Setelah semua keganjilan terbongkar di kastil Barrel, semua pengkhianat di kastil tersebut di pecat secara tidak hormat. Mereka juga tak di perbolehkan menginjakkan kaki di wilayah Barrel lagi.
Melepaskan pengkhianat untuk kembali pada Tuan mereka adalah sesuatu yang tepat di lakukan oleh Duchess karena Duke Barrel secara diam-diam mengamati siapa saja Tuan para pengkhianat itu.
Duke Barrel menjadi sangat waspada setelah kejadian hari itu, baik saat dirinya bekerja di istana maupun saat melakukan perbincangan di luar. Dia sangat berhati-hati dan selalu memilih kata-kata yang sesuai.
Sedangkan sore hari itu Aurora benar-benar mengantuk, tapi dia tidak bisa tidur karena dia juga harus menyiapkan pelatihan mulai besok. Sedangkan Nina nampaknya bukan orang yang seperti di bayangkan oleh Aurora.
Setelah di amati dengan seksama, Nina ternyata seorang Kesatria penjaga yang sengaja di tempatkan oleh Duke Barrel untuk melindungi Aurora. Itulah mengapa tadi malam dia berada di bawah kamar Aurora dan mengawasi sekeliling.
Loyalitas yang di miliki Nina pada Tuannya sangatlah tinggi, hingga dia juga melakukan apapun yang di perintahkan Duchess dan Duke Barrel. Aurora memang merasa sangat terbebani dengan keberadaan Nina, karena bisa saja Nina akan membocorkan sepak terjangnya pada Duke dan Duchess.
"Ah, sudahlah. Aku juga membutuhkan privasi dan waktu sendiri bukan? Aku harus mulai pelatihan besok!" Ucap Aurora, dia merentangkan tangannya dan tanpa sadar malam juga nampak sudah kian larut.
"Nina?" Aurora membuka pintu kamarnya hingga Nina yang berada di pintu kamarnya menunduk.
"Bawakan aku teh dan beberapa cemilan." Ucap Aurora, dia membutuhkan ketenangan saat ini.
"Baik Nona." Jawab Nina, dia berlalu hingga kelebatan hitam nampak di balkon kamar Aurora. Aurora yang sudah mengetahui siapa sosok tersebut, Aurora membuka sedikit gorden kamarnya.
"Tunggu aku sebentar ya?" Ucap Aurora, Henry tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Nina juga pada akhirnya kembali dan menyajikan makanan tersebut di atas meja, Aurora mulai memperhatikan kertas di tangannya.
"Kamu tidur saja Nina, aku sudah selesai mengerjakan tugas ku dan akan tidur setelah ini. Sebagai manusia kamu juga perlu istrirahat." Nina menganggukkan kepalanya dan akhirnya pamit, Aurora memperhatikan Nina dan ternyata pergi dari depan kamar Aurora.
Aurora tersenyum dan membawa teh dan makanan kecil itu menuju balkon kamarnya, dia melihat Henry yang mengenakan jubah hitam.
"Dingin sekali." Ucap Aurora karena saat itu dia hanya menggunakan pakaian tidur dan baju luaran yang tipis.
"Tangan mu juga dingin Henry." Aurora menggenggam tangan Henry, namun Aurora nampak terkejut saat mendapati luka baru di sana.
"Luka? Kamu baru melakukan apa hingga membuat kamu terluka seperti ini Henry?" Aurora menatap Henry yang hanya diam, dan alangkah terkejutnya Aurora saat mendapati leher Henry juga nampak terluka.
"Astaga!" Pekik Aurora, dia membawa Henry masuk ke dalam kamarnya dan mengecup bibir Henry sejenak.
Luka di seluruh tubuh Henry akhirnya dapat sembuh total dan kini senyum nampak terukir di bibir Henry, Aurora nampak kesal dengan pria itu.
"Jawab aku! Apa yang telah kamu lakukan hingga memiliki banyak luka seperti ini hem?" Henry tertegun saat melihat Aurora yang sangat khawatir terhadapnya.
