Di tengah malam yang sepi dan gelap gulita. Gadis cantik itu menari dan berputar-putar sambil tertawa kecil di ruang utama sembari membawa lilin di tangannya, dia terduduk di salah satu sofa menghadap foto keluarga yang besar terpajang di dinding. Netranya tak berkedip menatap saat dirinya menyinari foto itu dengan lilin, hanya tarikan senyum sinis yang menyeringai kala sorot mata melihat wajah Hana.
“Hana, hana Tuan Jeremy terlalu baik untuk dirimu yang tidak layak menjadi Nyonya di rumah ini. Lihat saja nanti akan Aku buat dirimu merasakan penderitaan,” ringis Bulan. Sembari menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.
Bulan mendengar langkah kaki turun dari tangga. Dirinya segera bersembunyi di balik sofa setelah mematikan lilin. Seseorang tinggi besar tengah turun, hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. Jeremy, pria tampan berahang tegas, kulit sawo matang yang memilik tubuh atletis bak binaragawan tengah berjalan menuju dapur.
“Tuan Jeremy,” ucap Bulan pelan.
Melihat majikannya Bulan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu terlebih lagi tidak ada yang memperhatikannya di tengah malam seperti ini, semua orang sudah masuk ke dalam mimpi mereka masing-masing. Kapan lagi ada kesempatan seperti ini. Bulan dengan cepat berjalan di belakang Jeremy seraya menyeringai sinis mengendap-ngendap lalu berdiri di belakang majikannya dan terdiam mengamati postur tubuh majikan dari atas sampai bawah.
Jeremy yang tengah mengulurkan tangan ke atas mengambil gelas membuat otot-otonya dari belakang terlihat kuat dan kekar, lalu membalikkan badannya.
“Kamu,” tandas Jeremy matanya terbelalak melihat Bulan di hadapannya sembari menarik nafas kesal.
Seketika Gadis itu merubah mimik muka,pupil matanya membulat sempurna, pancaran netra yang indah dengan senyum palsunya yang sangat ramah.
Bulan menjawab Jeremy. “Tuan, apa yang bisa Bulan bantu?”. Gadis itu menatap wajah Tuannya sembari mendongak ke atas sedikit mendekatkan wajah pada majikannya.
Netra Bulan tak melepaskan pandangan dari dada Jeremy yang sangat kekar. Jari telunjuknya bermain pada sebidang bongkahan roti sobek yang menggetarkan hasrat. Bulan semakin mendekat mengikis jarak di antara mereka sampai tubuhnya
tak ada jarak di antara keduanya.
“Apa Kamu sedang menggodaku, Bulan?” Jeremy bertanya datar.
Pria itu masih belum terjerat dalam perangkap Bulan meskipun dadanya bergejolak, desiran aliran darahnya mengalir ke puncak sampai ke ubun-ubun sembari memainkan lidahnya di dalam rongga mulutnya menatap ke bawah wajah polos Bulan
yang penuh pesona menjerat dalam dengan tatapannya.
“Bulan tidak berani menggoda Tuan. Bulan hanya ingin menawarkan bantuan saja,” balas Bulan sembari menggigit bibir bawahnya.
Nada suaranya yang mendayu-dayu dan manja membuat Bulan seperti wanita nakal yang
sedang melayani pelanggan. “Badan Tuan Jeremy sangat kekar. Bulan menyukainya,” tambahnya sembari dengan sengaja mengeluarkan udara yang hangat dari dalam mulutnya dengan lembut sampai membuat bulu kuduk Jeremy berdiri.
SERR.
Majikannya menarik nafas pelan seraya menatap dua gundukan besar yang menonjol menyentuh dadanya. Bulan memang sangat seksi dan sempurna bagi kaum adam yang menatapnya.
Tangan Jeremy mengangkat dagu Bulan hingga mendongak lebih ke atas. Senyum getirnya menatap bibir mungil seakan tak sudi untuk melayani sikap
pembantunya yang terang-terangan merayunya.
“Berusahalah lebih keras lagi, agar Aku bisa tergoda sama Kamu,” gumam Jeremy sembari menghempaskan wajah Bulan ke samping lalu dengan begitu saja meninggalkan Bulan di dapur.
Bulan tersenyum miring seraya menatap punggung majikannya yang berlalu menghilang sampai masuk ke kamarnya.
“Tuan Jeremy. Kamu pasti akan memohon padaku suatu saat nanti,” batin Bulan sembari menyilangkan tangannya di depan dadanya.
