"Rara, Keano, hari sudah malam. Tidak mungkin kalian menahan ibu pengasuh disini kan? Nanti orang tuanya pasti mencari," bujuk Revan.
Beberapa menit yang lalu, si kembar meraung-raung tidak memperbolehkan Luna untuk kembali pulang. Luna merasa serba salah. Mau pulang si kembar rewel, kalau tidak pulang akan ditanya Ama nya.
"Tidak! Ibu pengasuh tidak boleh pulang!" teriak Rara.
Riana juga ikut membujuk si kembar dengan berbagai alasan. Namun keduanya tetap bersikeras menolak kepulangan Luna.
Luna mengambil ponselnya, ia keluar dari ruangan tanpa memberitahukan apapun. Melihat hal itu, si kembar kembali meraung-raung menangis.
"Hallo, Ama."
"Ada apa, nak?"
"Ama, hari ini Luna tidak pulang, ya. Anak yang berada di tempat kerja Luna masuk rumah sakit. Mereka hanya mau ditemani Luna saja. Apakah boleh, Ama?"
"Mmm, apa kamu akan baik-baik saja, nak?"
"Luna akan menjaga diri Luna, Ama."
"Baiklah kalau itu sudah keputusan kamu. Hati-hati disana ya."
"Iya, Ama. Terima kasih."
Luna mengakhiri penggilan ponselnya. Ia membuka pintu itu dan menghampiri si kembar yang kini menangis sesenggukan.
"Rara, Keano, ibu pengasuh akan tetap disini. Tapi, ibu pengasuh harus pulang dulu untuk berganti pakaian, dan mengambil pakaian baru. Bagaimana?" ucap Luna.
Si kembar menatap kearah Luna. Wajah keduanya sembab dengan mata bengkak dan hidung yang memerah. Luna menahan tawanya. Baginya, si kembar saat ini sangatlah lucu.
"Ibu pengasuh janji? Ka...lau bohong, hidung ibu pengasuh akan panjang," ujar Rara terbata-bata.
Luna mengusap wajahnya sembari mengusap air mata itu. "Iya, ibu pengasuh janji. Ibu pengasuh hanya ingin berganti pakaian saja."
"Ayah," panggil Keano.
Revan berdehem dan menatap putranya itu. "Ada apa, nak? Apa ada sesuatu yang terasa sakit?"
Keano menggeleng pelan. "Temani ibu pengasuh. Biar ibu pengasuh tidak bohong," ujarnya.
Revan dan Luna menganga mendengar penuturan bocah kecil itu. "Tidak perlu Keano. Ibu pengasuh sudah dewasa," tolak Luna.
Keano menatap Luna dengan raut wajah yang kecewa.
"Sudahlah. Mari saya temani anda," sahut Revan.
Lelaki itu jalan duluan meninggalkan orang yang ada didalam masih bingung dengan keadaan. Riana meminta Luna untuk segera menyusul. Luna berpamitan pada Riana dan berlari mengejar Revan yang telah meninggalkannya.
"Apa rencana kalian?" tanya Riana setelah memastikan tak adanya keberadaan Luna.
"Nenek. Kami mau ibu pengasuh jadi ibu kami," ungkap Rara dengan jujur.
Riana duduk di sisi ranjang, mengusap kepala Rara, dan menatap pada Keano. "Apa yang membuat kalian suka pada ibu pengasuh?"
"Ibu pengasuh baik," jawab Keano.
"Apa hanya itu? Diluar sana masih banyak orang baik, bagaimana kalau nenek bawakan mereka?" uji Riana.
"Tidak!" tolak Keano cepat.
"Keano suka ibu pengasuh. Keano mau ibu pengasuh jadi ibu kami. Ibu pengasuh baik."
Riana tersenyum dalam diam. Ia mengusap kedua kepala cucunya. Revan, anak-anak mu telah menemukan sosok ibu untuk mereka. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?
