Hari sudah siang. Waktu menunjukkan pukul satu. Jeremy dan Hana sudah Bersiap menunggu kedatangan ke dua temannya yang akan membicarakan kerja sama antar Perusahaan mereka.
“Bulan dan Kamu, rapikan meja makannya se bersih mungkin dan aku tidak ingin ada masakan yang rasanya hambar, seperti hidup kalian,” hina Hana seraya menyeret jari telunjuknya di atas meja makan, apakah masih ada debu atau tidak.
“Baik Nyonya,” jawab Bulan.
“Bulan kue coklat buatanmu apakah sudah selesai?” tanya Hana.
“Sudah selesai Nyonya. Kue nya ada di dalam kulkas,” jawab Bulan datar.
Mobil sport berwarna merah terparkir di pekarangan rumah. Tomas dan Clara istrinya turun dari mobil lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah seraya menegakkan bahu mereka.
“Hallo kawan,” sapa Jeremy sembari berjabat tangan dengan Tomas dan Clara.
“Hai, apa kabar kalian?” tambah Hana bertanya pada mereka sembari melempar senyum ramah.
“Kita baik-baik saja,” sahut Clara tersenyum manis.
Tanpa berlama-lama. Mereka segera membicarakan perencanaan pembangunan sebuah moll terbesar di pusat kota Bandung sembari makan siang di ruang makan.
“Hana, cincin Kamu sangat indah dan elegan sekali,” puji Clara.
Hana tersenyum lebar sembari tangan kirinya memainkan cincin di jari manis sebelah kanan. “Ini hanya ada satu di ciptakan kusus buat aku. Iya ‘sih semua orang juga bilang seperti itu,” sahut Hana dengan senyum sombongnya seraya merenggangkan tangan kananya di depan wajahnya.
Cincin itu tidak pantas kamu pakai, Hana. Itu bukan
milikmu, kamu lebih pantas memakai cincin yang terbuat dari kawat berkarat sama seperti sikapmu yang munafik, batin Bulan sembari meletakkan makanan penutup di meja makan.
“Jeremy, di mana toilet kalian?” tanya Tomas.
“Ada di belakang, tapi kalau mau di kamarku juga ada,” sahut Jeremy.
“Aku di kamar kamu saja,” balas Tomas. Tomas ‘pun langsung berlari ke lantai dua sembari menahan kencing.
“Aku ke kamar sebentar, ya,” pamit Hana.
Melihat Tomas dan Hana sama-sama naik ke atas. Muncullah ide di dalam otak Bulan. Bulan mengambil kue penutup lalu ke atas alih-alih ingin memberikannya pada Hana. Akan tetapi saat dirinya mau masuk ke dalam kamar Hana. Rupanya dari celah pintu kamar yang tidak tertutup rapat Tomas dan Hana tengah memadu kasih. Mereka saling berbalas ciuman.
Tanpa pikir Panjang ini kesempatan yang tepat. Bulan langsung merekam semua adegan mereka sebelum melancarkan aksinya. Tomas dan Hana memang menjalin hubungan di belakang pasangan mereka lima bulan terakhir ini.
“Nyonya, Nyonya, Aku gak perlu susah payah menjebakmu lagi. Kamu sendiri yang mencari masalah,” batin Bulan seraya tersenyum sinis melihat
ke dalam kamar.
“Siapa?” ucap Hana sembari melihat pintu kamarnya.
Bulan bergegas pergi turun ke bawah melanjutkan Kembali melayani tamu terhormat. Niat hati ingin agar Hana jatuh ke dalam perangkapnya dengan meminta tolong Tomas memberikan kue coklat itu lalu memfitnah nya, justru mendapatkan pemandangan yang tidak terduga sebelumnya.
“Terima kasih Ya Jer, rasanya lega sekali.”
“Iya. Jadi bagaimana kapan kita kan mulai pembanguannya?” Jeremy bertanya.
“Secepatnya,” sembari menatap Hana.
