Nafas mereka saling beradu dan bisa saling merasakan kehangatan, Aurora tersenyum hingga akhirnya bibir mereka menyatu. Henry membelalakan matanya, bibir Aurora amatlah terasa lembut kala itu hingga membuat Henry ikut terbuai.
Lidah Aurora mulai memasuki mulut Henry, Henry yang tidak pernah berciuman merasakan sensasi yang lain, dadanya bergemuruh dan terus menginginkan lebih.
Henry menarik tengkuk Aurora hingga keduanya mulai kembali larut dalam ciuman yang semakin dalam, keduanya hingga kehabisan nafas dan akhirnya melepaskan ciuman mereka.
"Kamu nakal sekali Henry, aku berniat menyembuhkan mu. Tapi kamu malah mencari kesempatan untuk mendapat lebih dari itu." Aurora terkikik, kedua pipi Henry memerah mendengar ucapan Aurora.
"Kamu yang memulainya, aku juga tak tau niat mu, Aurora." Aurora tersenyum dan mendekap tubuh Henry. Perasaan hangat dan nyaman mulai terasa nyata, perasaan yang dulu akan menjadi tabu, saat berada di kehidupan sebelumnya.
"Baiklah, biarkan aku seperti ini dulu Hen." Henry terdiam, dari hidungnya dia dapat menghirup aroma rambut Aurora, tercium aroma manis yang lembut serta kehangatan itu seolah membuat Henry lupa dengan dunia kejam yang selama ini dia miliki.
Hingga sore akhirnya menjelang malam, Aurora belum juga terbangun. Seolah di selimuti oleh rasa nyaman yang membuatnya tak ingin bangkit. Hingga malam kian larut dan kediaman Barrel sudah nampak kacau karena Nona mereka yang hilang.
Merasa tak ada gunanya menunggu Aurora yang tak kunjung bangun, pada akhirnya Henry membawa Aurora masuk ke kediaman Barrel secara sembunyi-sembunyi. Dia masuk ke dalam jendela kamar Aurora dan setelahnya dia pergi lagi secara sembunyi-sembunyi, meski belum meninggalkan kediaman Barrel. Henry pergi dari kamar Aurora karena merasa ada seseorang yang mendekati kamar tersebut.
Nina yang juga ikut menunggu merasa gelisah, begitupun Duchess Barrel. Beliau akhirnya memutuskan untuk memeriksa Aurora di kamarnya dan dia tertegun saat mendapati Aurora sudah tertidur di atas ranjangnya.
"Aurora ada di sini?" Lirihnya, dia menyentuh pipi Aurora hingga akhirnya Aurora terbangun dan mendapati sang Ibu dengan wajah khawatir.
"Ibu, ada apa?" Tanya Aurora menggosok matanya, dia tahu pasti Henry yang kembali membawanya pulang.
"Kamu dari mana saja Nak? Seluruh kediaman jadi risau saat mengetahui kamu menghilang." Ibu Aurora menangis dan memeluk Aurora, Aurora tertegun melihat kekhawatiran sang Ibu dan akhirnya tersenyum.
"Ibu jangan khawatir, sejak tadi sore aku ada di kamar kok. Aku hanya lelah dan memutuskan untuk tidur, tapi malah kebablasan." Aurora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Rupanya begitu," Duchess Barrel menghela nafas lega, dia mendapati adanya rumput di pakaian Aurora.
"Kenapa ada rumput?" Tanya Duchess Barrel lagi mulai menginterogasi, sedangkan Nina yang melihat pintu kamar Nona-nya terbuka masuk dan mendapati Aurora dan Duchess Barrel di sana.
"Aku tadi tiduran di rumput Bu, aku juga merasa tertekan saat banyaknya orang yang memperhatikan aku terus-menerus. Alhasil aku pergi ke padang rumput dan tiduran, rasanya nyaman sekali." Ungkap Aurora, Duchess Barrel nampak terdiam sejenak.
"Maafkan Ibu Nak, selama ini kamu pasti sangat merasa tertekan dengan banyaknya pandangan dari banyak orang terhadap mu." Duchess Barrel meminta Maaf dengan sungguh-sungguh.
"Tidak apa-apa, aku juga hanya ingin merasakan kebebasan." Aurora tersenyum lebar, tanpa sadar seseorang tengah mendengarkan percakapan mereka dari balkon.