"Aku tidak apa-apa, tadi ada beberapa pencuri yang akan mencuri seorang wanita tua. Aku berusaha menolongnya, tapi ternyata mereka melakukan pencurian dengan banyak orang. Alhasil aku di hajar oleh mereka dan berakhir seperti ini." Ucap Henry, ya meski yang sebenarnya tidak seperti itu.
Henry baru saja bertarung dengan beberapa orang di warung makan yang tempo hari di datangnya bersama Aurora, yang ternyata mereka tengah mengincar nyawa Henry. Tentu saja hal itu di perintahkan oleh Pangeran Mahkota, namun akibat rumah makan itu berada di bawah wilayah kekuasaannya Henry, Henry masih bisa selamat dari maut.
"Kamu memang baik Henry, tapi kamu juga harus ingat dengan keselamatan kamu sendiri." Aurora ingin menangis karena hal itu, seandainya Aurora tidak memiliki kekuatan penyembuhan pasti saat ini Henry masih terluka sangat parah.
"Aku tidak apa-apa, buktinya aku masih bisa pulang." Ucap Henry, mata Aurora akhirnya jebol juga. Air mata lolos dan membasahi keua pipinya.
"Kenapa menangis, apa ada sesuatu yang terjadi hingga membuat mu seperti ini hem?" Henry mengusap kedua pipi Aurora, Aurora menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak ada yang seperti itu Henry, aku baik-baik saja." Aurora mengecup telapak tangan Henry.
"Apa kamu tidak punya rumah?" Tanya Aurora, Henry tersenyum dan menempelkan keningnya di atas kening Aurora.
"Punya, hanya saja sekarang rumah ku rasanya berubah. Aku merasa punya rumah yang lebih nyaman untuk bisa aku tinggali." Aurora tersenyum, dan kembali mengecup bibir Henry.
Berbeda dengan yang sebelumnya hanya sekilas, namun kali ini Henry memperdalam ciuman mereka hingga tanpa terasa nafas mereka mulai terengah.
"Kamu mau tinggal di sini malam ini?" Tawar Aurora, Henry tersenyum penuh arti.
"Apa itu sesuatu yang sama dengan ajakan tidur?" Tanya Henry, Aurora terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja itu tidak sama, aku juga tidak akan macam-macam pada mu." Henry merasa kecewa mendengar jawaban Aurora. "Kenapa wajah mu muram begitu?" Tanya Lagi Aurora.
"Entahlah, aku merasa kecewa dengan jawaban mu." Jawab Henry, Aurora terkekeh.
"Segala sesuatu ada waktunya Henry, saat ini belum waktunya kita melakukan hal yang lebih jauh lagi. Urusan ku juga belum selesai sepenuhnya, aku juga harus mempersiapkan keluarga ini untuk menghadapi perang internal di masa depan." Ucap Aurora, Henry menganggukkan kepalanya faham.
"Bila perang internal benar terjadi, menurut mu siapa yang akan menang?" Tanya Henry, Aurora mulai memilih beberapa bangsawan yang kemungkinan akan menang.
"Aku rasa Duke Harvis akan jadi pemenangnya, dia juga kemungkinan akan memisahkan diri dari kerajaan hancur seperti ini." Ucap Aurora, mungkin benar itu akan terjadi. Toh untuk saat ini, Aurora tidak masuk ke kehidupan Duke Harvis dan kemungkinan besar hal itu akan terjadi.
"Aku merasa cemburu," Ucap Henry mendudukkan Aurora di atas pangkuannya.
"Kenapa harua cemburu? Henry, meski dulu aku sempat berfikir aneh tentang Duke itu, namun saat ini sudah aku kamu. Aku tidak akan melakukan hal menyeleweng seperti itu." Ungkap Aurora, dia juga belum tahu seperti apa Duke Harvis, Aurora juga tak berniat masuk ke golongan manapun dan memilih untuk berdiri sendiri.
"Kamu sangat istimewa Aurora, apa rencana yang akan kamu lakukan besok?" Tanya Henry, Aurora berfikir sejenak.
"Besok aku akan melatih para Kesatria dan Prajurit yang ada, aku akan membuat mereka menjadi pasukan elit Barrel." Ucap Aurora bangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments