Bab 18

"Nona hanya pura-pura ya tadi?" Tanya Nina, Aurora mengacungkan jempolnya.

"Besok aku akan ke luar dari Kastil, siapkan kereta kuda yang sederhana saja." Aurora masuk ke dalam kamarnya, dia tidak ingin melihat para Kesatria lagi karena saat ini dia sudah tahu apa saja kelemahan para kesatrianya.

Aurora juga sudah memasukkan 20 orang kesatria baru yang di masukkan oleh Henry, mereka semua nampak seperti yang di inginkan oleh Aurora. Mereka berasal dari kalangan budak dan juga memiliki pengalaman hidup yang keras.

Aurora nampak kembali melukis dalam bukunya dia menggambar sebuah pakaian baru, lebih tepatnya adalah sebuah gaun yang menawan. Dia ingin mengenakan gaun itu untuk menghadiri acara dalam pesta topeng sebelum ulang tahun sang Raja.

Aurora membuat pakaian itu sepasang, tak terasa waktu yang di habiskan oleh Aurora cukup banyak. Bahkan malam nampak sudah semakin Larut.

Aurora meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian, dia kembali masuk ke dalam kamarnya, Aurora mengenakan baju luar yang tipis dan keluar dari dalam kamarnya menuju balkon.

Sebuah kelebatan hitam nampak mendekat ke arah Aurora, Aurora juga hanya diam saja memperhatikan. Hingga sosok itu kini berdiri di hadapannya dan membuka penutup wajahnya.

"Bulannya sangat indah malam ini, apa kamu mau menikmatinya bersama?" Tanya pria tersebut yang tak lain adalah Henry.

"Aku sudah mengenakan pakaian untuk tidur, apakah pantas kamu meminta ku untuk menikmati bulan hem?" Aurora melingkarkan tangannya di leher Henry.

"Tidur di bawah sinar bulan juga nampak-nya bagus. Jangan menggoda ku seperti ini, aku memiliki batas kesabaran." Henry menyatukan kening mereka, Aurora terkekeh dan akhirnya melepaskan tangannya dari leher Henry.

"Henry, aku sangat mengantuk." Aurora menopangkan kepalanya pada lengan Henry.

"Kemarilah, kita nikmati bulan di sini saja." Henry duduk di sebuah kursi di balkon tersebut, setelah banyak pertimbangan. Aurora memang sengaja menyimpan sebuah kursi yang nyaman di balkon kamarnya.

"Aku sudah membuat disain baju. Henry, apa kamu mau menjadi pendamping ku di pesta topeng di Istana nanti?" Pinta Aurora, Henry tersenyum dan mengecup kening Aurora.

"Baiklah, sepertinya itu cukup menyenangkan." Aurora menganggukkan kepalanya, dia juga ingin tahu seperti apa para pemain dalam novel itu sesungguhnya.

Tanpa terasa Aurora benar-benar terlelap dalam dekapan Henry, Henry juga merasa nyaman dengan posisinya. Setelah kehadiran Aurora dalam hidupnya, Henry merasakan dunianya penuh warna. Berbagai perasaan dapat dia rasa saat bersama dengan Aurora, kadang senang, khawatir, rindu, sayang, bahkan perasaan tidak nyaman karena saking seringnya di goda oleh Aurora juga sering muncul.

Henry sendiri tak ingin terus menyembunyikan identitasnya, dia akan mengungkap identitasnya dengan cepat. Bagi Henry, saat ini Aurora adalah hal paling berharga dalam hidupnya.

Pagi hari kembali tiba, Aurora melakukan hal yang sama seperti beberapa hari kebelakang. Dia membangunkan para Kesatria, seperti sudah terbiasa para Kesatria nampak sudah terbangun dan mereka berkumpul di lapangan.

"Hari ini aku tidak bisa ikut berlatih bersama kalian, tapi bukan berarti kalian bisa berleha-leha. Nina, tolong awasi mereka! Jadwalnya di sesuaikan dengan daftar di kertas ini." Aurora memberikan sebuah kertas pada Nina.

"Hah, saya juga melakukan ini Nona?" Tanya Nina menatap daftar tersebut, Aurora terkekeh.

