Sepekan telah berlalu. Seluruh kota Bandung tengah sibuk membicarakan perselingkuhan antara Hana dan Tomas. Sudah pasti berita ini cepat tersebar mengingat mereka adalah pengusaha ternama dan juga sangat terkenal dari berbagai kalangan.
Jeremy berjalan mendekati istrinya yang tengah dengan santai menikmati secangkir teh pelangsing di ruang keluarga. Pria itu melempar surat kabar yang di bawanya di atas meja lalu duduk menatap Hana dengan tajam.
“Kamu apa tidak punya rasa malu sedikit ‘pun, masih tenang seperti tidak terjadi sesuatu. Di mana rasa malumu Hana?!” Jeremy bertanya seraya membentak istrinya.
Wanita itu dengan angkuh menaikkan dagunya lalu meletakkan cangkirnya dan mengambil surat kabar di hadapanya. Hana menyeringai sinis seraya membaca berita dirinya di kabarkan berselingkuh dengan teman suaminya sendiri.
“Apa mau Kamu?”
“Tanda tangani surat perceraian ini. Aku sudah sangat menanggung malu, mau di taruh di mana wajahku ini,” tunjuk Jeremy seraya menyodorkan beberapa lembar kertas.
Hana hanya menatap surat perceraian itu seraya tersenyum tipis. “Kamu hanya dari kalangan orang biasa yang tidak punya apa-apa. Perusahan kecil yang Kamu bangun bersama keluarga mu tidak akan bisa berdiri jika tanpa ada Aku. Masih ingin minta cerai dariku?” hina istrinya menatap dengan remeh Jeremy.
Jeremy tersenyum miring mendengar hinaan dari Hana. “Kamu jangan lupa. Kamu hanya orang kaya baru yang punya satu anak tidak jelas siapa ayahnya, kalau bukan karena Aku dan nama baik keluargaku. Kamu juga tidak akan bisa sepeti ini mempunyai nama baik dan perusahaanmu berkembang,” cibir Jeremy seraya salah satu sudut alisnya naik ke atas.
Hana mengendus dingin. “Vila mewah di bogor dan mobil sport keluaran terbaru apakah masih belum cukup untuk menarik surat ceraimu. Satu lagi apartemen megah di kawasan elit, semuanya akan atas nama Kamu. Bagaimana?” Hana berucap datar. Bagi wanita itu nilai uang yang akan di keluarkan untuk Jeremy tidak ada artinya yang terpenting jati dirinya yang tidak orang tahu bisa tertutup oleh kebaikan dari keluarga Jeremy.
Suaminya menarik udara dalam-dalam seraya berfikir tenang, sementara Bulan berpura-pura tidak mendengarkan sembari sedang membersihkan vas
guci di belakang kursi Hana. Sebuah pilihan yang tidak terlalu sulit bagi Jeremy karena memang dari awal pernikahan mereka terjadi juga bukan karena
cinta, hanya sikap palsu yang romantis yang di tunjukkan pada khalayak ramai.
“Aku ingin sepuluh persen perusahanmu atas nama ku juga,” jawab Jeremy dengan tegas.
Wajah Hana seketika tampak cerah dan tersenyum lebar lalu menepuk tangannya. “Bulan ambilkan kue tart yang baru di beli kemarin,” titah Hana.
“Baik Nyonya.” Bulan segera mengambil kue yang berada di dalam kulkas lalu meletakkannya di atas meja.
“Siapa yang ulang tahun?” tanya Jeremy seraya melihat Bulan menyalakan lilin.
“ini untuk merayakan pernikahan kedua kita. Tidak ada yang namanya perceraian di antara kita yang ada kita tetap bersama selamanya,” sahut Hana seraya menuangkan segelas wine.
Jeremy melirik Bulan lantaran masih memilih Hana. Akan tetapi bagi Bulan itu bukanlah masalah besar baginya, justru Jeremy lah yang akan di peralat olehnya.
Jeremy dan Hana saling tos seraya mengangkat gelas mereka lalu meminumnya. “Bulan potong kuenya,” titah majikannya seraya menekan nada bicaranya.
Bulan menganggukkan kepala lalu memotong kuenya dan meletakkan di depan Jeremy dan Hana.
“Jadi Kamu menyetujui semua permintaanku,” tanya Jeremy seraya memasukkan sepotong kue ke dalam mulutnya.