Entah sejak kapan Hana terbangun menyaksikan dari latai tiga, adegan suami dan pembantunya sembari menarik ke dua sudut bibirnya ke atas, lalu masuk Kembali ke dalam kamarnya. Hana masih diam dan membiarkan Bulan mencoba merayu suaminya. Akan tetapi, entah apa yang akan di lakukan Hana di
balik sikap tenangnya. Wanita itu seperti menyimpan belati di balik senyumnya.
***
“Sayang, apa Kamu akan ke kantor sepagi ini?” Hana bertanya sembari memasukkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.
“Iya, ada tamu yang harus Aku temui sebentar setelah itu Aku akan segera pulang lebih awal,” sahut suaminya.
“Tuan ini kopinya,” ucap Bulan sembari menyodorkan segelas kopi dengan lembut sampai Hana menatap dengan tajam tangan Bulan yang sangat dekat dengan tangan suaminya.
“Keluar kalian semua,” perintah hana sembari menekan nada bicaranya. Kedua pembantu itu ‘pun keluar dari dapur termasuk Bulan. “Bulan tunggu,” decak Hana sembari meletakkan dengan kasar sendok dan garpunya hingga tedengar bunyi yang nyaring di telinga.
“Iya Nyonya,” sahutnya sembari berbalik badan.
“Siang ini bersihkan kamarku di lantai tiga sampai sangat bersih. Aku tidak mau ada debu sedikit ‘pun yang menempel di dinding kamar,” perintah Hana dengan sorot mata dingin meskipun tak melihat langsung wajah Bulan.
“Baik Nyonya.”
Gadis cantik seperti namanya Bulan, bergegas naik ke lantai tiga. Dari balkon yang sangat luas, jarinya tidak berhenti mengetuk-ngetuk serambi.
Bulan memiringkan kepala, tatapan tajam adalah ciri khasnya, menatap ke bawah melihat Hana membetulkan jas hitam suaminya lalu melambaikan tangan saat mobil hitam itu melaju pelan keluar dari pekarangan rumah megah ini.
Hana mendongak ke atas melihat kamarnya dari bawah. Dengan sigap Bulan membalikkan badannya melanjutkan Kembali pekerjaannya.
“Bulan, Bulan!” teriak Hana dari lantai satu. Belum
mendapatkan jawaban dari pembantunya, Hana menyuruh pembantu yang lain untuk menyuruh Bulan agar segera turun ke bawah.
“Nyonya memanggil Saya,” ucap Bulan sembari menundukkan pandangannya.
“Aku ingin Kamu memotong rumput, membuang sampah membersihkan seluruh taman di halaman rumah ini,” decak Hana dingin.
“Tapi Nyonya, bukankah ada tukang kebun sendiri yang mengerjakannya,” tolak Bulan dengan halus.
“Aku ingin Kamu yang mengerjakannya!” geram Hana sembari memukul meja.
“Baik Nyonya,” jawabnya ringan.
Hana melihat punggung Bulan dengan tajam. Kamu hanya seorang pembantu. Tempat Kamu itu di bawah kakiku yang harus di injak-injak seperti sampah, batin Hana tersenyum sombong.
Sementara Bulan di bawah terik matahari, keringatnya mengucur deras dari dahinya hingga ke leher saar memotong rumput, menyapu dan
membuang sampah hingga kualahan sendiri. Sedangkan, Hana naik ke atas kamarnya. Hari ini majikan perempuannya akan pergi arisan dengan teman-teman sosialitanya buat adu ajang kemewahan.
Setelah selesai membersihkan dirinya. Hana memakai gaun yang sangat mewah dengan harga yang sangat fantastis. Satu tahun gaji pembantunya juga tidak akan bisa membelinya dengan satu set perhiasan berlian melekat pada kulitnya yang putih.
“Cincin berlian yang itu. Aku harus memakainya, karena itu adalah satu model dan hanya Aku yang memilikinya,” ucap Hana sembari menarik laci meja riasnya.
Bersambung 🍒
Terima kasih sudah memberi Vote, like dan kometar, oh ya jangan lupa follow akun author.
Salah bahagia semuanya 😊🫶
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Endang Oke
hrsnya jeremy bilang hrsnya kamu telanjang bulat jalan2 didlm rumah ini.
dan kamu duduk di sofa sambil kamu buka paha kamu lebar2
begitu di bulan lakukan itu , masuk kamar kasih tahu si hana biar didamprat dan diusir hana.
2024-05-28
0
kaylla salsabella
apakah bulan anak nya Hana di masa lalu
2024-05-06
0
risti
Apa sih maunya si Bul2 /Hey/
2024-05-01
0