Disisi lain
Revan dan Luna hanya diam saja didalam mobil tanpa memulai percakapan. Luna menatap keluar jendela, melihat pepohonan yang terlewati dan hujan yang membasahi jendela. Kebetulan hari sedang hujan. Ia menyukai hujan. Hujan datang membawa kesejukan, melepaskan keindahan dengan datangnya pelangi. Suara rintikan hujan membuat perasaan menjadi tenang.
"Mmm, apa saya boleh bertanya?" Luna memulai percakapan.
"Hem."
"Dimana istri anda?" tanyanya berbasa-basi.
"..."
Luna tak mendengarkan jawaban apapun darinya. Mungkin, lelaki itu tak ingin membahas mendiang istrinya. Luna tahu, namun Luna hanya berbasa-basi saja. Karena tak ada jawaban, Luna tak lagi bertanya. Ia kembali menatap ke luar jendela.
"Dia sudah tenang disana."
Luna menatap kaget pada Revan. Tak disangka bahwa ia akan menjawab pertanyaan darinya.
"Oh, maafkan saya," ucapnya sedikit menyesal.
"Hem."
"Kapan?" tanya Luna.
"5 tahun yang lalu."
"Apa anda sangat mencintainya?" tanya Luna kembali. Luna merasa memiliki keberanian untuk bertanya lebih, karena ia mendapat respon yang cukup baik.
"Hem." Luna tak mengerti arti dari dehemannya itu.
Luna tak lagi bertanya. Baginya tak baik untuk mengorek informasi terlalu dalam. Takutnya hal itu akan membuka luka yang lama.
Tak terasa mereka pun sampai di rumah Luna. Hujan juga sudah berhenti. Sangat pas sekali. Luna tak menyangka bahwa lelaki ini masih mengingat alamat rumahnya. Padahal ia hanya sekali saja kemari.
Luna turun dan segera masuk ke rumah. Ia ditanyai oleh Ama nya, dan ia menjawab semua pertanyaan itu. Luna selesai, dan bergegas kembali keluar setelah berpamitan dengan Ama nya.
Rupanya Revan menunggu di pintu mobil, dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku. Dan sebelahnya lagi melihat jam yang ada di tangannya. Luna terpesona sejenak. Benar-benar pesona duda tampan.
"Luna, kenapa kamu tidak mengajak tamu masuk ke dalam?" tegur Ama nya yang ternyata menyusul keluar.
"Tidak, Ama. Kami terburu-buru."
Revan menatap Ama nya Luna. Ia membungkuk sedikit. Setelah melihat Luna yang telah siap, ia kembali masuk kedalam mobilnya.
"Ama, aku pergi dulu."
"Iya, hati-hati di jalan, nak."
Mereka kembali menuju ke rumah sakit. Keheningan masih melanda diantara mereka. Tak ada satupun diantara mereka yang ingin memulai percakapan.
Rasanya membosankan satu mobil dengan lelaki ini. Luna merasa akan mati kebosanan karena berdua saja dengan lelaki muka triplek ini. Benar-benar kaku. Apa dia tak ada keinginan untuk berbicara? Padahal ada manusia di sampingnya. Kenapa dia tidak ada hasrat untuk berinteraksi itu? Benar-benar menyebalkan.
Luna menghembuskan napasnya lelah. Revan menyadari hal itu. Ia memutar musik, menguatkan volume nya. Lagu yang dibawakan adalah lagu sakura. Tak dapat Luna sangka bahwa lagu ini akan di putar.
Revan melihat ke sampingnya. Gadis itu tengah bernyanyi mengikuti lirik dari lagu tersebut. Revan tak perduli, dia melakukan semua ini juga karena anak-anaknya. Makanya ia tak tertarik untuk memulai sebuah percakapan dengan orang yang ada disampingnya ini. Alasannya, ya karena dirinya memang tidak tertarik. Ia melakukan hal ini juga karena permintaan anak-anaknya. Jadi, baginya tak perlu interaksi yang berlebihan. Tak ada gunanya juga.
...To be continue ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
harwanti unyil
awas entr jadi buncin
2024-06-05
2
LISA
Angkuh jg nih si Revan
2024-05-06
0