"Tentu saja, aku melakukan ini demi kebaikan mu. Semangat semuanya!" Aurora masuk ke dalam Kastil menuju ke belakang dan mendapati Henry berada di dalam sebuah kereta kuda yang telah mereka sepakati.

"Ayo berangkat!" Ajak Aurora, Henry menganggukkan kepalanya. Dia menutup wajahnya dan pergi menuju ke butik Alen berada.

"Di sini nampaknya sangat ramai sekarang," Bisik Aurora saat mereka sampai di butik tersebut, Henry tersenyum dan langsung menuju ke pintu belakang.

"Sebentar lagi adalah pesta Kerajaan, siapa yang akan melewatkan kesempatan itu? Mereka yang seorang bangsawan pasti berlomba-lomba demi mendapatkan perhatian, sedangkan bagi mereka yang kaya pasti berlomba-lomba mendapatkan gelar bangsawan dan mencari muka." Aurora terkekeh mendengar penuturan Henry.

"Lalu, kamu masuk pada golongan yang mana?" Henry tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Aku akan senang saat mendapat perhatian dari mu, tak perlu bangsawan atau apalah itu. Aku adalah diri ku sendiri," Jawab Henry, Aurora merasa puas dengan jawaban Henry.

Terlepas dari gelar kebangsawanan dan juga harta yang di miliki seseorang, menjadi diri sendiri memanglah hal yang paling bisa di nikmati. Tak perlu mencari muka di hadapan orang lain, dan lebih baik menikmati perasaan sendiri adalah hal paling menyenangkan. Tak perlu menyenagkan orang lain, hanya perlu menyenagkan diri sendiri saja.

"Aku suka jawaban mu Henry, sepertinya aku harus lebih sering memperhatikan mu." Aurora turun dari kereta kuda sederhananya, begitupun dengan Henry.

"Ayo ke dalam, lihatlah dia nampak sangat bahagia hari ini." Henry menunjuk seorang pria yang nampak melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

"Iya, ayo kita lihat hasil pekerjaannya." Aurora masuk ke dalam butik tersebut di ikuti oleh Henry.

"Selamat pagi, bagaimana dengan hasilnya?" Dengan rasa bangga yang di miliki oleh Alen dia mempersembahkan hasil karyanya yang nampak sungguh luar biasa. Berkelas layaknya bangsawan, namun nampak sangat nyaman dengan celana berbahan lembut.

"Sesuai espektasi, bungkus untuk khsus wanita ke kediaman Barrel sedangkan yang pria kirimkan ke, di mana?" Tanya Aurora pada Henry.

"Ke tempat seharusnya," Jawab Henry, Aurora terkekeh dan mencubit hidung Henry yang tertutup kain.

"Iya, anda tahu tempat seharusnya itu di mana Alen?" Tanya Aurora, Alen menganggukkan kepalanya.

"Sebaiknya di kirimkan ke kediaman Barrel saja semua, itu adalah tempat seharinya bukan?" Tanya ulang Alen pada Henry, Henry terkekeh mendengar jawaban Alen.

"Kamu sangat pintar Alen, kirimkan saja ke kediaman Barrel. Nanti aku akan mengambilnya secara resmi ke sana." Ucap Henry, Aurora terkekeh dan menganggukkan kepalanya.

"Ayo kita ambil senjata sekarang!" Semangat Aurora, Henry terkekeh dan mengelus kepala Aurora.

"Kirimkan tagihannya pada ku," Ucap Henry, Aurora memajukan bibirnya dan menggelengkan kepalanya.

"Biar aku saja yang bayar, selain itu kita juga harus memberikan satu disain lagi bukan?" Aurora memperlihatkan satu disain lagi pada Alen sebelum dia pergi.

"Untuk pesta topeng?" Tanya Alen, Aurora menganggukkan kepalanya membenarkan.

"kelihatan keren, aku akan menyelesaikannya sebelum pesta Kerajaan di adakan." Ucap Alen yang mengetahui kapan pakaian itu akan di gunakan.

"Terima kasih Alen, ayo kita berangkat mengambil senjata." Ajak Aurora pada Henry, Henry menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Aurora.

"Senjata, senjata, aku sangat bersemangat hari ini." Aurora melompat kegirangan saking senangnya, di bandingkan dengan gaun. Senjata memang benda yang sangat penting bagi Aurora.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!