“Tentu saja iya, Sayang. Wanita mana yang ingin kehilangan pria se perkasa dan se tampan Kamu ini,” sahut Hana seraya matanya berbinar melihat suaminya bak artis korea papan atas.
“Oke, kalau seperti itu ‘kan, Aku akan menutup ke dua telingaku dan akan ku bereskan masalah ini agar semua orang bandung menutup mulutnya,” ucapnya. “Terus bagaimana dengan Tomas dan kerjasamanya,” tambah Jeremy bertanya pada Hana.
“Kamu tenang saja. Dia tidak akan membatalkan Kerjasama ini, tanpa kita, dia dan perusahannya tidak akan bisa menjalankan proyek sebesar ini yang nilainya milyaran,” tegas Hana dengan angkuhnya.
Jeremy menganggukkan kepalanya. Toh, dia sebenarnya tidak perduli dengan perselingkuhan mereka, terserah Hana mau berbuat semaunya yang
penting adalah sepuluh persen Perusahaan istrinya atas nama dia dan di tambah dengan fasilitas yang fantastis. Dia cukup menahan malu saja dengan kelakuan istrinya yang kadang tak punya akhlak.
Selesai mendapatkan apa yang di inginkan. Jeremy beranjak dari tempat duduknya lalu pergi.
“Bagaimana Bulan, apa Kamu melihatnya? Jeremy patuh dan tunduh padaku,” gumam Hana seraya menatap tajam Bulan.
Gadis cantik itu menganggukkan kepala.
“Nyonya, kenapa kamar di lantai tiga depan kamar Nyonya tidak boleh di bersihkan?” tanya Bulan penasaran, karena sejak awal dirinya bekerja dan semua pembantu tidak di perbolehkan masuk ke dalam kamar itu. Kunci nya ‘pun di pegang oleh majikan perempuannya.
Hana mengangkat jari telunjuknya di depan wajah Bulan seraya matanya terbelalak. “Jangan pernah menyentuh kamar itu, atau Kamu akan menerima
akibatnya!” tekan Hana memperingatkan pembantunya.
“Baik Nyonya.”
Pernyataan Hana yang keluar dari mulutnya sangat jelas membuat Bulan semakin penasaran di buatnya, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh wanita itu. Pasalnya Bulan tahu persis kamar itu dulunya di
tempati oleh siapa.
Ditengah malam Bulan tidak tidur dengan tenang. Bebarapa kali dirinya berguling ke kanan dan ke kiri sembari memeluk guling.
Apa yang di sembunyikan Hana di sana, pasti ada sesuatu. Aku harus bisa masuk ke dalam kamar itu, batin Bulan.
Gadis cantik itu akhirnya memberanikan diri keluar dari kamarnya lalu menuju ke lantai tiga lantaran selalu terbayang-bayang dengan kamar itu. Dirinya berdiri di depan pintu seraya menatap pintunya dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian yang telah lampau. Dia hanya bisa menatap dan membayangkan karena tak tahu kuncinya di mana.
“Papa kejar Bulan, ke sini Papa.”
“Hayo anak Perempuan Papa, cepat juga larinya. Hap
tertangkap ‘kan.”
Papa kesayangan gadis cantik itu, tengah asik bermain dengan dirinya di kala masih kecil. Kamar yang tertutup rapat di hadapannya adalah kamar sekaligus ruang kerja Papanya.
Tidak dapat terbendung lagi. Air mata Bulan seketika
berlinang bak hujan yang sangat deras, kelopak matanya tak mampu lagi menampung buliran-buliran derai air mata. Seketika telapak tangan menutup mulutnya sembari sesenggukan menahan rasanya sesak di dada sampai susah bernafas. Tak ingin Hana memergoki dirinya, gadis cantik itu cepat-cepat turun lalu masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.
PAPA………
Bulan berteriak keras di dalam hatinya sembari menutup wajahnya dengan bantal. Luka mendalam bak tersayat-sayat oleh pisau bermata dua sangat membekas di ingatan bagaimana kejadian itu terjadi tepat di depan mata.
Bersambung ✍️
Jangan lupa Vote ya sahabat 🙏😊🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Astina Putri
mungkin hana ibu tirinya sibulbulan ni dulunya x
2024-05-08
0
kaylla salsabella
dari sini aku mulai paham siapa bulan
2024-05-07
0
risti
sebenernya Bulan itu siapa sih kak????????? apanya Hana???
2024-05-06
0