Bab 4

Seorang pria nampak terdiam mendengarkan laporan bawahannya di dalam kereta kuda, tangannya terkepal namun seringai dingin kini tampak di bibirnya.

"Tuan, saya bisa menjamin berita dan keasliannya. Para penonton di arena Gladiator memang melihat adanya sosok Budak berambut perak dengan mata biru." Ucapnya menunduk.

"Ke tempat itu sekarang!" Perintah pria berambut hitam itu, wajahnya yang dingin nampak tak tertebak apa yang saat ini tengah dia rasakan.

Mereka sampai di depan arena Gladiator, dia memakai penutup wajah dan masuk ke jajaran para Gladiator. Seorang pria bertubuh besar tanpa sengaja menariknya masuk dan melemparkan pria itu ke dalam arena.

'Sial! Kenapa aku malah di kira sebagai budak!' Umpat pria itu dalam hati, namun pandangannya kini tertuju pada sosok berambut perak yang di penuhi debu dan lumpur.

"Wah lihatlah, ada dua orang budak yang akan jadi makanan singa itu sekarang!" Ucap salah seorang penonton.

"Pertandingan dua lawan satu akan segera di lakukan, bagaimana dua manusia ini akan selamat dari serangan raja hutan? Baiklah kita saksikan pertandingannya sekarang!" Ucap pemandu acara, seketika itu juga rantai di leher singa itu dilepaskan.

Singa itu nampak menuju ke arah Aurora, Aurora mengutak-atik kawat di tangannya dan melepaskan borgol dengan cepat. Semua orang terkesima dengan penampilan tersebut tanpa terkecuali pria berambut hitam itu.

"Kemarilah kucing manis!" Ucap Aurora, pria berambut hitam itu langsung berlari cepat berdiri di hadapan Aurora.

Pluk!

Aurora menepuk bahu pria itu, dia tersenyum dan kembali berdiri di hadapan pria itu dengan senyumannya. Seketika pria itu terkejut, tangannya telah memegang pedang yang sejak awal tengah dia sembunyikan.

"Selain orang tua ku, mungkin kau adalah salah satu orang yang mau mati demi aku. Aku tidak akan melupakan jasa ini, ingatlah nama ku Aurora." Ucap Aurora, mata pria itu langsung membulat tak kala mendengar nama itu.

Sedangkan singa itu nampak semakin mendekat, namun suara lembut Aurora tiba-tiba terdengar syahdu. Mata pria itu sekali lagi membulat mendengarnya, singa itu langsung terdiam dan menunduk di hadapan Aurora.

Para penonton di buat kagum dengan suara merdu itu, bahkan beberapa bangsawan sudah siap membeli Aurora dengan harga yang tinggi. Aurora mengangkat sudut bibirnya ke atas dan meraih lengan pria di belakangnya.

Pria itu melepaskan pedang yang dia pegang dan mengikuti langkah Aurora, Aurora membawa pria itu untuk duduk di atas punggung singa berukuran besar itu.

Aurora menajamkan pandangannya, dia langsung tersenyum tak kala mendapati satu pintu keluar yang nampak tidak terkunci dengan benar.

"Pegangan!" Ucap Aurora, hingga auman singa itu seketika menggema dan Aurora mengelus pundak singa itu. Dengan kecepatan tinggi, singa itu langsung berlari dan menerjang sebuah pintu.

Dalam sekali hantaman pintu itu terbuka, mereka langsung melarikan diri dari kepungan itu menuju keramaian. Orang-orang berteriak ketakutan saat seekor singa nampak berlari dengan kecepatan tinggi dan pergi menuju area hutan.

Aurora menghela nafas lega setelah beberapa kali menengok ke belakang dan memperhatikan situasi, saat mereka sudah sampai di tepi hutan. Aurora melepaskan singa tersebut dan akhirnya dia dapat bebas dari perbudakan.

Untunglah dia belum menggunkan dan memiliki kontrak budak, sehingga dia tidak akan takut mati bila dia melarikan diri begitu saja. Sedangkan pandangan Aurora kini tertuju pada pria yang dia selamatkan tanpa sengaja.

"Wah aku dapat teman seperjuangan, tolong rahasia kan ya?" Ucap Aurora menempelkan ibu jarinya di depan bibir.

