Henry nampak kembali dengan dua ekor ikan yang cukup besar yang telah di bersihkan, sedangkan Aurora juga nampak telah berhasil menyalakan api.
Sebelumnya Henry berencana untuk membunuh Aurora, karena Aurora memiliki sebuah kekuatan rahasia yang hanya di ketahui oleh anggota keluarga Kerajaan. Aurora memiliki kemampuan penyembuhan yang sangat luar biasa.
Pagi itu Henry mendapatkan kabar bila Aurora baru saja mengacaukan seisi rumahnya karena dia ingin menemui Putra Mahkota untuk meminta agar dia di jadikan selir oleh Putra Mahkota.
Henry sadar bila sampai itu terjadi, maka akan banyak orang yang menderita. Selain kelurga Barrel yang mungkin akan hancur, serta akan banyak perang internal karena sikap Pangeran Mahkota yang serakah.
Selama ini Henry selalu di katai monster atau ma*niac perang dan sebagainya. Tanpa mereka sadari bila Henry adalah pahlawan sesungguhnya di Kerajaan.
Saat Aurora akan pergi ke istana, tanpa di sangka segerombolan penculik malah menghentikan kereta kudanya dan alhasil Aurora berada di tempat penjualan manusia.
Pada awalnya Henry ingin membunuhnya atau menyekapnya saja, namun saat melihat ulang seperti apa Aurora agaknya dia tak harus menjadikan Aurora sebagai gadisnya atau tawanannya, Aurora lebih pantas berada di sisinya menjadi pendampingnya.
"Wah, ikannya besar sekali." Aurora berseru kegirangan dia mulai merasa kelaparan.
"Biar aku yang membakarnya, sepertinya Nona penolong bukan dari rakyat biasa." Henry menusuk mulut ikan itu dengan ranting hingga tembus ke ekor.
"Tidak juga kok, apa aku terlalu cantik hingga kamu berfikir demikian?" Aurora terkekeh, dia menatap Henry yang berfokus pada ikan bakarnya.
'Ternyata dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya, tapi sekarang aku justru tak bisa membunuhnya.' Henry merasa frustasi, namun dia harus menjadikan Aurora menjadi miliknya dengan cara apapun, meski harus menggunakan cara kotor sekalipun, dia akan melakukannya dan menjadikan Aurora miliknya.
"Nona penyelamat memang sangat cantik, apa anda akan pulang ke rumah anda besok?" Tanya Henry, Aurora tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Iya, bisa minta bantuannya untuk menunjukkan jalan ke kastil Barrel?" Seketika mata Henry terbelalak, dia tak pernah menyangka bila Aurora akan mengutarakan hal itu.
"Anda pelayan putri Barrel ya?" Tanya Henry pura-pura polos. Aurora terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
"Bukan, aku ini Putri Barrel tau. Kaget ya?" Aurora menunjuk wajah Henry dengan telunjuknya seolah menyelidik, Henry mengangguk.
"Maafkan saya, saya lancang Nona penyelamat." Ucap Henry menunduk di hadapan Aurora.
"Aduh, apa-apaan si sampai sebegininya. Jangan panggil aku Nona penyelamat terus, panggil saja aku Aurora. Kita itu teman seperjuangan bukan?" Henry tertegun, di ibu kota dia tidak pernah bertemu dengan bangsawan seperti Aurora.
"Aurora ya?" Ucap Henry pelan, Aurora mengangguk. "Mengapa anda berada di arena Gladiator? Bila memang anda seorang Putri dari Barrel?" Henry menatap Aurora yang kini tengah menghela nafas panjang.
"Saat itu aku membuat kekacauan di rumah, tapi mungkin kedua orang tua ku salah faham dengan apa yang aku inginkan. Alhasil aku ingin melakukan sesuatu, tapi di jalan aku malah bertemu penculik." Aurora mengangkat bahunya, memang terlalu kebetulan kejadian itu, karena dia sebenarnya ingin datang ke istana dan meminta sang Raja untuk membuatkan sebuah pernikahan untuknya dan Pangeran Mahkota pada awalnya, namun saat ini Aurora bukan lagi Aurora yang dulu, dia akan menikmati hidupnya dan melindungi orang-orang yang menyayanginya.