"Ibu melihat mu pergi bersama seorang pria, siapa dia?" Tanya Duchess Barrel, Aurora mulai memutar otaknya.
"Dia itu teman dekat ku Bu, jangan khawatirkan hal itu. Dia satu-satunya teman yang aku miliki saat ini." Ucap Aurora, Duchess Barrel kembali berkaca-kaca.
"Satu-satunya? Selama berada di dunia sosialnya kamu tak memiliki teman Nak?" Tanya Duchess Barrel, Aurora tersenyum. Dalam dunia sosialnya kebanyakan orang yang ingin dekat dengan Aurora hanya melihat Aurora yang seorang Putri Duke bukan seperti Aurora yang sesungguhnya. Namun Henry berbeda, Henry bertemu dengannya saat dia dalam keadaan paling memalukan dan menyedihkan.
"Itu berbeda Bu, Henry itu istimewa." Ucap Aurora, kini mata Duchess nampak membulat.
"Dia kekasih mu?" Tanya-nya, sedangkan di balkon Henry yang diam-diam mendengarkan pembicaraan itu mulai merasakan kedua pipinya menghangat.
"Bisa di bilang begitu." Jawab Aurora terkikik geli. Meski dia bilang seperti itu juga Henry pasti tidak tahu apa yang sedang dia ucapkan bukan? Ya, setidaknya itulah yang di pikirkan Aurora saat ini.
"Tapi sepertinya dia dari rakyat bisa." Ucap Duchess Barrel. Aurora mengangkat bahunya tidak perduli.
"Gelar bangsawan itu bisa di beli oleh emas, tapi bagi ku dia itu tetap dia. Meski dia bangsawan atau bukan, tapi dia tetap istimewa bagi ku Bu." Duchess Barrel tertegun mendengar pengakuan putrinya sendiri.
"Kamu benar-benar mencintainya?" Tanya Duchess Barrel kembali, dia ingin memastikan bila putrinya memilih pria yang tepat.
"Sepertinya begitu." Jawab Aurora, Duchess Barrel nampak menghela nafas dan masuk ke kamar mandi Aurora.
"Bersihkan dulu tubuh mu saat mau tidur. Jangan tidur dalam keadaan kotor seperti itu Nak." Aurora tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Matanya kini tertuju pada Nina yang nampak fokus mendengarkan percakapannya bersama sang Ibu.
'Mari kita lihat, loyalitas seperti apa yang kamu miliki.' Ucap Aurora dalam hati, dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya sendiri.
Duchess Barrel juga memberikan informasi mengenai keadaan Aurora kepada suaminya, hingga kekhawatiran di Kastil tersebut akhirnya bisa berakhir dengan tenang malam itu.
Aurora sendiri memilih kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur, buku yang selalu dia bawa juga nampak tergeletak di atas meja. Aurora tersenyum sejenak dan namun perasaannya tiba-tiba saja tidak enak.
"Kenapa perasaan ku tidak enak ya?" Ucap Aurora, mungkin karena sudah tidur juga hingga membuat mata Aurora menjadi tidak mengantuk saat itu.
Aurora akhirnya memakai pakian luar untuk menutupi pakian tidurnya, dia berjalan menuju balkon kamarnya secara perlahan.
Dia menyipitkan matanya saat mendapati sesorang nampak keluar dari Kastil Barrel, sosok tersebut nampak menutupi tubuhnya dengan mantel berwarna hitam.
"Kesetiaan itu ternyata sangat murah bila di bandingkan dengan uang." Ungkap Aurora, dia menatap ke bawah kamarnya dan mendapati Nina di sana.
"Di-" Aurora terkejut dan siap mengeluarkan pukulan saat seseorang tiba-tiba menutup mulutnya dan membawanya ke pojok balkon tersebut.
"Ini aku," Bisik sosok tersebut, Aurora yang mengenali suara itu mengangguk. Henry juga melepaskan tangannya dari mulut Aurora.
"Kenapa kamu masih ada di sini?" Bisik Aurora, Henry menunjuk beberapa orang yang nampak hilir mudik dari Kastil tersebut.
"Memangnya kamu tidak curiga dengan apa di lakukan oleh mereka?" Henry memiringkan matanya mulai meneliti apa yang tengah mereka lakukan, begitupun dengan Aurora.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments