"Benarkah?" Aurora tersenyum lembut, Henry menganggukkan kepalanya. Malam itu Henry mengantarkan senjata itu ke gudang senjata keluarga Barrel, dia juga mengantar Aurora untuk istirahat.
Saat pagi tiba, keadaan kacau di mana-mana sebuah kabar gila muncul di Ibu Kota, sebuah kereta kuda yang sangat di takuti nampak terparkir di depan sebuah Kastil Barrel.
"Kenapa orang itu ke sini?" Tanya Tuan Duke Barrel pada para bawahannya yang juga ikut ketakutan, di bandingkan dengan Raja yang masih memiliki banyak pertimbangan saat ingin menghancurkan sesuatu, Duke Harvis adalah sosok yang tidak pandang buluh saat dia ingin menghancurkan seseorang.
"Apakah kalian pernah berbuat ulah padanya?" Tanya Duke Barrel pada bawahannya, mereka semua menggeleng. Boro-boro membuat masalah pada Duke Harvis, Duke Harvis sendiri tak pernah muncul di keramaian seperti saat ini.
"Baiklah, kita jamu dia dengan baik terlebih dahulu." Ucap Duke Barrel meminta penjaga mempersilahkan Duke Harvis memasuki kastilnya, karena Duke Harvis belum membuat janji temu sebelumnya jadi wajar saja bila dia di tahan di depan gerbang sebelum di beri izin masuk.
Aurora mengerjapkan matanya dan menguap, dia sudah ada di kasur lagi. Padahal semalam dia ingat masih berada di kereta kuda bersama dengan Henry.
"Selamat pagi Nona, terjadi kegaduhan di Kastil. Tuan Duke meminta seluruh keluarga untuk berkumpul di bawah." Aurora kebingungan, dalam alur novelnya. Apakah ada kejadian semacam itu yang menimpa keluarga Barrel? Seingat Aurora dia tak menemukan kejadian seperti ini.
Aurora pada akhirnya bersiap, dia mengenakan sebuah gaun berwarna putih tulang dan rambut yang terkepang indah. Aurora juga berdandan layaknya Lady dan keluar dari kamarnya.
"Nina, kamu terlihat sangat panik. Apa yang sebenarnya terjadi di bawah?" Tanya Aurora saat melihat wajah Nina memucat.
"Duke Harvis datang berkunjung Nona." Jawab Nina, seketika Aurora juga ikut panik. Namun selama ini dia tidak pernah bertemu dengan Duke Harvis, bila dia pura-pura kebingungan juga hal wajar sepertinya.
Aurora memiliki sebuah ide brilian, dalam kalangan bangsawan. Seorang wanita memanglah sangat penting mengetahui tatakrama dan sopan santun, mereka akan sangat membenci pada wanita yang tidak tahu malu dan tak memiliki aturan.
"Nina, kamu pergi duluan saja. Aku tiba-tiba teringat sesuatu di kamar." Ucap Aurora, Nina pada akhirnya mengangguk sedangkan Aurora kembali ke kamarnya.
"Menggunakan pakaian yang tidak sopan, berbicara tanpa aturan dan bertingkah laku sembrono. Itu sepertinya bagus juga, aku yakin dia juga tidak akan jatuh cinta pada wanita murahan bukan?" Aurora terkikik dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Dia menggunkan sebuah pakaian tidur yang tipis, bahkan belahan dadanya terlihat jelas. Sandal tidur yang pernah dia buat dan juga selendang tipis yang menutupi sedikit kulit mulusnya.
"Maafkan aku Duke Harvis, meski dalam novelnya kamu cinta mati padaku. Tapi saat ini aku ingin hidup tanpa tekanan dari siapapun, aku juga akan melindungi keluarga baru ku." Ucap Aurora tersenyum dan keluar dari kamarnya.
Sedangkan di ruang tamu, Duke Barrel yang nampaknya pernah melihat wajah Henry menjadi kebingungan. Henry Harvis Alilael Edger adalah putra dari Raja saat ini, memiliki gelar Grend Duke karena berhasil memperluas kekuasaan kerajaan.
Tidak seperti Pangeran Mahkota yang memiliki wibawa drngan pesona sebagai serang bangsawan, Duke Harvis justru di takuti semua orang termasuk Pangeran Mahkota sendiri sendiri karena di kenal gila di medan perang.
