Brak!
"Banguuun!" Teriak Aurora saat fajar belum menyingsing, para Kesatria yang masih terlelap di kamar mereka sontak saja terkejut mendapati Aurora nampak berkacak pinggang.
"Kenapa malah diam? Cepat bangun dan latihan!" Teriak lagi Aurora dia memukul-mukul panci bekas, hingga suara berisik itu mampu membangunkan seluruh penghuni Kastil, bahkan beberapa Kesatria sampai menutup telinga mereka saking berisiknya.
"5 menit, aku tunggu kalian di area pelatihan. Yang tidak muncul dalam waktu tersebut akan mendapatkan hukuman!" Aurora keluar dari ruangan para Kesatria itu dan menuju ke bagian pelatihan, para Kesatria datang dengan wajah mengantuk.
Beberapa Kesatria yang gagal harus menerima hukuman berupa melakukan tugas tambahan, yaitu tambahan lari mengelilingi Kastil. Di pimpin oleh Aurora, para Kesatria dan para prajurit berlari mengelilingi Kastil.
"Lari!" Teriak Aurora, tubuh lemahnya memang sudah mencapai batas. Namun bukan Aurora namanya bila dia tidak berjuang sampai titik akhir.
Para Kesatria yang berada di belakangnya ikut terkagum-kagum dengan kemampuan Aurora, berbeda dengan para pelatih mereka yang sebelumnya yang hanya dapat berteriak dan memerintah. Aurora justru ikut berbaur bersama dengan mereka dan menikmati pelatihan itu sendiri.
Saat siang hari, Aurora yang sedang push up dan mengalahkan para Kesatria menerima panggilan dari Nina, Nina mengatakan bila salah seorang teman bangsawannya datang menjenguk.
Hari yang paling tidak di inginkan oleh Aurora juga akhirnya tiba, ada 3 orang wanita yang datang ke sana. Lady Nadia, Lady Bella dan Lady Anastasya. Ketiganya bukanlah teman bagi Aurora, tapi mereka hanya adalah musuh dalam selimut. Entahlah itu benar atau salah, tapi saat ini Aurora juga harus mendapatkan hati Lady Nadia karena dia memiliki jaringan yang luas di dunia sosialita.
"Bella ya? Pemeran utama wanita itu datang juga." Gumam Aurora, sebuah senyuman aneh terukir di bibirnya. "Nina, siapkan air mandi dan perjamuan minum teh di taman kaca." Perintah Aurora meminta Nina untuk menyiapkan air mandi. Nina menuruti keinginan Nona mudanya, dia juga mempersilahkan para Lady yang datang untuk menunggu di taman kaca.
Aurora yang biasanya mengenakan dandanan super menor, saat ini memilih berpenampilan sederhana. Dia hanya menghias rambutnya dengan bunga-bunga kecil dan mengenakan gaun putih berenda merah muda.
"Maaf aku membuat kalian menunggu ya?" Sapa Aurora duduk di antara mereka bertiga, ketiganya nampak menatap Aurora aneh.
"Astaga, apakah ini Lady Aurora?" Ucap Anastasya keheranan, selama ini dia tak pernah mengenal dekat Aurora karena dia memiliki lingkup sosial yang sangat terbatas.
"Anda sangat berbeda Lady," Ucap Bella merasa aneh dengan perubahan Aurora.
Bella, adalah seorang mahasiswi yang mengalami perpindahan jiwa saat sedang mengerjakan tugas. Bella memiliki sifat yang licik demi mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Setelah berpindah dunia, Bella menggunkan seluruh kemampuannya untuk menarik perhatian banyak orang. Termasuk sang Pangeran Mahkota, di masa depan dia akan di keliling banyak pria tampan dan memiliki hubungan aneh dengan mereka.
Aurora bergidik mengingat kejadian tersebut, dia sangat tidak suka seseorang yang tidak memiliki komitmen dalam hidup. Itu juga alasan utama mengapa Aurora justru menyukai Duke Harvis, sampai novel itu tamat sekalipun Duke Harvis hanya mencintai satu wanita yaitu Aurora.
Saat ini Aurora tidak datang dalam kehidupan Duke Harvis, entah akan jadi seperti apa alur novel ini nantinya. Mungkin saja Duke Harvis tidak akan menjadi antagonis dan akan menjadi orang baik bila Aurora tidak muncul dalam hidupnya.