Hana tersenyum manis seraya jarinya mengusap lembut bibirnya bekas bersedekah pada Tomas. Setelah pertemuan selesai Tomas dan Istrinya Kembali pulang. Tidak ada rasa curiga sedikit ‘pun di antara sepasang suami istri yang telah sama-sama di khianati.
“Ahhh … rasanya lega sekali. Kerjasama berjalan lancar,” Hana berucap sembari memainkan rambutnya ke samping. “Perusahaanku pasti akan bertambah besar. Tidak ada yang sanggup mengalahkan perusahan raksasaku ini.
"Jeremy, Kamu sebagai wakil presdir harus menuruti semua perintahku.” Wanita sosialita itu berucap tegas seraya menatap suaminya.
Jeremy memang hanya berkedudukan sebagai wakil presdir di Perusahaan Hana, karena istrinyalah pemegang penuh atas kendali semua aset harta kekayaan yang di milikinya saat ini. Jeremy hanya sebatas pengelolanya saja tanpa persetujuan Hana, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Suaminya meninggalkan Hana begitu saja di ruang makan tanpa mengucapkan kalimat sepatah kata ‘pun. Sebagai seorang suami, Jeremy merasa harga dirinya merasa terinjak-injak. Akan tetapi dirinya tetaplah diam selama uang dan kemewahan terus mengalir ke dalam kantong sakunya itu sudah membuatnya tenang agar tidak merasakan kesusahan. Bagaimana ‘pun juga derajat keluarga
Jeremy terangkat berkat Hana.
“Bulan, di antara semua kue yang aku suka. Aku sangat suka kue coklat buatanmu, rasanya sangat manis sekali,” Hana berkata sembari mencolek krimnya lalu menjilatnya dengan tatapan tajam menatap Bulan. “Aku tahu apa yang Kamu lakukan, berhati-hatilah denganku,” ancam Hana lalu pergi begitu saja.
Bulan membersihkan meja makan sembari menatap punggung Nyonya besar. “Nyonya, Kamu yang harus berhati-hati denganku,” Bulan berkata di dalam hatinya dengan senyum miring. Tangan kanannya merogoh ponselnya di dalam saku seragamnya lalu memutar-mutarkan nya. Dirinya berfikir ada satu senjata yang akan di buat sebagai alat agar Jeremy menceraikan Hana.
“Bulan, Aku bantu mencuci semua perabotan kotor ini.” Ucap salah satu pembantu yang lain.
“Iya, terima kasih.” Bulan dan pembantu itu mencuci semua perabotan kotor di dapur. “Ada yang ingin Aku tanyakan."
“Apa Bulan,” sahutnya.
“Kenapa Aku tidak pernah melihat Tuan Muda yang ada di foto itu?” Bulan bertanya seraya mengintimidasi pembantu itu.
“Tuan Muda Hansel maksudmu. Dia masih belajar di luar negeri katanya ‘sih setelah menyelesaikan masa study nya. Tuan Muda yang akan menjabat sebagai presdir menggantikan Nyonya.”
Masih penasaran dengan jawaban sesama teman pembantunya. Bulan meluncurkan sebuah pertanyaan lagi yang menggelitik pikirannya. Kenapa harus Hansel Johnson yang menjadi presdir bukannya Jeremy. Bukankah harus kepala rumah tangga yang menjabatnya bukannya anak Hana.
“Kenapa bukan Tuan Jeremy yang menjabat, kok malah Hansel,” tanyanya.
“Aku kurang tahu persisnya kenapa, tetapi dengar-dengar memang seperti itu gosipnya.”
Gadis cantik itu masih dengan santainya membilas semua perabotan di bawah keran air. Pertanyaan basa-basi sekaligus sedikit mencari informasi.
Bulan tahu betul alasannya apa Hana melakukan trik seperti itu, sudah jelas wanita sosialita itu tidak mau semua harta bendanya yang bernilai hampir dua
triliun jatuh ke tangan orang yang tidak sedarah dengan dirinya.
Bersambung 😊✍️🍒
Yuk beri like, Vote, komentar, suscribe, bintang 5 , hadiah.
Terima kasih 🙏🫶, Cherry jadi tambah semangat berkat kalian semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments