Hari ini saat baru tiba di kampus Bram mendekati Dhea.
" Hai Dhe?"
" Hai Bram?"
" Tumben kau langsung kemari? bukankah mata kuliah baru dimulai setengah jam lagi, apa kau tadi tidak bersama dengan Alice?"
" Dia sedang sakit hari ini, jadi tidak berangkat ke kampus."
" Ohhh pantas saja, biasanya kau baru akan masuk ke kelas 5 menit sebelum mata kuliah di mulai, aku pikir kau sudah mulai bosan bermesraan dengannya hahaha."
" Kau jangan menggodaku Dhe, aku tidak akan bosan dengan Alice sebelum kau mau menggantikan posisinya." Jawab Bram menggoda Dhea.
" Hahaha mana mungkin aku mau denganmu, mana sisa Alice lagi, bisa-bisa aku tertular penyakit kelamin lagi."
" Heii sembarangan, aku selalu menggunakan pengaman dengannya beib, jadi jangan khawatir."
" Ah sudahlah mau muntah aku dengar ceritamu," kata Dhea sambil menutup mulutnya.
" Hahaha bukankah kau yang memulainya? baru saja kuceritakan awalnya kau sudah ingin muntah, bagaimana jika kuceritakan isinya Dhe, pasti kau langsung dirawat di rumah sakit."
" Hahaha brengsek kau Bram, ternyata kau sama dengan temanmu di pesta itu."
" Jelas berbeda Dhe, kalau aku hanya melakukannya dengan kekasihku saja, sedang William itu sering bergonta-ganti tanpa ada komitment seperti diriku dengan Alice."
" Ahhh tetap saja tidak ada bedanya, kalian sama-sama pria yang hanya membutuhkan kepuasan dari seorang wanita."
" Tidak ada salahnya kan kalau kami sama-sama menyukainya? tidak ada pemaksaan juga, kita sama-sama menikmati."
" Ya benar, tapi bagiku hal itu tidak boleh dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan, karena jika terjadi apa-apa kami kaum wanita yang akan merasa dirugikan."
" Hahaha itu sudah resiko Dhe."
" Itulah Bram, mengapa sebabnya aku menentang hal itu, mahkota wanita itu sangat berharga bagiku, dan aku butuh jaminan untuk itu, maka aku hanya ingin memberikannya pada suamiku saja, bukan seperti hubunganmu dengan Alice sekarang ini."
" Ya ya ya aku paham dengan semua prinsip dan aturan agamamu Dhe, tapi kamu jangan lupa hal tersebut sudah biasa dilakukan di sini."
" Ya benar, memang sungguh berat tinggal di lingkungan yang berbeda norma dan aturannya dengan kebiasaan kita sendiri, bahkan aku terkadang harus menundukkan pandanganku setiap lewat di jalan dan melihat muda-mudi di sekitarku sedang bermesraan."
" Hahaha itu sudah resikomu Dhe, bukankah kamu dulu sudah harus siap menerima semua itu sebelum memutuskan melanjutkan studymu di sini?"
" Ya Bram godaannya sangat berat."
" Dan kau harus menahan imanmu kan?" kata Bram sambil menatap Dhea penuh arti.
" Hahaha sudahlah jijik aku melihatmu seperti itu," sambil membuang pandangan menghindari tatapan sahabatnya itu.
" Dhe!" panggil Bram.
" Iya Bram ada apa?"
" Apakah semalam kamu bertemu dengan William?"
" Kamu tau darimana? apakah laki-laki itu menelfonmu?"
" Ya, dia menelfonku semalam, apa yang terjadi sebenarnya Dhe? kalian bertengkar?"
" Sebenarnya bukan dia yang bertengkar denganku, tapi pacarnya."
" Pacarnya?" tanya Bram seperti sedang berpikir keras.
" Pacarnya yang mana Dhe?"
" Namanya Paula, ahhh aku tidak perduli apakah itu pacarnya, atau hanya sekedar teman tidurnya, yang jelas William tadi malam membela wanita itu dan melukai tanganku, hingga sekarang bahuku masih sedikit sakit," kata Dhea dengan ekspresi jengkel.
" Benarkah Dhe? dia berani menyakitimu? setega itukah dia denganmu?"
" Ya, tapi itu memang tidak sengaja dilakukannya, tapi aku malam tadi benar-benar benci dengannya."
" Sudahlah Dhe, jangan membuat masalah dengannya," kata Bram lagi.