Aurora tersenyum pada Bella dan dua Lady lainnya. Dia melihat Nadia yang nampak diam memperhatikan Aurora dari bawah hingga ke atas.
"Apa akhir-akhir ini anda kurang sehat?" Tanya Lady Nadia, Aurora terkekeh sumbang.
"Ya, kurang lebihnya seperti itu. Namun, saya saat ini sudah merasa lebih baik." Jawab Aurora, mungkin memang aneh saat sosok bunga sosialita yang tiba-tiba saja berhenti mengikuti banyak pesta dan hanya selalu diam di Kastil.
"Kasihan sekali, apa yang anda rasakan?" Tanya Bella ingin tahu, Aurora tahu tujuan Bella sesungguhnya. Bila Aurora mengatakan sebuah penyakit aneh atau langka mungkin itu akan langsung menghebohkan seluruh Kerajaan, namun Aurora juga bukan sosok sebodoh itu.
"Hiks, hiks, maaf aku teringat kejadian mengerikan." Aurora pura-pura menangis dengan air mata yang dia keluarkan.
Lady Anastasya langsung mendekat dan memberikan sapu tangan miliknya pada Aurora, Aurora masih terisak dan pada akhirnya perlahan mulai tenang. Nina yang melihat Nona mudanya nampak menangis mengerutkan keningnya bingung, namun dia juga tak ikut bicara.
"Sore itu setelah terakhir kali mengikuti pesta yang di lakukan di kediaman Baron Arabell. Saya dan pelayan saya di sergap di jalan, mereka berniat membunuh saya. Namun untunglah Ayah datang tepat waktu hingga kami dapat selamat. Namun saya masih merasa ketakutan saat akan keluar dari Kastil, entah siapa yang berniat buruk pada saya. Hanya saja saat ini Ayah secara diam-diam menyelidikinya, tolong jangan memberi tahu ini pada siapapun." Ucap Aurora denga tangan yang gemetaran.
"Ya ampun, tangan anda sampai gemetaran seperti ini." Lady Anastasya menggenggam tangan Aurora, jiwa kemanusiaannya bergerak begitu saja karena merasa kasihan pada Aurora.
Aurora yang dulu selalu bersikap sombong dan sembarangan itu, saat ini nampak begitu ketakutan. Pasti kejadian itu menorehkan luka dalam ingatan Aurora, begitulah pikir Anastasya dan Nadia.
"Kenapa anda merasa takut bila anda merasa tidak bersalah?" Tanya Bella, sontak saja mata Anastasya dan Nadia menatap Bella sinis.
"Saya memang memiliki banyak kesalahan karena sering berbicara terlalu berani, tapi haruskah mereka sampai ingin membunuh seperti itu?" Aurora kembali menangis, Anastasya langsung mengelus punggung Aurora yang sesenggukan.
"Lady Bella, anda keterlaluan mengatakan itu pada Lady Aurora yang ketakutan." Lady Anastasya merasa kesal sendiri, namun Nadia menggelengkan kepalanya saat Anastasya akan kembali melanjutkan ucapannya.
"Nina, saya merasa sangat lelah saat ini. Bisakah kamu membantu ku untuk kembali ke kamar?" Ucap Aurora, Nina mengangguk dan memapah Aurora. Sedangkan ketiga Lady yang berada di taman di minta pulang oleh kepala pelayan.
"Nona kami nampaknya sedang tidak baik-baik saja, Nona sekalian dapat kembali menjenguk Nona muda kami saat beliau merasa lebih baik." Ucap kepala pelayan yang bertanggung jawab atas perjamuan tersebut.
Setelah berada di lantai dua, Aurora terkekeh dan tersenyum pada Nina yang nampak kebingungan. Aurora menepuk pundak Nina yang nampak masih kebingungan.
"Bila kamu bingung, kamu tinggal nonton aja Nin. Bagaimana penampilan ku tadi?" Tanya Aurora tersenyum bangga, Aurora mengacungkan jempolnya. Hampir saja dia percaya bila Aurora sedang menahan rasa takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ani
ini sih namanya akting luar biasa. drama ala ala korea atau thailand 😁😁😁😁😁
2024-05-19
2