"Ada Hal apa yang membuat Grand Duke datang Ke Kastil tua kami?" Duke Barrel berhati-hati dalam berucap, Duchess Barrel juga merasa gugup saat itu.
"Aku akan mengatakannya saat Putri anda turun." Ucap Duke Harvis yang tak lain adalah Henry, saat mendengar Henry berbicara sontak saja udara dingin seolah menyebar ke seluruh rungan tersebut.
"Hoam, apa si pagi-pagi nyari ribut di rumah orang?" Gerutu seorang wanita sambil menguap di atas tangga.
Nina yang melihat tampilan sang Nona menjadi syok. Begitupun dengan Duchess Barrel dia hendak bangkit dari duduknya namun Henry ternyata sudah bangkit duluan.
"Aduh, Apa yang di lakukan putri kita?" Gumam Duchess Barrel pada suaminya, Duke Barrel juga nampak sangat khawatir dan menatap sebuah hal yang terjadi.
Hawa dingin yang sejak tadi terpancar dari tubuh Duke Harvis tiba-tiba saja berubah, sebuah senyum terukir di bibirnya dan membuat hawa musim semu seolah memenuhi tubuh Duke Harvis.
"Tidur mu nyenyak?" Tanya Duke Harvis tidak menggunakan bahasa formal, Aurora yang sangat mengenali suara itu langsung terperanjak dan membulatkan matanya saat mengetahui siapa sosok di hadapannya.
"H-henry?" Gugup Aurora, kedua orang tua Aurora nampak sudah semakin panik. Apa lagi Aurora berani memanggil Duke Harvis dengan nama depannya.
"Aku memenuhi janji ku, udara masih dingin sekarang. Kenapa belum memakai pakaian yang benar?" Tanya Duke Harvis, sontak saja Duke Barrel dan istrinya berubah menjadi merasa aneh.
Henry melepaskan mantel yang dia kenakan dan memakaikan mantel itu di tubuh Aurora, Aurora tersenyum dan memeluk Henry dengan hangat. Percuma menghindar dari alur Novel itu, ternyata alurnya masih sama dan tidak ada yang berubah pada Henry.
Henry masih mencintainya seperti yang ada pada Novel, namun Henry tidak seburuk yang di paparkan dalam novel. Hingga tanpa ragu Aurora langsung memeluknya, karena dia juga memang merasa kedinginan dengan baju setipis itu.
Mata Duke Barrel dan sang istri langsung membulat tak kala melihat pelukan Aurora dan Henry, keduanya saling bersitatap dan masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tutup dulu badannya, ayo duduk!" Henry membenarkan mantel bulu yang nampak kebesaran di tubuh Aurora, namun Aurora senang karena hawa hangat seolah menyentuh pori-pori kulitnya.
"P-putri ku, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Duke Barrel gugup, Aurora tersenyum dan menyandarkan kepalanya pada Henry.
"Dia kekasih ku Ayah, dia Henry. Calon menantu kalian di masa depan." Ucap Aurora, sontak saja Duke Barrel tersendat oleh salivanya sendiri.
"A-apa?" Duke Barrel dan Duchess Barrel sama-sama tak percaya dengan apa yang mereka dengar sendiri.
"Benar, kedatangan saya ke sini juga untuk memperjelas hubungan kami. Saya sudah menerima persetujuan dari Raja dan ini sebagai buktinya." Henry mengeluarkan sebuah kertas yang menyatakan bila hubungan Henry dan Aurora adalah pasangan suami istri yang telah di legalkan secara hukum Kerajaan.
"Menurut hukum Kerajaan, Aurora saat ini sudah menjadi istri saya. Namun kami belum mengadakan peresmian dengan pendeta, meaki itu hanya sebuah formalitas saja, namun saya juga harus melakukan itu untuk menghargai seluruh keluarga dari istri saya." Ucap Duke Harvis tegas, meminta surat pernikahan dari Raja adalah hal kecil bagi Henry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
HNF G
gampang bingit ya nikahnya 😅👍
2024-10-30
0
HNF G
hahahaha.... udah biasa liat
2024-10-30
0