Rara kesal dengan bentakan ayahnya barusan. Ini adalah pertama kalinya ia dibentak. Hanya karena ingin tinggal bersama ibu pengasuh nya, ia malah di bentak ayahnya.
Rara menatap kesal pada ayahnya. Ia sesekali memicingkan matanya menatap ayahnya. Disaat ayahnya berbicara padanya, ia dengan segera memalingkan wajahnya.
Keano melihat gerak gerik saudari kembarnya itu. Sesekali ia akan melihatnya. Keano tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kembarannya itu.
Keano pikir, setelah di bentak ayah, Rara akan menangis. Tetapi, itu semua berbanding terbalik dari apa yang ia pikirkan.
Walaupun begitu, ia masih tetap waspada melihat kembarannya. Mana tahu, gadis itu tiba-tiba menangis dan melakukan hal-hal diluar nalar.
Rara sedang dipasangkan baju oleh Luna. Keano sedang menunggu gilirannya. Ia sekarang tak berani untuk berbicara dengan ayahnya. Ayahnya itu tampak marah besar sekarang.
"Nenek, kapan kakek akan tiba?" tanya Rara.
Karena di bentak ayahnya, Rara langsung mengatakan pada neneknya untuk pulang di jemput oleh sang kakek. Riana tersenyum kaku karena hal itu.
"Sebentar lagi, kakek akan sampai disini."
"Ibu pengasuh, kami akan mengantar ibu pengasuh pulang, ya?" pinta Rara.
Luna mengusap kepala Rara dan mengangguk pelan. "Terima kasih karena sudah memikirkan ku."
Rara sudah bersiap dengan bajunya. Luna kini beralih pada Keano. Gadis itu mulai mempersiapkan Keano.
Revan hanya memperhatikan para wanita yang sibuk dari tadi itu. Ia menatap kearah putrinya. Berjalan dan mendekati gadis itu.
"Rara, maafkan ayah karena sudah membentak Rara tadi." Revan ingin mengelus wajah Rara, tetapi gadis itu segera memalingkan wajahnya enggan untuk disentuh sang ayah.
Tangan Revan menggantung di udara. Hati lelaki itu terasa tercubit mendapat penolakan dari putri tercintanya.
"Apa Rara tidak mau memaafkan ayah?"
Rara tetap dengan posisinya. Gadis kecil itu melipat kedua tangannya lalu mengacuhkan ayahnya dengan mengalihkan tatapan dari ayahnya.
Tiba-tiba terpikirkan sesuatu oleh Rara. Ia mengintip melihat ayahnya. Rupanya, ayahnya masih mencoba untuk membujuk dirinya.
"Baiklah. Rara maafkan ayah. Rara juga minta maaf sama ayah," ujar Rara.
"Iya sayang. Ayah minta maaf pada Rara." Revan menggendong putrinya dan mencium seluruh wajahnya.
Orang yang berada di dalam menatap haru pada interaksi keduanya. Lain halnya dengan Keano. Lelaki itu memicingkan matanya, menatap curiga dengan tingkah Rara yang tiba-tiba berubah pikiran itu.
Mereka kini jalan menuju mobil. Tentang kakeknya, Riana berbohong pada gadis itu. Ia tak pernah menghubungi suaminya. Rencana awalnya adalah membujuk cucu perempuannya itu. Tapi, mereka sudah berbaikan sebelum di bujuk terlebih dahulu. Yah, sekarang tak ada lagi yang perlu dipikiran.
Luna bersama dengan anak-anak di belakang. Mereka kini pergi ke rumah Luna, mengantarkan gadis itu untuk kembali ke rumah.
Rara, Keano mendengar cerita Luna tentang dongeng yang belum sempat selesai di bacakan. Mereka antusias mendengarkan cerita dari gadis itu.
Tak terasa, akhirnya mereka sampai di rumah Luna. Luna turun, begitu juga dengan Rara dan Keano.
"Ayah, silahkan pulang. Rara sama Keano akan tinggal dengan ibu pengasuh," ujar Rara tiba-tiba.
"Apa?" Luna kaget dengan perkataan gadis kecil itu.
Revan terkejut, tentu saja. Ia tak menyangka bahwa putrinya akan berbuat begini. Revan turun dari mobilnya menghampiri putrinya yang kini bersembunyi di sebalik tubuh Luna.
"Sayang, apa maksudnya ini? Ayo kita kembali ke rumah," bujuk Revan.
"Tidak! Rara akan tinggal disini. Ayah tidak perlu khawatir. Rara akan jadi anak baik disini. Ayah kembali saja ke rumah sama nenek. Lalu kembali lagi ke sini, bawakan baju Rara dan Keano." Rara berbicara dengan senyum lebarnya pada Revan.
Revan tak habis pikir dengan jalan pikiran anak gadisnya ini. Ia memijit kepalanya pening.
Keano sudah menduga ada yang salah. Ternyata firasatnya berkata benar. Soalnya, Rara bukanlah orang yang mudah terbujuk hanya karena maaf saja. Dia sangat hapal dengan sifat kembarannya itu. Dia tak habis pikir dengan pikiran liciknya itu.
Riana turun dari mobil, menghampiri Rara. "Rara, ayo kita pulang, nak." Kini Riana yang membujuk Rara untuk pulang.
"Rara, pulang ya. Rara kan masih sakit." Luna juga ikut membujuk Rara.
"Disini Rara juga bisa di rawat. Rara akan tinggal dengan ibu pengasuh dan Keano. Ayah dan nenek pulang saja. Tenang saja, percayakan semua ini pada Rara. Rara adalah kakak, jadi Rara akan menjaga Keano dengan baik." Rara menyombongkan dirinya sendiri.
"Tidak, sayang. Ibu pengasuh juga sibuk. Pasti ibu pengasuh akan kesulitan nanti," jelas Riana.
Rara tersenyum miring. Lalu ia langsung membaringkan tubuhnya di halaman rumah. Ia berguling ke kanan dan ke kiri.
"Tidak! Rara ingin disini! Kalau ayah tidak mau, bawa ibu pengasuh pulang ke rumah! Kalau tidak juga, Rara akan disini!" teriaknya.
Luna, Keano, Revan, dan Riana ternganga lebar melihat kelakuan Rara sekarang. Kali ini mereka benar-benar tidak bisa menebak jalan pikir Rara. Walaupun memang tak bisa menebaknya. Tapi, kali ini sudah diluar nalar semua orang.
"Astaga! Kenapa membiarkan gadis kecil itu baring-baring di halaman? Itu kotor!" sahut wanita paruh baya yang keluar dari rumah itu.
Itu adalah Ama Luna. Ia mendengar keributan dari luar. Ia mengeceknya, rupanya yang ia lihat saat ini adalah seorang gadis kecil yang sedang terbaring-baring kesana dan kemari.
"Oh, Ama?"
...To be continue ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments