Bab 7

Mulai hari ini pukul 12.00 novel ini ganti judul ya!

Aurora memperhatikan Kastil dan pendataan keluarga Barrel yang sangat baik, itu berarti yang tidak waras di keluarga Duke Barrel hanya persenjataan dan juga kesatria saja.

Saat malam hari Aurora berjalan-jalan di depan Kastil Barrel, hingga dia melihat seseorang yang memperhatikannya dari luar. Aurora terkekeh saat melihat senyum pemuda itu yang nampak mempesona.

Pria itu bergumam seolah mengatakan Bagaimana keadaan anda? Aurora terkekeh dan mengangkat jempolnya, pria yang tak lain adalah Henry itu tersenyum.

Aurora teringat dengan persenjataan Barrel yang buruk, Minggu depan mari bertemu! Gumam Aurora menggunkan gerak bibirnya saja.

Henry tersenyum dan menangguk, Aurora mulai berfikir di mana agaknya mereka bisa bertemu. Aurora akhirnya memiliki sebuah ide, dia teringat dengan sebuah jalan yang ramai di Ibu Kota.

Alun-alun kota, Gumam Aurora dengan gerak bibirnya. Henry tersenyum dan melambaikan tangannya, Aurora juga tersenyum dan akhirnya masuk ke dalam Kastil itu kembali.

Henry juga pergi, kedatangan Henry tak di sadari siapapun baik itu penjaga ataupun orang-orang dari dalam Kastil Barrel. Aurora juga mulai mengawasi para Kesatria selama beberapa hari, dia juga selalu diam di Kastil, sangat berbeda dengan kebiasaan Aurora yang dulu sangat suka mengikuti pesta.

Hingga akhirnya satu minggu berlalu dan di malam hari Aurora membuat beberapa disain senjata untuk pertarungan, selain itu dia juga harus memilih beberapa pakaian yang nyaman untuk pelatihan. Dia ingin melatih para Kesatria secara pribadi dan membeli beberapa budak untuk di rekrut menjadi prajurit.

Pagi harinya, Aurora berdandan layaknya seorang Putri bangsawan dia mengenakan pakian mewah sepeeti Aurora yang dahulu, dia juga mengenakan perhiasan meski tidak terlalu mencolok namun tetap membuatnya terlihat sangat cantik.

Aurora turun dan mulai sarapan bersama keluarganya, sang Ayah yang merasa aneh dengan sikap Aurora beberapa hari terakhir akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Aurora.

"Nak, aku tahu bila kamu sangat mencintai Putra Mahkota bukan?" Tanya Duke Barrel.

"Hah! Uhuuk! Uhuuk!" Aurora tersendat makanan yang tengah dia lahap, Duchess Barrel yang berada di samping Aurora sigap dan menuangkan air untuk putrinya.

"Hati-hati Nak," Duchess Barrel menggelengkan kepalanya, Aurora saat ini menatap sang Ayah dengan tajam.

"Ayah yang harus hati-hati dalam bicara, bila hal ini di dengar oleh orang lain aku akan sangat tertekan Ayah. Aku juga sudah bilang pada kalian bila aku tidak menyukai Pangeran Mahkota, di bandingkan menyukainya aku bahkan sangat membencinya hingga ingin muntah bila bertemu dengannya." Ungkap Aurora, Duke dan Duchess Barrel tersenyum.

"Baiklah, Ayah percaya pada mu Nak. Tapi jangan sembunyikan apapun lagi dari kami, bila kamu dalam kesulitan jangan sembunyikan apapun dai kami." Aurora tersenyum, kebetulan sekali dirinya menginginkan sesuatu.

"Aku ingin membeli beberapa budak untuk di jadikan prajurit, aku ingin mengurus para Kesatria mulai sekarang." Kini giliran Duke Barrel yang tersendat, dia melotot seolah ingin bilang Apa!

"K-kenapa tiba-hiba sekali Nak?" Duke Barrel ragu dengan keputusan Putrinya.

"Ayah jangan ragu pada ku, mulai sekarang aku ingin memiliki kebebasan dalam segala hal. Aku tidak suka di tekan oleh peraturan gila atau apalah itu, aku ingin melindungi kalian dengan cara ku!" Ucap Aurora, sontak saja Duke dan Duchess Barrel merasa terharu dengan ucapan Putri semata wayangnya.