"Salah faham?" Henry nampak kembali bertanya pada Aurora, karena berdasarkan apa yang di temukan olah bawahannya. Aurora memang melakukan kekacauan karena ingin menjadi selir dari Pangeran Mahkota.
"Iya, aku ingin ke Istana dan bertemu Pangeran Mahkota. Tapi kedua orang tua ku melarangnya, mungkin mereka berfikir bila aku akan memohon untuk di jadikan salah satu selirnya." Henry menggut-manggut karena apa yang di katakan Aurora sama persis seperti apa yang di katakan bawahannya.
"Tapi asal kamu tahu ya, aku tidak pernah berfikir untuk melakukan itu tau! Aku bahkan berencana ke Istana dan membunuh Pangeran sia*lan itu!" Ucap Aurora mengepalkan tangannya akibat marah.
Bagaimana tidak marah, bisa jadi bila Pangeran Mahkota menjadi Raja maka akan terjadi konflik internal dan mengakibatkan keluarganya hancur. Meski Kelurga Barrel memang kaya raya, tapi mereka tidak memiliki militer yang tangguh. Hal itu dapat di jadikan sasaran empuk para bangsawan yang serakah.
"Uhuk!" Henry hampir tersendat oleh ludahnya sendiri saat mendengar pengakuan Aurora, Aurora terkekeh melihat ekspresi Henry yang terkejut.
"Kamu berfikir bila aku ini seorang penghianat Kerajaan ya? Boleh saja, aku sangat benci dengan pria itu!" Gertak Aurora, di antara para tokoh dalam novel itu, selain Pemeran utama wanita, Pemeran utama pria juga sangat dia benci.
"Coba kamu fikir Henry, bagaimana bisa seorang pengecut sepertinya yang hanya bersembunyi di balik Istana di angkat sebagai Putra Mahkota? Sedangkan Duke Harvis yang juga seorang Pangeran berada di medan perang dan hanya di beri gelar Duke. Hukum macam apa ini? Padahal Duke Harvis jauh lebih tampan, ya meski aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi aku sangat yakin bila Duke Harvis jauh lebih baik di bandingkan dengan Pangeran Mahkota." Aurora akhirnya mengeluarkan unek-uneknya sama sepeti saat dia tengah membaca novel, sayangnya saat itu dia tak bisa berkata kasar seperti sekarang.
Henry yang mendengarkan itu merasakan dadanya bergetar hebat, untuk pertama kalinya ada orang yang memiliki pandangan baik terhadapnya. Dia tak pernah menyangka bila wanita yang awalnya akan dia bunuh ternyata orang yang mengaguminya secara diam-diam.
"B-baiklah Aurora, ini sudah matang." Henry menyerahkan satu ikan panggang buatannya. Merekapun akhinya memakan ikan panggang itu, dengan Aurora yang masih kesal dan menggerutu. Hingga beberapa saat kemudian, Aurora nampak menguap, Henry memperhatikan Aurora yang mulai berbaring.
"Henry, kita bergantian berjaga ya? Seperti kata mu tadi, ini adalah hutan berbahaya dan salah satu di antara kita harus ada yang terjaga agar kita bisa aman." Henry mengangguk dan Aurora akhirnya tertidur.
Di rasa Aurora yang telah terlelap, seorang pria berbaju hitam datang menghadap pada Henry. Dia menunduk dan menangkupkan tinjunya memberi hormat.
"Kita akan mengubah rencana kita sebelumnya," Ucap Henry, dia memperhatikan rambut indah Aurora yang tergerai di antara rerumputan.
"Baik Tuan," Ucap pria itu, dia kembali menghilang dan Henry mengambil selimut dari cincin dimensi yang dia miliki untuk menyelimuti Aurora.
"Aku akan menyesal seumur hidup bila tidak menemukan mu, apa jadinya bila aku membunuh mu atau kamu aku kurung di dalam kastil untuk di jadikan sebagai gadis ku." Henry tersenyum lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ani
ternyata begitu toh ceritanya.. Raja nya pilih kasih dong..
2024-05-10
3