Ciara menatap penampilan barunya di depan kaca full body milik Abangnya. Pakaian yang Ia pakai sekarang pun milik sang Abang.
Ciara menghembuskan nafasnya dan mengumpulkan nyalinya. Ciara mengambil map berisi CV lamaran kerjanya di atas meja sebelum akhirnya berjalan pergi menuju ke arah tujuannya yaitu kantor milik Hassel William Nagasa.
Dengan motor sport nya Ciara membelah jalanan ibu kota. Ia berharap hari ini adalah hari hokinya untuk diterima kerja.
Motornya Ia parkiran dengan sempurna di parkiran kantor yang cukup luas dan besar itu. Ciara membuka helm full face nya seraya merapihkan rambutnya.
"Aaaaaa...." Tubuh Ciara mengejut saat mendengar jeritan ramai. Ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati beberapa gadis dengan kalung kartu nama di leher mereka yang bisa Ia simpulkan mereka adalah karyawati disini.
Ciara pun turun dari motornya dan berjalan pergi tanpa memperdulikan gadis-gadis itu. Ciara memasuki lobi kantor dan berhenti di meja resepsionis untuk bertanya.
"Oh, Kakaknya mau ngelamar jadi asistennya Pak Hassel?"
"Iya Mbak, interviewnya dimana ya?"
"Langsung ke ruangannya Pak Hassel aja Kak. Kakak lurus aja kakak cari pintu yang ada tulisan nama Pak Hassel nya."
"Baik Mbak, terimakasih."
Ciara pun berjalan pergi mengikuti arah yang tadi resepsionis tunjukkan. Ciara sesekali melirik ke sekelilingnya dimana para karyawati sepertinya sedang memperhatikan dan memperbincangkan dirinya ketika Ia melewati mereka.
'Emang gue seganteng itu ya?' batin Ciara.
Entah kenapa Ia bukannya senang malah merasa sedih saat menyadari dirinya lebih cocok menjadi laki-laki.
Langkah Ciara sampai di depan pintu ruangan Hassel. Ciara pun mengetuk pintu dan tak lama kemudian terdengar suara sahutan dari dalam.
Ciara membuka pintu dan masuk. Terlihat disana sudah ada Hassel yang nampak sedang sibuk dengan laptopnya.
"Siapa ya?" Hassel menatap Ciara dengan satu alis terangkat.
"Perkenalkan nama saya..." Ciara terdiam karena lupa menyiapkan nama panggilan.
"Nama saya?" Hassel mengernyitkan dahinya.
"Tara. Ini CV saya Pak."
Hassel mengambil map berisi CV yang Ciara sodorkan seraya membuka dan membacanya.
"Taraka Aidri Rivano?" Ciara mengangguk.
Yah, yang Ciara gunakan adalah CV milik abangnya karena tidak mungkin Ia menggunakan namanya yang imut ini. Ciara Melita Ayudia bagaimana menurut kalian? Imut bukan?
"Duduk!" Ciara mengangguk dan duduk di kursi depan Hassel.
"Bisa berantem?"
"Bisa Pak saya dulu juara karate."
'Asalkan yang gue hadepin bukan anak buahnya Toni yang badannya gede-gede dan mainnya keroyokan.' lanjut Ciara dalam hatinya.
"Yaudah." Ciara mengernyitkan dahinya bingung.
"Yaudah apa Pak?"
"Kamu saya terima sebagai aspri saya." Ujar Hassel santai tanpa menatap Ciara.
"Gitu doang Pak?"
"Iya." Santai Hassel.
Ciara menggaruk belakang kepalanya dan mengangguk saja.
"Yasudah, besok kamu sudah boleh kerja."
"Baik Pak." Ciara pun terbangun dari duduknya dan berjalan keluar ruangan dengan perasaan senang.
Hassel menatap kepergian gadis itu dengan senyuman miringnya.
"Kita lihat sejauh mana kamu bertahan... Kamu pikir semudah itu menjadi Aspri saya."
****
Tangannya terarah untuk membelai wajah pucat sang Abang.
"Abang sadar dong Bang, Cici pengen cerita sama Abang." Ciara menidurkan kepalanya di bantal abangnya.
"Cici takut kehilangan Abang." Rengeknya dengan air mata mengalir dari ujung matanya.
Tok... Tok...
Ciara menoleh mendengar suara ketukan pintu. Ia menyeka air matanya saat melihat sahabatnya datang.
"Pian," Panggilnya.
"Siapa ya? Ciara mana?" Gadis itu nampak kebingungan dengan sosok yang tak Ia kenal itu karena memang Ciara tidak pernah cerita sebelumnya.
Ciara menghampiri sahabatnya dan menjitak kepalanya hingga membuat gadis itu memekik.
"Gue Ciara. Sini duduk dulu gue mau cerita sesuatu sama lo sekaligus gue pengen minta bantuan."
"Ha? Ciara? Masa si? Ganteng banget astaga." Pian memperhatikan wajah Ciara kanan kiri atas bawah.
"Ck, lebay lo!"
****
Nafasnya terhembus, asap dengan campuran nikotin pun ikut keluar dari hembusan nafasnya. Hassel menyenderkan kepalanya pada leangan kursi santai di taman belakang rumahnya. Matanya lurus menatap langit malam yang dipenuhi dengan bintang-bintang.
"Kenapa gue biasa aja ya waktu megang cewek ngeselin itu. Kira-kira dia siapa? Atau jangan-jangan dia transgender? Wah gak beres tuh cewek." Hassel geleng-geleng kepala.
"Iya! Pasti dia transgender. Gak mungkin dada gue gak sakit kalo sentuhan sama tangan cewek. Dia aja badannya tinggi, terus tangannya walaupun putih mulus tapi ada ototnya. Fiks transgender!" Hassel mengangguk-angguk yakin.
Tubuh Hassel mengejut saat tiba-tiba ada tangan kekar yang menyentuh pundaknya.
"Papah? Astaga ngagetin aja." Ia pun duduk tegak.
"Gimana keadaan kamu? Tidak ada perempuan yang menyentuh kamu, kan?"
"Gak ada Pah. Oh iya, aku juga udah nemuin Aspri baru semoga aja dia betah." Hassel tersenyum meremehkan.
"Sebetah-betahnya asisten kamu, paling lama bertahan cuma 1 bulan gak ada yang lebih."
"Papah tau itu." Hassel melipat kedua tangannya dengan senyuman smirk.
"Yaudah Papah istirahat dulu ya." Sang Papah menepuk pundak putranya seraya pergi.
Hassel kembali menyenderkan kepalanya dengan mata terpejam.
"Saya tidak sabar melihat kinerja kamu Taraka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Lippe
suara cia gimana tuh???
kan dia cewek (ganteng)
2024-06-27
4
Ita Xiaomi
Auto ngakak 🤣🤣🤣. Saking gantengnya hingga tak dikenali.
2024-06-22
0
Jeng Ining
visual ciara yg muncul di kepala aq adl sintya marisca yg pernah goyang ambyar itu.. cewek canteng pinter taekondo
2024-05-26
0