"Anak baik, bila ada kesulitan biar aku membantu mu ya Nak." Aurora tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia yakin bila Duke dan Duchess Barrel memanglah orang tua terbaik yang pernah ada di dunia.

"Hari ini aku akan ke luar, mungkin akan pulang agak sore. Ayah dan Ibu jangan terlalu mencemaskan aku, aku juga pasti akan pulang." Aurora tersenyum.

"Bawa ini, bila kamu membawa ini maka tagihan untuk semua barang yang kamu beli akan di masukan pada tagihan kelurga kita." Aurora mendapati sebuah benda bundar aneh, dan mungkin sejenis kartu ATM bila di zaman moderen.

"Baiklah Ayah, aku tidak akan mengecewakan kalian. Aku undur diri dulu." Aurora kembali ke kamarnya, dia mengambil beberapa kertas yang sudah dia gambar sebelumnya dan di jilid membentuk buku.

"Nina, bantu aku membawa ini." Aurora menyerahkan sebuah buku yang di susun Aurora sebelumnya, Nina mengangguk dan mengikuti langkah Nona besarnya.

Merekapun akhirnya mulai berjalan menuju ke luar Kastil Barrel, sebuah kereta kuda yang memang sudah di pesan oleh Nina atas perintah Aurora akhirnya siap meluncur menuju tempat tujuan mereka.

"Antarkan kami ke alun-alun terlebih dahulu." Ucap Aurora, Nina yang duduk saling berhadapan di kereta kuda itu merasa sangat canggung.

"Nina, aku tahu kamu adalah gadis baik. Ingatlah bila apapun yang kamu lihat hari ini anggap tidak pernah melihatnya, kunci mulut mu untuk berucap pada siapapun kecuali nyawa mu dalam bahaya." Nina tertegun, dia pada akhirnya mengangguk.

"Baik Nona Besar, apapun yang saya lihat dan saya dengar kali ini tidak akan pernah saya sampaikan apapun yang terjadi." Aurora tersenyum hingga tak lama kemudian mereka sampai di alun-alun kota.

Sebuah air mancur besar nampak menjulang di tengah-tengah kota, banyak orang berlalu lalang di tempat tersebut. Beraneka ragam tempat ada di sana, dari mulai toko kue, sepatu, baju sampai toko perhiasan ada di sana.

Semua yang ada di tengah kota adalah hal yang di gemari oleh para bangsawan, Aurora keluar dari kereta kudanya dan mendapati seorang pria duduk di tepi air mancur tengah memberi makan merpati yang beterbangan di sekelilingnya.

"Henry!" Aurora melambaikan tangannya, Henry yang menggunkan jubah hitam dan penutup wajah tersenyum pada Aurora yang menyapanya. Meski senyumnya tak terlihat karena penutup wajah yang dia kenakan namun dari sudut matanya, Aurora tau bila Henry saat ini tengah tersenyum.

"Bagaimana keadaan mu?" Aurora datang di samping Henry, Henry masih tak ingin membuka penutup wajahnya.

"Disini adalah tempat perkumpulan para Bangsawan, adakah tempat yang ingin anda datangi terlebih dahulu?" Aurora terkekeh.

"Memang ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan pada mu, ayo ikut aku!" Aurora membawa Henry masuk ke dalam kereta kudanya, sedangkan Nina yang mendapati orang asing mulai merasa curiga.

"Jangan menatapnya seperti itu Nina, dia adalah teman ku." Nina akhirnya mengangguk dan kembali menundukkan pandangannya.

Bagi seorang Aurora, Henry adalah seorang budak biasa. Aurora sangat yakin bila Henry akan mengetahui tempat-tempat bagus yang hanya di ketahui oleh orang kecil saja.

Karena kebanyakan orang kecil nyatanya akan menghasilkan barang yang lebih baik di bidang senjata, seperti para pandai besi yang tersembunyi dan sebagainya.

"Henry, apa kamu mengenal seorang pandai besi yang bagus?" Henry yang mendengar pertanyaan Aurora, otaknya kini berjalan cepat.

Terpopuler

Comments

L K

L K

jd curiga nih mw bikin senjata unik

2024-05-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!