Bab 6. BPL

Sepasang suami istri itu pagi ini tengah bersiap pergi ke Perusahaan Tomas. Mereka akan membahas semua anggaran dana yang akan di keluarkan untuk pembangunan moll dengan fasilitas terdapat akuarium terbesar di dalamnya. Ya, bukan Perusahaan raksasa namanya kalau tidak membuat moll megah berisikan barang-barang super wah dari luar negeri semua.

“Sayang, Kamu terlihat sangat tampan hari ini memakai jas berwarna biru navy.”

Hana memuji suaminya dengan membetulkan jas Jeremy lalu memakaikan dasi berwarna hitam. Sumia nya hanya tersenyum datar, seakan matanya berkata Hana, Hana tumben sekali Kamu hari ini perhatian sama Aku. Apa takut aku berpaling. Bulan yang akan Aku ratukan di hatiku.

“Benarkah? Bukannya suami Kamu ini memang sangat tampan, kalau tidak tampan mana mungkin Kamu mau menikah denganku, meskipun Aku tidak

se tajir dirimu,” jawabnya enteng seraya memijat lembut dagunya.

Istrinya tersenyum tipis lalu mendekatkan wajahnya ingin mencium Jeremy. Akan tetapi Jeremy menolaknya dengan menghidari Hana seraya mengambil jam tangan mewah yang terletak di atas nakas. Wanita sosialita itu menarik nafas Panjang lalu mengeluarkannya dengan kesal lantaran Jeremy

bersikap dingin padanya.

Bulan yang sedang membersihkan lantai di depan kamar majikan perempuannya mengintip dan mendengar pembicaraan mereka dari luar.

Ternyata tidak se harmonis yang orang bilang di luar

sana. Dasar kalian semua palsu dan munafik, batin Bulan.

“Aku tunggu di bawah,” ucap Hana pada Jeremy.

Jeremy menganggukkan kepala.

Hana keluar dari kamarnya. Masih di daun pintu dirinya melihat Bulan sepersekian detik yang sedang memegang gagang pel lantai. Memperhatikan dari

atas sampai bawah dengan sinisnya lalu pergi turun ke bawah.

Di ikuti dengan Jeremy keluar membuka pintu. Pria gagah itu menghentikan langkahnya saat menatap Bulan. Jantungnya semakin berdebar, Hasrat

untuk mengenal dan mendekati pembantunya semakin memprovokasi pikirannya seperti orang yang sedah merasakan cinta pertama, Bahagia dan gelisah bercampur aduk dalam denyut nadinya.

Apakah Jeremy sudah jatuh cinta pada Bulan?

Apakah ini yang di namakan cinta?

Bagaimana ini jika ternyata Jeremy benar menyimpan rasa pada pembantunya. Oh, tidak dapat di bayangkan apa yang akan di lakukan oleh Hana si

nenek lampir itu jika benar terjadi.

Merasa ada yang memperhatikan. Bulan menoleh ke samping.

“Tuan Jeremy, maaf silahkan lewat,” ucap Bulan dengan lemah lembut, sangat lembut sampai membuat dada Jeremy sesak mendengarnya. Ingin merengkuh pembantunya dan memeluknya erat.

Jeremy tersenyum manis, meskipun hatinya telah berpaling dari Hana. Dirinya juga sangat pintar memposisikan diri di mansion utama.

“Jeremy, cepat turun!” teriak Hana dari tangga.

Pria itu melambaikan tangan seraya menatap wajah pembantu cantiknya bak bidadari turun dari khayangan.

“Ahh …. Tuan.” Bulan menarik pergelangan tangan Jeremy sembari mengerjapkan mata, sampai majikannya memutar badan dan menangkap gadis

cantik itu sehingga tidak sampai terjatuh ke lantai “Ma-maaf Tuan, Bulan tidak sengaja,” ucap bulan pelan dengan terbata-bata sembari tangannya melingkar pada leher Jeremy.

Kontak mata yang kuat di antar mereka serta jantung Jeremy yang berdetak kencang menatap netra coklat yang indah bak pelangi milik Bulan

seakan membuat mulutnya terasa kering.

“Kau tidak apa-apa?”

Bulan menganggukan kepala dalam dekapan majikan

laki-lakinya.

Wanita sosialita itu seketika berlari naik tangga setelah mendengar jeritan Bulan. Bola matanya melotot seperi mau loncat dari tempatnya melihat

suaminya tengah memeluk Bulan.

“Jeremy!” bentak Hana.

Pria gagah itu seketika melepaskan badan mungil Bulan, seraya melihat wajah istrinya yang sudah terbakar emosi.

“Hana, ini tidak seperti yang Kamu pikirkan. Aku hanya mem---”

“Turun sekarang! Apa, Kamu tuli Jeremy!” geram Hana memotong penjelasan suaminya seraya menarik nafas dalam-dalam.

Pria gagah itu secepat kilat turun tangga meninggalkan Bulan dan Hana. Dari Lantai dasar Jeremy mendongak ke atas seraya menelan ludah.

Perasaannya khawatir, dadanya berdebar tak karuan memikirnya Bulan yang tengah dalam bahaya menghadapi singa kelaparan.

Hana menghela nafas kasar sembari mengepal ke dua tangannya kuat-kuat di samping. Sorot matanya yang tajam menatap Bulan membuat pembantunya sampai menundukkan kepala .

“Nyonya maaf, Saya tidak sengaja,” pinta gadis cantik itu datar tanpa rasa bersalah.

Wanita sosialita itu menahan emosinya seraya menatap Bulan, dengan senyum liciknya. Hana mengubah sikapnya menjadi tiga ratus enam puluh

derajat.

“Bulan, Kamu baik-baik saja ‘kan?” ucap Hana seraya memegang lengan Bulan.

“Saya, baik-baik saja Nyonya,” sahutnya pelan.

“Lanjutkan pekerjaanMu, jangan sampai ada kesalahan lagi yang akan mencelakakan dirimu.”

Wanita itu berkata dengan lembut. Senyumnya yang ramah menatap wajah Bulan membuat seakan tak percaya melihatnya. Wanita pemarah dan tempramen bisa berubah, sementara Jeremy bisa bernafas lega Bulan tidak di makan hidup-hidup sama Hana.

“Baik Nyonya.”

Hana membalikkan badannya menghampiri suaminya yang sedang menunggu di lantai dasar. Langkahnya yang berat sampai terdengar ketukan haigh

hellsnya pada anak tangga merupakan emosi yang terpendam.

Bulan, bulan banyak juga akal Kamu. Tetapi sayang nya kali ini tidak bisa memancing amarahku, batin Hana seraya tersenyum manis melihat Jeremy di bawah.

Dari railing tangga gadis cantik itu melihat kebawah, Hana dan Jeremy tengah berpelukan.

Nyonya besar Hana Olivia Johnson, permainan ini belum selesai. Masih ada banyak stok akalku yang akan membuatmu sesak nafas, batin Bulan seraya mulutnya tersenyum miring.

Bulan memang dengan sengaja menjatuhkan diri untuk memancing amarah majikan perempuannya dengan menggunakan Jeremy sebagai alat. Terlebih

lagi Jeremy mulai menaruh perhatian dan perasaannya terhadap Bulan yang akan mempermudah rencananya menjatuhkan Hana.

***

Sesampainya di perusahan Tomas. Jeremy yang di temani istrinya duduk bersebelahan di depan Tomas. Wanita memang terus saja mencuri pandang Tomas terlebih lagi istrinya Tomas sedang tidak ada di tempat. Kesempatan besar buat Hana memandang wajah pria itu dengan sangat leluasa.

Perselingkuhan mereka terjalin di saat bertemu pertama kali di sebuah acara peresmian butik milik Clara, istrinya Tomas. Ya Tomas adalah teman Jeremy, yang secara kusus di undang menghadiri acara tersebut.

“Tomas, bagaimana dengan arsitektur yang kita tunjuk. Apakah gambarnya sesuai dengan yang kita inginkan?” Jeremy bertanya.

“Kamu tenang saja, semua sudah beres. Dana juga sudah aman, tinggal melaksanakan proses Pembangunan saja. Jeremy, moll kita ini pasti akan

sangat menguntungkan banyak. Kamu tau lah orang-orang jaman sekarang ‘kan kebanyakan gengsi, dengan begitu pasti akan membeli barang-barang mewah di toko kita,” imbuh Tomas.

“Oke semuanya sudah deal, jadi tinggal Aku saja yang harus menandatangani surat kerjasamanya dan setelah itu wajib ada pesta mewah. Bagaimana?” usul Hana seraya tersenyum lebar.

Tomas dan Jeremy menganggukan kepala.

“Oke, kapan pestanya?”

“Secepatnya, Tomas,” sahut Hana seraya tersenyum manis bak gula menatap selingkuhannya.

Bersambung 😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!