Hari demi hari telah berlalu. Rara dan Keano kembali diantar ke rumah titipan anak. Keduanya sangat gembira, karena bertemu kembali dengan ibu pengasuh Luna. Setelah beberapa minggu mereka lewati tanpa bertemu dengan ibu pengasuh, diakibatkan gigi Rara yang bermasalah.
"Ibu pengasuh!" Rara dan Keano berlari ketika melihat Luna yang tengah menyambut mereka.
"Selamat pagi, anak-anak," sapa Luna.
"Selamat pagi, ibu pengasuh." Rara dan Keano memeluk kaki Luna membalas sapaan pagi dengan senyuman cerah.
Luna menatap ayah si kembar dan menundukkan kepalanya sedikit. Lalu, Luna membawa keduanya masuk kedalam.
"Rara, bagaimana dengan gigi Rara? Sudah sembuh?" tanya Luna.
"Sudah, ibu pengasuh," ucapnya dengan tawa sumringah.
Luna tersenyum bersyukur karena Rara sudah lekas membaik.
Di jam pagi seperti biasa semuanya belajar sambil bermain. Jam sembilan anak-anak akan memakan bekal mereka.
"Rara, aku makan dengan kamu, ya," ucap temannya yang bernama Nindi. Rara menganggukkan kepalanya dan membiarkan Nindi untuk duduk disampingnya.
Mereka berdua berbagi bekal bersama. Tertawa menanggapi candaan satu sama lain.
"Keano, aku duduk disamping kamu, ya." Kini Melda menghampiri Keano. Tanpa persetujuan Keano, ia langsung saja duduk disampingnya.
"Aku bahkan belum beri izin," ucap Keano.
"Hehe." Melda menggaruk kepalanya menanggapi ucapan Keano.
Melda mengulurkan sosis yang ada dalam kotak bekalnya pada Keano. "Kamu mau?" tawarnya.
"Tidak usah, kamu saja yang makan," jawab Keano seadanya.
"Baiklah."
Rasyid berserta beberapa geng bocah-bocah nya datang menghampiri Keano yang tengah asik memakan bekal.
"Hoi!" panggil Rasyid.
Keano tidak menanggapi hal itu, karena lelaki itu tak memanggil namanya. Makanya ia menghiraukannya saja. Ia mengangkat bahunya tak peduli, dan masih setia dengan memakan bekalnya.
"Hoi!" Kali ini dengan lemparan buku pada Keano.
Keano mulai merasa terusik oleh bocah pengganggu itu. Ia meletakkan bekalnya dan menatap Rasyid.
"Kamu ingin ganggu Keano lagi?" Rara tiba-tiba datang dan memukul kepala Rasyid dengan kuat hingga membuat bunyi yang cukup kuat.
"Akk. Kamu?" Rasyid menunjuk pada Rara kesal.
"Apa?" ucap Rara nyolot.
Keano menyentuh bahu Rara dan menariknya ke belakang. "Jangan." Keano menggelengkan kepalanya melarang Rara untuk bertindak lebih jauh.
"Tapi~"
Keano tetap menggelengkan kepalanya pada kembarannya itu. Rara mau tak mau memilih untuk diam.
Melda dan Nindi sudah lari entah kemana. Tak ada yang tahu kemana mereka sekarang.
"Ada perlu apa, Rasyid?" tanya Keano.
Lelaki itu menghentikan kegiatannya yang mengusap kepala karena pukulan Rara tadi. Ia kini menatap angkuh pada Keano.
"Aku selalu lihat kalian diantar ayah kalian saja, dimana ibu kalian?" tanyanya dengan wajah yang sombong.
"Apa urusannya dengan kamu?" Keano berusaha untuk tetap tenang. Ayahnya mengajarkan untuk tenang menghadapi masalah, jangan langsung marah.
"Teman-teman, Keano tidak punya ibu, haha." Rasyid menunjuk Keano dan mentertawakan Keano.
Geng bocah-bocah Rasyid juga ikut mentertawakan Keano. Rara yang tak dapat lagi menahan amarahnya, langsung meledak begitu saja.
"Apa maksud kalian? Kami punya ibu!" teriak Rara tak terima akan tawa ejekan dari Rasyid dan gengnya.
"Haha, lihat teman-teman. Rara dan Keano tak punya ibu." Lagi dan lagi Rasyid memberikan ejekan pada mereka.
"Rara, Keano, tak punya ibu," ucap mereka dengan nada mengejek. Hal itu berkali-kali terulang dan di utarakan.
Keano maju dan langsung memberikan bogeman mentah pada Rasyid. Hingga Rasyid jatuh karena pukulan Keano. Karena masih kecil, untungnya tidak ada darah, namun tetap sakit terasa oleh Rasyid.
Rasyid dan gengnya terdiam karena pukulan itu. Rasyid yang terkena langsung menangis sejadi-jadinya.
"Rasyid! Keano! Rara!" tegur Luna yang baru saja masuk.
