"Saya berhenti di depan aja Pak." Ciara meminta Hassel menghentikan mobilnya ketika kendaraan beroda empat itu akan melaju melewati sebuah gerbang rumah sakit.
"Rumah sakit?" Hassel menatap Ciara tidak yakin.
"Yakin kamu ke rumah sakit dengan penampilan seperti ini?" Hassel menggerakkan satu alisnya.
"Iya Pak gak papa." Santai Ciara.
Hassel pun menghentikan mobilnya dengan perasaan bingung.
"Makasih Pak." Ucap Ciara sebelum akhirnya turun dari dalam mobil.
Hassel memperhatikan kepergian Ciara dari balik jendela mobilnya dengan raut anehnya. Entah bagaimana laki-laki itu bisa sePD itu berjalan dengan penampilan perempuannya.
"Masa si dia bencong? Tapi... Dia fake boy kalo ada cewek-cewek."
Hassel menggeleng menghilangkan pikiran tidak pentingnya. Untuk apa Ia memikirkan kehidupan Ciara, mau dia bencong kek oncom kek yang penting kerjanya benar, itu yang paling penting untuk Hassel. Hassel pun kembali melajukan mobilnya dan memilih untuk mengacuhkan laki-laki ajaib itu.
*****
"Tumben baru pulang?" Hassel menyalami punggung tangan Ayahnya.
"Iya tadi habis nganterin pulang asisten dulu." Virza yang sedang membaca koran itupun atensinya langsung teralihkan.
Pria paruh baya itu menaikan kacamatanya seraya menatap aneh ke arah sang putra.
"Asisten yang waktu itu pernah ke kantor Ayah?" Hassel mengangguk.
"Masih dia? Ayah kira udah ganti lagi."
"Capek Yah ganti-ganti terus. Lagian, Tara hebat kok Yah bisa ngehalau perempuan-perempuan yang mau nyentuh aku."
"Serius?"
"Iya. Soalnya dia juga ganteng jadi biasanya cewek-cewek pada naksirnya sama dia."
"Berati kamu kalah ganteng dong?" Goda Virza membuat sang putra berdecak.
"Gantengan aku lah Yah, cuma gak genit aja." Acuhnya.
"Yaudah lah aku ke kamar dulu." Hassel pun berjalan pergi menuju kamarnya meninggalkan sang ayah sendirian di ruang tengah.
Setelah melepas jas dan kemejanya Hassel pun merebahkan tubuhnya ke atas kasur dengan posisi terlentang. Ia menatap langit-langit kamar sambil memikirkan sesuatu. Entah kenapa wajah cantik atau... Tampan? Asistennya selalu terbayang-bayang di kepalanya. Hassel menyugar rambutnya dengan mata terpejam.
"Enggak! Ini gak bener!" Hassel terbangun dari posisi tidurannya seraya mengusap wajahnya.
Clek...
Tubuh Hassel mengejut saat sang adik tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya. Hassel geleng-geleng kepala melihat adik ingusannya itu.
"Kenapa Kak?" Haven menatap sang Kakak dengan ekspresi anehnya.
"Berapa kali si Kakak bilang, kalo mau masuk kamar ketuk dulu!" Kesal Hassel.
"Emangnya kenapa si? Takut ketahuan lagi anu ya?" Haven tersenyum menggoda.
"Ck, apaan si ngawur banget!" Hassel memutar bola matanya malas.
Haven mendudukkan dirinya di tepi ranjang milik sang kakak.
"Kak cariin cewek dong." Ujarnya tiba-tiba hingga membuat Hassel terkejut.
"Ha? Buat apa? Tumben banget."
"Gue di undang ke pestanya Pak James. Tapi gue gak ikut tender si soalnya udah ada Kakak perwakilan dari satu merek."
"Oh iya, btw Kakak mau bawa cewek juga ke acaranya Pak James?"
"Ya... Enggak tapi iya. Maksudnya gini, Kakak bawa asisten Kakak si Tara tapi, dia kakak dandanin jadi cewek."
"Ha? Yang bener aja? Kalo ketauan gimana? Nanti Kakak dikira gay sama orang-orang!" Haven nampak terkejut mendengar pernyataan sang Kakak.
"Enggak akan. Kakak udah bikin strategi." Hassel tersenyum smirk membayangkan rencananya akan berjalan dengan sempurna.
****
"Cici pergi kerja dulu ya Bang, baik-baik disini." Ciara mencium kening sang Abang dengan lembut.
Ciara menatap abangnya untuk terakhir kalinya sebelum Ia keluar ruangan dan menutup pintu.
Ciara pergi ke rumah Hassel seperti biasa untuk membangunkan atau yah, membantu laki-laki itu menyiapkan berkas. Sejak ketahuan bohong, Hassel memang sudah tidak pernah lagi berpura-pura tidur ketika Ciara datang.
Yah... Ciara hanya bisa bersyukur penderitaannya telah usai atas kesadaran Bosnya sendiri.
Tak sia-sia Ia sempat marah-marah dan mengeluarkan airmatanya walaupun sejujurnya Ia malu mengingat peranannya sebagai laki-laki.
"Tara." Ciara yang hendak melangkah ke lantai atas kamar Hassel pun urung saat seseorang memanggilnya.
"Eh, pagi Pak Virza." Sapa Ciara.
"Pagi. Selamat ya." Virza mengulurkan tangannya ke arah Ciara.
"Selamat untuk apa?" Bingung Ciara.
"Kamu satu-satunya asisten yang mampu Hassel pertahankan se-lama ini bahkan Hassel memperlakukan kamu dengan baik."
Ciara menggaruk tengkuknya sambil cengengesan mendengar itu. Ia pun akhirnya menjabat tangan Virza masih dengan ekspresi yang sama.
"Makasih ya Pak."
"Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu."
"Saya permisi ke kamarnya Pak Hassel Pak, mari." Pamit Ciara dengan sopan.
Virza membalas dengan anggukan dan senyuman. Virza baru ingat jika Ia melupakan satu penghargaan yaitu, Ciara menjadi asisten pertama yang di ajak ke rumah dan lebih ajaibnya lagi diperbolehkan memasuki kamar Hassel.
"Sepertinya saya bisa minta tolong dia." Virza mengangguk-angguk dengan senyuman smirknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yani
Mau minta tolong apa ni pak Virza 🤔
2024-07-18
0
Puput Regina Putri
critanya bagus bngt tpi yg bacanya dikit ... semoga bnyk pembca yg nemu crita ini
2024-07-04
2
SasSya
semangat kak author 💪💪💪
2024-05-22
1