" Hei Bram!! aku tidak pernah membuat masalah dengannya, tapi pacarnya dahululah yang berbuat onar di toko kemarin!! kau boleh menanyakan kepada pegawai yang lain, aku tidak menyangka ternyata temanmu itu tidak hanya play boy tapi juga bodoh. Bisa bisanya dia mempunyai teman wanita seperti itu, sungguh memalukan!!"
" Ya Dhe aku tau, kamu pasti hanya ingin membela diri, maksudku berhati-hatilah dengan William, karena dia bisa melakukan apa saja untuk membalasmu, karena sepertinya dia penasaran denganmu."
" Hah...silahkan saja! kalau memang dia itu laki-laki hebat, tak akan mungkin dia berani menyakiti wanita yang sudah pasti tidak akan berdaya melawannya, kecuali dia itu seorang pengecut," kata Dhea emosi, walaupun sebenarnya dia sedikit ciut mendengar perkataan Bram tadi.
" Apa yang akan dilakukan laki-laki itu padaku? semoga saja perkataan Bram tidak benar," kata Dhea dalam hati.
Obrolan Dhea dan Bram segera terhenti saat dosen pengajar mereka masuk ke dalam ruangan.
" Sssstt nanti saja kita lanjutkan lagi ya?" kata Bram sembari membenahi letak duduknya.
Dhea hanya mengangguk saja.
Selama Mr. George memberikan materinya, dia tidak bisa konsentrasi sedikitpun. Pikirannya terganggu akibat perkataan Bram tadi. Ada perasaan takut yang tiba-tiba datang menyelimuti hati Dhea.
Tak terasa 3 mata kuliah selesai, Dhea segera mengemasi buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.
" Dhe, kau langsung pulang?"
" Ya Bram ada apa?"
" Aku antar ya?"
" Terimakasih Bram, tapi aku tidak mau membuat masalah dengan kekasihmu."
" Hahaha jangan takut, bukankah hari ini dia tidak berangkat?"
" Aku tidak takut teman, hanya sedikit tak enak hati. Jika kau putus dengannya aku khawatir, kau akan menyalurkan hasrat seksualmu pada wanita-wanita di jalananan, dan aku tidak mau kehilanganmu jika kau terserang penyakit AIDS hahaha."
" Hahaha sialan kau Dhe, kau pikir aku lelaki gampangan."
" Ya sudah aku pulang dulu ya Bram!"
" Benar kau tidak mau kuantar?"
" Tidak, aku sudah biasa sendiri Tuan Bram," teriak Dhea sambil melambaikan tangan padanya.
Bram hanya tersenyum melihat tingkah Dhea.
" Hhhhh...kau sungguh wanita yang menyenangkan Dhe, pasti setiap laki-laki yang memilikimu amat bahagia," bisik Bram.
Dhea terus berjalan menuju halte, sudah hampir satu tahun dia pulang pergi menggunakan kendaraan umum itu. Walaupun Bram sering menawarkan diri untuk mengantarnya, namun Dhea selalu menolak, karena tau Alice sangat cemburu melihat kedekatan Bram dengan dirinya. Selama ini hanya Bram orang satu-satunya yang dekat dengannya, Bram yang selalu perduli dengan masalah dan kesusahannya dan tidak segan-segan membantunya. Namun Dhea tetap menjaga jarak dengannya, dan membatasi untuk tidak terlalu dekat dengan Bram demi untuk menjaga perasaan Alice kekasih Bram.
Dhea berjalan sedikit cepat tidak seperti biasanya, kali ini sambil menengok kesana-kemari, dia takut kalau tiba-tiba William datang dan kemudian melakukan sesuatu untuk melukainya. Dia sedikit khawatir mendengar kalimat Bram mengenai William tadi. Dhea tidak menyangka bahwa semalam William menelfon Bram dan menceritakan semuanya. Dhea berpikir bahwa masalah itu akan berhenti di situ saja, namun ternyata dugaannya keliru, semuanya seperti akan berujung panjang, dia benar-benar menyesal telah berurusan dengan pria seperti William.
Hati Dhea sedikit lega saat tau kendaraan yang hendak ditumpanginya datang. Kemudian Dhea segera naik dan duduk dengan tenang di dalam bus itu, hingga selamat sampai di tempat tinggalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓓𝓱𝓮 𝓳𝓭 𝔀𝓪𝓼" 𝓴𝓵 𝓴𝓮𝓽𝓮𝓶𝓾 𝓦𝓲𝓵𝓵𝓲𝓪𝓶😅😅😅😅😅😅😅😅😅
2022-08-03
0
iffah_AZ19May
kangen baca lagi 😁😁😁
2022-02-28
1
mamah lia nia
lanjut.... 😘😘
2022-01-15
0