Sarapan pagi yang mewah tersusun rapi di atas meja marmer. Jeremy dan Hana menikmati semua menu yang sudah di siapkan oleh pembantu mereka sesuai dengan permintaan ke dua sepasang suami istri yang terlihat sudah akur.
"Semalam kamu ke mana? kenapa waktu aku bangun, kamu tidak ada di sebelahku," Hana bertanya sembari menekan garpu di sebelah tangan kiri sedangkan pisaunya ada di tangan kanan memotong roti tawar berisi coklat dan keju di dalam piring sampai keluar suara gesekan yang nyaring. Baru saja bercanda sebentar Hana sudah mulai memancing pertengkaran.
"Semalam ... semalam aku teringat ada pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, jadi tengah malam aku kembali ke kamarku. Soalnya ada file yang harus segera di kirim sama klien kita," jawab Jeremy sembari menundukkan kepala. Dahinya mengerut serta dengan perlahan memotong steak daging sapi di depannya.
"Kamu gak bohong 'kan? Atau ada yang sedang menggodamu," tanya Hana ringan.
Bukan suatu tebakan atau pancingan buat Jeremy agar berbicara yang sebenarnya. Akan tetapi Hana memang mengetahui gelagat Bulan di belakang mereka saat mengetahui kejadian di dapur malam itu.
Jeremy menatap Hana. "Aku tidak pernah bohong sama kamu, sayang."
Istrinya seketika meletakkan garpu kasar mengalihkan pandangannya menatap Jeremy.
"Hana, pelan-pelan meletakkan garpunya sampai suaranya nyaring di telingaku," Jeremy menarik nafas pelan seraya berkata pelan.
Wanita itu mengendus dingin, sorot matanya yang tajam tertuju pada Bulan yang berjalan membawa kain lap.
"Aku percaya sama kamu, karena belum ada bukti saja perselingkuhanmu," sahut Hana.
"Kamu biacara apa 'sih. Gak jelas banget," balas Jeremy sembari menegakkan rahangnya. "Oh ya sayang, hari ini kamu jadi pergi ke dokter ortopedi? Aku khawatir nanti tambah parah sakitnya jadi sebaiknya segera di periksakan saja," Jeremy bertanya seraya dalam hatinya berkata kalau Hana pergi aku bisa bebas berdua'an sama Bulan.
"Kamu bisa mengantarku?"
Jeremy langsung memegang keningnya yang tidak terasa pusing sambil menunduk. "Sayang, maaf sepertinya aku gak bisa mengantarmu. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing, apa karena semalam tidurku sampai larut malam, ya." Suaminya beralasan pada Hana seraya pura-pura menahan sakit. "Sepertinya aku harus beristirahat di rumah," tambahnya seraya mengerutkan dahinya.
"Kalau pusing mendingan ikut aku sekalian ke rumah sakit, biar bisa si cek sama dokter. Siapa tahu ternyata kolesterolmu naik atau tekanan darahmu rendah."
"Uh ...., gak perlu. Aku cukup tidur saja nanti juga hilang," kekeh Jeremy.
"Ya sudah, kalau begitu."
Tuan, jangan bilang sama Nyonya, ya. Ucapan Bulan terngiang-ngiang di telinga Jeremy dengan merdunya. Sampai akhirnya dirinya memberanikan diri bertanya. "Sayang, kenapa kamar di atas selalu terkunci. Bukankah justru barang-barang di dalamnya akan rusak kalau tidak di bersihkan."
"Memangnya kenapa?"
"Bukan apa-apa 'sih, cuma sayang saja kalau ruangan itu tidak di manfaatkan dengan baik. Bagaimana kalau di bersihkan sama pembantu dan kita menggunakan kamar itu sebagai ruang baca atau apalah yang penting bisa terawat saja," jelas Jeremy.
Sepersekian detik Hana terdiam seraya mengunyah makanannya.
"Serahkan saja kuncinya padaku biar pembantu yang akan mengurusnya," tambah suaminya.
Entah sudah berapa lama Bulan mendengarkan dan mengamati percakapan mereka sambil membersihkan kaca jendela yang tidak jauh dari tempat makan. Aku harap pria bodoh itu bisa merayu Hana dan menyerahkan kunci kamar atas, batin Bulan.
"Ruangan itu tidak perlu di bersihkan, biarkan saja kosong dan penuh debu," gumam Hana sembari menekan nada biacaranya.
"Tapi saya----,"
"Tidak ada tapi-tapi, turuti saja perintahku," decak istrinya memotong pembicaraan Jeremy.
Dia benar-benar tidak berguna, batin Bulan kesal. Gadis cantik itu semakin penasaran apa yang di sembunyikan di dalam ruangan itu sama Hana.
setelah selesai sarapan. Hana bersiap pergi ke dokter di antar oleh supir pribadinya menggunakan mobil sedan kesayangannya.
"Bulan," panggil Jeremy setelah selesai mengantar Hana sampai depan teras rumah.
"Iya, Tuan," sahutnya lembut.
"Hana tidak memperbolehkan kita membuka ruangan itu. Sudahlah biar itu menjadi urusannya, lagipula kita tidak ada sangkut pautnya dengan kamar gak jelas itu," jelasnya ringan.
Bagimu itu bukan hal yang penting, tetapi buatku itu sangat penting, mungkin di dalam sana ada sesuatu informasi yang bisa aku dapatkan sebagai barang bukti, batin Bulan. "Begitu ya Tuan. Bagaimana kalau kita kasih surprise sama Nyonya saja? 'kan itu hanya ruangan biasa, jadi biar Bulan rapikan dan bersihkan sampai lantainya licin. Se waktu Nyonya pulang pasti akan senang melihatnya," papar gadis cantik itu yang masih belum menyerah mencoba mempengaruhi Jeremy.
Jeremy menganggukkan kepala seraya ke dua tangannya di pinggan. "Idemu bagus juga, tapi masalahnya aku tidak tahu di mana Hana menyimpan kuncinya," timpal Jeremy.
"Coba kita cari di kamar Nyonya, mungkin saja ada di laci atau di gantung di mana gitu."
Pria gagah itu masih memikirkan perkataan Bulan seraya memijat dagunya lembut. Ya, tanpa pikir panjang lagi Jeremy mengiyakan usulan Bulan.
"Gas yuk, tetapi aku minta ciuman dari bibir mungilmu," tutur Jeremy.
Bulan tersenyum tipis. "Baik Tuan."
Bulan mengikuti majikannya dari belakang berjalan naik tangga menuju kamar Hana. Tatapannya menatap punggung Jeremy seperti tikus yang terjebak dalam perangkapnya. Jelas saja, karena majikan laki-lakinya itu tidak menaruh sedikit 'pun kecurigaan pada Bulan yang kekeh ingin masuk ke dalam kamar itu.
"Kita harus cepat menemukan kuncinya dan membersihkan ruangan itu sebelum Hana sampai rumah," ujar jeremy.
Bulan menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua berusaha mencari di mana Hana menyembunyikan kuncinya.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
kaylla salsabella
lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰🥰
2024-05-09
1