"Rara, Keano, lagi menunggu jemputan ya?" sapa Luna sekaligus bertanya.
Rara dan Keano menatap Luna dan menganggukkan kepalanya. "Iya, nanti di jemput ayah," jawab Rara.
"Nunggu didalam saja, dari pada duduk disini, panas," ujar Luna.
Mereka menggeleng menolak ajakan Luna. "Nanti, ayah bingung," jawab Rara pelan.
Luna mengerti, ia memutuskan untuk menemani kedua bocah kembar itu sambil menunggu ayah mereka datang menjemput.
Rara melihat teman-temannya yang dijemput oleh ibu mereka. Itu membuat kesedihan melanda dirinya. "Bagaimana rasanya punya ibu?" celetuknya tanpa sadar. Ia menutup mulutnya setelah menyadari apa yang telah ia katakan.
"Rara, jangan katakan itu," sahut Keano. Untuk pertama kalinya Luna mendengar suara Keano. Keano sangat pendiam, ia hanya mengangguk dan menggelengkan kepala jika ada yang bertanya padanya.
Luna ingin bertanya maksud dari perkataan gadis kecil itu, namun teriakan Rara menghentikan dirinya untuk bertanya.
"Oh, itu ayah," teriak girang Rara.
Luna menatap kearah telunjuk gadis itu. Pria yang tampan. Itulah kata pertama yang ada di otaknya.
"Ayo," Luna menggandeng tangan Rara dan Keano di kedua tangannya. Ini adalah tugas mereka untuk mengantar anak-anak dengan selamat pada orang tua mereka.
"Rara, keano," ujar ayah mereka.
Rara dan Keano melepaskan tangan Luna dan berlari ke pelukan sang ayah. Dengan kekuatan lengannya, ia menggendong putra dan putrinya.
"Terima kasih, ibu pengasuh," ujar Rara sambil menunduk sedikit.
Revan menatap ibu pengasuh itu, ia menundukkan kepala sedikit untuk mengucapkan rasa terima kasihnya. Kemudian lelaki itu berbalik dan memasuki mobil.
"Dia memang tampan, tapi apa-apaan wajah tanpa ekspresi itu?" omel Luna.
Tunggu, kenapa ia merasa tak terima akan hal itu? Padahal itu adalah hal yang sudah biasa terjadi padanya. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat kemudian kembali kedalam bersiap untuk pulang juga.
"Bagaimana hari ini? Apa ada sesuatu yang ingin diceritakan pada ayah?" sahut Revan. Namun, Revan tak mendengarkan jawaban dari kedua anaknya. Ia melirik dari kaca depan, ternyata kedua malaikatnya sedang tertidur.
Sesampainya di rumah, Revan dengan hati-hati menggendong keduanya agar tidak terbangun. Ia di sambut oleh mamanya, mengambil Rara dari pelukannya.
"Sepertinya mereka kelelahan sekali, sampai tertidur pulas," ujar mamanya.
"Iya, ma."
Revan dan mamanya membawa Rara dan Keano kedalam kamar mereka. Revan kembali ke kamarnya dan bersiap untuk mengganti baju.
"Mama akan menyiapkan makan malam. Nanti kalau kamu sudah siap, bangunkan anak-anak," ujar mamanya dan diangguki oleh Revan.
Di kamarnya, ia meletakkan tas kerjanya di atas meja. Mengendorkan ikatan dasi, melepaskan jas, dan segala hal yang ada di tubuhnya. Kini ia memakai handuk untuk menutupi area terlarangnya.
Ia berendam dalam Bathtub dan memejamkan matanya sejenak. Mengusak rambutnya keatas lalu kembali termenung. Hari ini ia sangat lelah. Ia kembali teringat ketika ia lelah, kepalanya di pijit oleh sang istri. Lalu mengatakan kata-kata sayang untuk menenangkan dirinya.
Revan kini memakai baju tidur lalu melangkah pergi ke kamar anak-anaknya. Rara dan Keano masih tertidur lelap. Revan menepuk pipi mereka pelan seraya membangunkan keduanya.
"Rara, Keano, ayo bangun. Saatnya makan malam," ujarnya.
"Ukhh, Rara masih ngantuk, yah," sahut Rara cemberut.
Keano membuka matanya dan mengucek sebentar. Ia duduk dan bergerak mendekati sang ayah.
"Ayo, bangun. Ayah mandikan, ya?"
Revan menggendong keduanya dan mulai memandikan mereka. Memasangkan baju dan kembali menggendong mereka menuju meja makan.
Revan melihat Rara yang cemberut di meja makan. Makanannya pun tak dia sentuh. "Rara, ada apa?" tanya Revan.