"Siapa nama mu?" Tanya Aurora, dia berjalan menuju ke dalam hutan bersama dengan pria itu yang mengikutinya dari belakang.

"N-nama ku Henry." Aurora tersenyum, namun dia langsung terpesona saat penutup wajah pria itu di buka dan mendapati sosok tampan dengan mata coklat tajam dan rambut hitam yang memikat.

'Astaga, ganteng banget. Ini adalah maha karya yang dapat memicu peperangan di dunia.' Gerutu Aurora dalam hati, dia benar-benar terkesima dengan pria itu dalam pandangan pertama.

"Oke Henry, salam kenal ya?" Aurora mengulurkan tangannya, Henry nampak kebingungan sejenak. Namun Aurora yang memahami kebingungan Henry langsung menyalamkan tangannya agar berjabat dengan Henry.

"Aku Aurora, ngomong-ngomong sekarang kita ada di mana ya?" Aurora celingukan memperhatikan sekeliling yang nampak sepi.

"Anda tidak tahu sekarang kita di mana?" Tanya Henry, Aurora menggelengkan kepalanya dan mulai memperhatikan hutan yang tidak terlalu lebat itu.

"Ini hutan Stardoks tempat para binatang roh berada." Aurora terkekeh, dia lupa bila saat ini dia masuk pada novel bergenre romansa fantasy yang mengusung tema dewasa.

"Aish, aku bahkan tidak mengerti situasinya. Tapi aku harus membersihkan diri terlebih dahulu, benar-benar kotor!" Umpat Aurora berjalan mencari sungai, Henry juga mengikutinya dari belakang.

"Akhirnya ada sungai, kamu jangan ke sini!" Aurora mendorong Henry untuk menjauh, sedangkan Henry dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Bagaimanapun ini adalah hutan yang berbahaya, Nona penyelamat pasti akan dalam bahaya bila saya jauh dari anda." Ucap Henry.

"Astaga kau ini, jangan menyepelekan kemampuan ku ya? Lagi pula seharusnya kamu juga ke rumah mu, kenapa terus mengikuti ku?" Aurora menekan keningnya, namun dia langsung berbalik menuju sungai.

"Balikkan badan mu, jangan melihat ke arah ku!" Perintah Aurora, pria itu akhirnya menurut dan membalikkan badannya.

Aurora membersihkan tubuhnya, hingga kotoran yang menempeli tubuhnya menghilang. Aurora mengenakan pakaiannya kembali dan menggelengkan kepalanya tak kala melihat Henry yang terus berada di tempatnya seperti semula.

"Udaranya akan semakin dingin bila semakin malam, aku juga sangat lapar." Gumam Aurora memperhatikan hutan yang kian gelap saat matahari telah tenggelam.

"Aku akan mengambil ikan dulu, apa kau bisa menyalakan api, Henry?" Henry berbalik menatap Aurora yang telah bersih, wajahnya nampak bersemu kemerahan saat rambut perak itu nampak sedikit basah, kulit putih Aurora yang indah di bawah sinar rembulan membuatnya tak sanggup berkedip.

"Aku bisa melakukan keduanya, Nona penyelamat sebaiknya istirahat saja sekarang." Aurora terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"Panggil saja Aurora, kita lakukan bersama agar pekerjaan bisa lebih cepat." Aurora mengambil beberapa ranting kayu, dan menumpuknya.

"Aku akan membuat api kalo begitu, untuk mengambil ikan aku serahkan pada mu ya?" Henry mengangguk dan berjalan menuju ke arah sungai.

'Astaga, apa yang sedang aku lakukan? Wanita itu sekarang nampak sangat berbeda. Tapi dia tetap baik seperti biasanya, Aurora ku.' Gumamnya dalam hati, hingga seorang pria berjubah hitam datang dan menunduk di hadapan Henry.

"Tuan, kami siap menjalankan perintah!" Ucapnya, Henry menggelengkan kepalanya.

"Akan lebih menarik bila dia hanya menganggap ku sebagai orang biasa, jangan mengawasi kami terlalu dekat." Ucap Henry, pria itu langsung menghilang begitu saja setelah mendapatkan perintah dari sang Tuan.

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

hahaha..... mau melarikan diri dari Hendri malah ketemu Hendri n tersepona😅😅😅🤦‍♀️

2024-10-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!