Luna segera berlari menghampiri anak-anak yang sedang bertengkar. Nindi dan Melda datang padanya dan mengadukan apa yang tengah berlaku.
Sesampainya di tempat, ia hanya melihat Rasyid yang terduduk menangis dengan Keano yang menatapnya marah.
Kini keempatnya berada di ruang ibu kepala pengasuh. Luna membawa Rasyid, Rara, dan Keano ke ruang ibu kepala pengasuh.
"Jadi, ada apa ini?" tanya ibu kepala pengasuh pada ketiga bocah itu.
Ketiganya diam menunduk dalam. Tak ada satupun yang angkat bicara. Diam membisu.
"Katakan pada ibu kepala pengasuh! Apa yang baru saja terjadi?" ucap Luna tegas.
Tak ada lagi kelembutan pada nada suara Luna. Hal itu membuat Rara dan Keano semakin menunduk lebih dalam.
"Apa tidak ada satupun yang ingin bicara?" tanya Luna dengan nada yang naik satu oktaf.
"Luna, sudahlah. Jangan memarahi mereka," tegur ibu kepala pengasuh.
Bahu Rara tampak bergetar oleh Luna. Ia tersadar akan dirinya yang baru saja membentak anak-anak.
"Maaf kan saya ibu kepala pengasuh. Maaf anak-anak," sesal Luna.
"Ra...syid bilang, ka...mi, ti...dak punya i...bu," ujar Rara terbata-bata. Sepertinya gadis itu tengah menahan tangisnya.
"Rasyid! Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu pada temanmu, nak?" tanya ibu kepala pengasuh.
Rasyid menggenggam jemarinya erat. Ia menunjuk Keano. "Dia dekat dengan Melda. Tapi, dia tidak mau main dengan kami," ucapnya sedikit berteriak.
Luna dan ibu kepala pengasuh ternganga akan pengakuan bocah kecil itu. Ternyata ia melakukan semua ini hanyalah untuk mencari perhatian si bocah Keano ini?
Ibu kepala pengasuh memijit keningnya. "Hahh, Rasyid," panggilnya.
"Jika ingin berteman, maka diminta secara baik-baik, bukan begitu, Rasyid?" tanya Ibu kepala pengasuh.
Rasyid mengangguk dalam diamnya.
"Lalu, apakah Rasyid pernah mencoba untuk mengajak Keano bermain?" tanyanya kembali.
Rasyid hanya diam namun menggelengkan kepalanya.
"Jadi, apa perbuatan Rasyid yang tadi itu dapat dibenarkan?"
"Tidak, ibu kepala pengasuh." Kali ini Rasyid mengeluarkan suaranya.
"Apa Rasyid mau meminta maaf pada Keano?"
Rasyid menganggukkan kepalanya. Rasyid bukanlah anak yang jahat. Ia hanya anak yang manja, anak yang selalu dituruti kemauannya oleh orang tuanya. Jadi, apabila ada satu objek atau subjek yang tak sesuai dengan keinginannya, maka ia akan menentangnya dengan kuat. Objek atau subjek itu adalah Keano. Rasyid merasa Keano sama dengan dirinya, tetapi Keano selalu diam, sedangkan dia selalu bicara banyak. Makanya ia ingin berteman dengan Keano. Karena Keano adalah sesuatu yang tidak ada dalam keinginannya.
"Lalu, Keano," ucap ibu kepala pengasuh kini.
Keano menatap ibu kepala pengasuh.
"Apa memukul teman itu dibenarkan?" tanya ibu kepala pengasuh.
"Tidak, ibu kepala pengasuh," jawab Keano.
"Lalu, sekarang Keano tahu berbuat apa kan?" tanyanya kembali.
Keano menganggukkan kepalanya mengerti arahan yang diisyaratkan oleh ibu kepala pengasuh.
"Sekarang kalian saling meminta maaf. Rara juga saling meminta maaf!" titah ibu kepala pengasuh.
Kini ketiganya berjabat tangan dan saling memaafkan satu sama lain. Dan semuanya di bubarkan oleh ibu kepala pengasuh.
Luna masih merasa tak enak hati pada si kembar. "Rara, Keano," panggil Luna.
Rara dan Keano menghentikan langkah kaki mereka lalu membalikkan tubuh. "Iya, ibu pengasuh?"
"Maafkan ibu pengasuh yang sudah membentak tadi," sesal Luna.
"Tidak apa-apa kok, ibu pengasuh. Kami berdua ngerti," jawab Luna yang diangguki oleh Keano.
Entah kenapa Luna merasa tak ingin dibenci oleh anak-anak itu. Padahal mereka juga sama dengan anak-anak yang lainnya. Tetapi, dalam lubuk hatinya, ada sesuatu yang membuatnya tetap terikat pada si kembar.
...To be continue ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
niktut ugis
rada tidak setuju masih anak² kok sudah membully
2024-12-29
1
LISA
mulai ada rasa empati nih
2024-05-06
3