Rara menengadah lalu menggelengkan kepalanya. Ia mulai memakan makanannya. Revan menatap mamanya, lalu dibalas gelengan kecil dari sang mama.
Makan malam sudah berakhir, Rara telah kembali ke kamarnya yang diikuti oleh Keano. Revan menatap heran lada putrinya itu.
"Nak, biar mama yang bicara dengan mereka," sahut mamanya dengan menepuk bahunya pelan. Aku mengangguk dan membiarkan mama yang berbicara dengan Rara.
Suara ketukan pintu terdengar. Keano turun dari kasurnya dan membuka pintu. "Nenek," ujarnya.
Mamanya Revan menepuk kepala Keano. "Rara dimana, sayang?" tanyanya.
"Ada. Tapi nenek, Rara sedih," ujar Keano menunduk sedih.
"Nenek akan bicara dengan Rara, ayo," ajaknya.
Keano menggandeng tangan neneknya dan mereka menghampiri Rara.
Nenek mereka mengusap kepala Rara. "Ada apa, sayang?" tanyanya.
Rara menatap beliau dengan mata yang sudah berlinang air mata. Ia langsung melompat kedalam pelukan neneknya, dan isakan kecil terdengar. Mama Revan panik, lalu ia menenangkan gadis kecil itu.
"Rara, ada apa, nak?" tanya neneknya.
"Ne...nek," panggilnya dengan terisak-isak.
"Iya sayang, kamu kenapa? Apa ada yang mengganggu Rara di tempat penitipan tadi?" tanya mamanya Revan. Gelengan cepat didapatkan oleh mama Revan.
"Lalu, kenapa sayang?" tanyanya lagi.
Rara melepaskan pelukannya. Ia mengusap air matanya kasar. "Nenek, kenapa kami tidak punya ibu?" tanyanya sedih.
Mama Revan menatap Rara kasihan. Ada sayatan kecil di hatinya ketika mendengar pertanyaan dari bibir gadis kecil itu.
"Di tempat tadi, Rara lihat teman-teman di jemput ibu mereka. Mereka semua punya ibu, tapi kenapa kami tidak?" ujarnya kembali.
Mama Revan mengelus wajah Rara perlahan. Mengusap air mata yang masih menetes. "Sayang, Rara dan Keano punya ibu. Tetapi bedanya, ibu Rara dan Keano tidak ada disini," jelas neneknya.
"Dimana?" tanya Rara.
"Ibu Rara dan Keano ada di surga sekarang. Ia sudah jadi ibu peri. Ibu peri selalu melihat Rara dan Keano. Hanya saja, Rara dan Keano tidak dapat melihatnya," jelas neneknya.
"Tapi, tetap saja, selama ini kami punya nenek dan ayah saja. Kami juga ingin ibu, nek," ujar Rara yang kembali bersedih.
"Rara," panggil Revan dari belakang.
Mereka bertiga menoleh melihat Revan yang memasuki kamar.
"A...yah?" ujar Rara terbata-bata.
"Revan, jangan memarahinya," cegat mamanya yang melihat Revan menghampiri Rara dengan raut wajah marah?
"Tidak, ma. Aku tidak marah. Aku hanya ingin bicara dengan putriku," ujar Revan.
Mamanya mengangguk mengerti kemudian keluar meninggalkan mereka. Mereka membutuhkan waktu untuk berbicara secara mendalam.
Revan mendengar pintu kamar yang telah tertutup. Ia duduk di tepi ranjang. Meraih Rara dan juga Keano kedalam pangkuannya.
"Rara, apa Rara mau cerita pada ayah?" tanya Revan. Ia memulai pertanyaan agar anak-anaknya tidak takut padanya. Sejenak dapat ia lihat Rara menatap takut padanya.
Rara menatapnya lalu mendusel dalam pelukannya. "Ayah, ibu mana?" tanyanya dengan suara yang pelan, namun dapat didengar karena jarak mereka yang juga dekat.
"Apa Rara mau melihat ibu?" tanya Revan.
Rara melepas pelukannya. Lalu mengangguk antusias.
Revan menatap Rara dan Keano yang kini menatapnya dengan mata yang berbinar. "Baiklah. Besok pagi kita akan menemui ibu, bagaimana?" tanyanya.
"Ayah tidak kerja?" tanya Rara.
"Ayah kan bos nya. Mau ayah masuk atau tidak, tidak akan ada yang memarahi ayah," ucapnya sombong.
Rara tak mengerti perkataan ayahnya. Tapi satu hal yang ia tahu. Ayahnya tidak bekerja besok pagi.
......To be continue ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
LISA
Kasian Rara & Keano
2024-05-06
2