ke atas.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments