Suara teriakan Hana menggelegar sampai ke seluruh ruangan bak memakai toak. Istana yang sangat luas dan megah dalam sekejap bak seperti terjadi huru hara semua pembantu dan Jeremy berlari mendatangi arah suara tersebut.
Kebetulan Bulan yang waktu itu berada tidak jauh dari kejadian langsung berlari menuju majikan perempuannya. Dirinya langsung turun tangga dengan cepat melihat Hana yang masih panik dan kebingungan, tetapi Bulan dengan senyum lebar tersirat rasa bahagia di matanya dengan sengaja kaki kanannya menghalangi kaki kirinya saat akan melangkah sehingga membuat dirinya terjungkal ke depan sampai tersungkur tepat di depat Hana sampai membuat kain lap kotor itu terbang tepat mendarat di wajah majikan perempuannya.
Sontak membuat Hana langsung menarik kain itu meremasnya dan melihat Bulan dengan tatapan penuh amarah tingkat tinggi bak darahnya langsung naik ke ubun-ubun.
"Bulan! Apa yang kamu lakukan!? Kurang ajar sekali kamu, dasar wanita tidak tahu diri!" bentak Hana.
Gadis cantik itu seketika mendongak ke atas sembari berusaha berdiri. Di dalam hati, dirinya tertawa terbahak-bahak sembari menahan mulutnya agar tidak keluar suara.
"Nyonya, maafkan saya. Saya tidak sengaja," ucap Bulan seraya melipat tangannya di depan dada.
Semua pembantu yang berada di sana 'pun malah ikutan tertawa kecil bukannya langsung memadamkan api di dalam dapur.
"Sayang, kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan di dapur sampai seperti ini?" tanya Jeremy sembari menepuk pelan bahu istrinya agar merasa tenang.
"Kalian semua cepat padamkan api, jangan berdiri saja! Dasar bodoh!" bentak Hana.
Semua pembantu itu pun bergegas mengambil air, tetapi sebelum menyiramkannya api itu sudah padam terlebih dahulu.
"Nyonya, apinya sudah padam," ucap salah satu pembantu tersebut.
"Padam," sahut Hana pelan lalu seketika memeriksanya sendiri, dan benar api itu sudah padam. "Bagaimana bisa, bukannya tadi apinya keluar mau membakarku dan rumah ini," ucap Hana merasa keheranan.
"Maaf Nyonya, mungkin Nyonya terlalu panik, tadi gasnya sudah saya betulkan dan apinya juga sudah saya padamkan," jawab salah satu pembantu itu yang seketika bergegas masuk ke dapur.
Bagaimana bisa, selama di rumah ini tidak pernah ada kejadian seperti ini, pasti ada yang sengaja ingin mencelakaiku. Siapa lagi kalau bukan Bulan. Dia 'kan ingin sekali menjadi Nyonya di rumah ini, batin Hana. "Seperti itu rupanya. Bersihkan dapurnya," perintah Hana.
Bulan tersenyum tipis sembari menundukkan kepala. "Nyonya besar Hana, ini cuma permainan kecil. Kamu sudah heboh saja, takut kalau rumah ini rata dengan api," batin Bulan.
"Kamu, kenapa hal ini bisa terjadi. Kalian sangat lalai dalan menjalankan tugas," tanya pada pembantu yang tadi menyiapkan bahan-bahan di dapur.
"Maaf Nyonya, seingat saya semua gas dan kompor sudah saya sesuaikan seperti biasanya. Entah kenapa hari ini kok bisa terjadi," jawabnya seraya tangannya gemetar ketakutan.
Hana menghela nafas panjang. "Lupakan saja kejadian hari ini."
Wanita itu langsung pergi dan tidak ingin memperpanjang masalah lantaran sudah menduga siapa pelakunya namun karena tidak ada bukti yang menjurus ke orang tersebut, maka Hana hanya diam saja sampai dapat mendapatkan bukti yang otentik.
Bulan mengangkat salah satu alisnya ke atas sembari menatap punggung Hana dengan senyum miring. "Sampai kapan kamu akan bersembunyi dari kesalahanmu."
Dendam yang mendalam sampai ke akar-akarnya membuat dada gadis cantik itu terasa sesak dan susah bernafas. Sangat sakit bak teriris oleh belati bermata dua saat teringat bagaimana sikap Hana memperlakukannya sewaktu masih kecil.
Malam pun tiba. Bulan berkeliyaran kembali bak hantu kuntilanak dengan rambut panjang yang terurai serta baju tidur berwarna putih.
"Tidak mungkin jika di ruang kerja Papa tidak ada pentunjuk, pasti ada. Entah bagaimana caranya wanita itu melenyapkan semua barang-barang papa." ucap Bulan pelan di depan pintu ruangan kamar di lantai tiga.
Ceklek.
Gadis cantik itu membuka pintu sangat pelan agar tidak terdengar sampai ke telinga Hana, karena memang bersebelahan dengan kamar utama milik Hana yang dulunya kamar Papa dan Mamanya. Dirinya berjalan dengan hati-hati sampai menghirup udara dan mengeluarkan saja penuh perasaan lantaran sangat penuh kehati-hatian.
Bulan memutuskan untuk memeriksa kembali ruangan itu lantaran karena belum sempat memeriksanya dengan sangat teliti.
Netranya langsung seketika tertuju pada dompet berinisal J. Ragu-ragu dirinya mengulurkan tangan antara yakin dan tidak yakin berusaha mengingat-ngingat benda yang terasa tidak asing baginya.
"Apakah ini dompet Mama," ucap Bulan pelan. Gadis cantik itu membolak balik dompet sederhana itu menatap dan mengamatinya dengan teliti.
Seketika bola mata Bulan terbelalak saat melihat isi di dalam dompet tersebut, sampai membuatnya menarik nafas dalam-dalam seperti ada batu besar yang menghalangi jalur pernapasannya. Badan yang tadinya kuat berdiri saat ini tengah luruh hingga membuatnya terduduk di lantai tak berdaya seperti memendam kesedihan yang begitu hebatnya.
Bantu Vote dan Like ya teman 🙏😉
Terimakasih ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
kaylla salsabella
lanjut thor
2024-05-19
0