"Kekasihmu aneh."
"Hei, jangan ngomong sembarangan! Kau lebih aneh dengan dunia fantasi yang kau ciptakan itu!"
Adiknya itu membalasnya dengan menjulurkan lidah, membuat Akihiko bernafsu untuk memukul kepalanya.
"Astaga hentikan! Maaf ya Aihara, kedua putraku memang berisik." Ucapnya lembut, sedang Aihara hanya tersenyum membalasnya. "Yahiko, kau tidak boleh seperti itu pada tamu. Bersikap baiklah!"
Dan bocah itu hanya berdehem malas.
"Tidak apa-apa, Tante. Aku baik-baik saja." Ujar Aihara sopan.
Ibu Akihiko kembali tersenyum pada Aihara, "Kau tahu? Kau satu-satunya gadis yang Akihiko perkenalkan sebagai pacar padaku. Dia ini terlalu menyibukkan dirinya dengan musik dan basket. Ibu bahkan pernah berpikir dia ini Aseksual."
Akihiko yang mendengar itu sontak melebarkan matanya, "Hei ibu keterlaluan!!"
"Ahaha, itu kan karena mu juga!"
Aihara ikut tersenyum mendengar itu, sedikitnya itu membuatnya bangga.
"Aihara, mau menginap saja tidak? Diluar hujannya deras sekali, akan lama jika menunggunya reda."
"Oh ya? Aku, sepertinya tidak bisa ibu. Maaf, ibuku sendiri di rumah." Tolaknya sopan.
"Ah sayang sekali, baiklah ayo makan dulu. Jangan sungkan ya!"
Mereka terus berbincang sambil makan. Ibu Akihiko terbilang cukup menyenangkan, terbukti dengan dirinya yang terlihat akrab dengan Aihara dalam beberapa menit saja. Akihiko lega melihat itu. Meski adiknya itu masih mengasingkan diri dari Aihara dan beberapa kali mengatakan hal yang mungkin menyakiti hatinya.
"Kau sudah izin pada ibumu untuk pulang malam?"
"Sudah."
"Baiklah, Oh kau tunggu di sini dulu." Akihiko mengarahkan Aihara untuk menunggunya di Sofa depan TV bersama Yahiko yang sibuk memainkan game di ponselnya. "Aku akan segera kembali."
Aihara menurut, dia sebenarnya masih merasa canggung dengan adiknya Akihiko yang seakan tak menyukai keberadaannya. Namun sebisa mungkin ia mencoba untuk so akrab dengannya.
"Hei, Namamu Yahiko Kahito ya?"
"Kalo sudah tahu, kenapa bertanya." Ucapnya, masih dengan tatapan fokus pada ponselnya.
"Hmm, Kau tidak menyukaiku ya?"
"Ck." Seakan terganggu, bocah itu mengalihkan atensinya pada Aihara dengan raut yang tidak menyenangkan." Iya, memangnya kenapa?"
"Oh tidak-tidak, aku minta maaf jika-"
"Kenapa kau mau menjadi kekasih kakakku? Dia itu jelek, bau dan tidak berperasaan."
Jujur saja Aihara tidak menyangka jika Yahiko akan berkata seperti itu, "Aku juga tidak tahu. Tapi setahuku, aku nyaman jika ada di dekatnya."
Aihara melihat lekukan alis bingung di wajah Yahiko, itu terlihat menggemaskan.
"Nyaman? Oh tentu saja, kakakku tidak memiliki wajah yang tampan sepertiku, jadi alasan itu masuk akal menurutku." Ia kembali menyibukkan dirinya dengan game.
Aihara sedikit menyukai gaya bicara bocah itu, "Tapi menurutku, Akihiko juga tampan. Dia juga berbakat."
"Haha, kau berkata seperti itu karena tidak melihat bagaimana dia tidur."
"Kau bicara apa bocah!! Astaga jangan dengarkan dia, Aihara." Tiba-tiba Akihiko datang dengan pakaian santainya, ia membawa secarik kertas dan gitar listriknya. Lantas mengambil duduk di samping Aihara.
"Kau bisa membacanya dulu, setelah itu kita gabungkan dengan instrumennya."
Aihara meraih kertas itu dan mulai membaca bait demi bait. Sontak saja, bulu kuduknya meremang, merasakan getaran aneh dari huruf perhuruf yang ia baca.
Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?
Kau penuh dengan Misteri.
Seperti penyihir, kau membuatku terpuruk dan kembali jatuh cinta sepersekian detik selanjutnya.
Aku mencoba melangkah padamu, Meski bayangan masa lalu menjebakmu.
Kau tidak sedang menjadikanku kupu-kupumu saja kan?
*Aku takut. Pikiran buruk itu terus saja mengganggu.*
Mungkin selamanya akan kucari kunci untuk mengeluarkanmu dari bayangan itu.
Akan ku bawa kau pergi terbang bersamaku.
Hanya menjadi milikku, dan hanya bayanganku yang akan menjeratmu.
Cobalah datang!
Tenangkan hatiku yang gundah.
Aku takut. Pikiran buruk itu terus saja mengganggu.
Aihara tidak bodoh. Lagu itu jelas-jelas berisi tentang kekhawatiran Akihiko tentang dirinya yang hanya dijadikan pelampiasan. Ia tahu, tapi jujur dari hatinya terdalam ia tak pernah bermaksud seperti itu.
"Kau membuat ini semalaman suntuk?"
"Hm, Aku tiba-tiba memikirkan sesuatu jadi aku menulisnya. Sepertinya ini akan jadi lagi Ballad. Mau mencoba untuk menyanyikannya?" Tawar Akihiko, yang kemudian di angguki Aihara.
"Aku ingin denger instrumen nya."
Dan begitulah, lagu itu memang akan menjadi lagu Ballad. Akihiko terkesan dengan suara Aihara yang menyatu dengan liriknya, seakan lagu itu bernyawa. Bahkan hingga menggetarkan hatinya. Akihiko melirik Aihara, mengintip penghayatannya selama bernyanyi namun yang ia dapati justru tetesan air mata yang kian membanjiri pipinya.
"Astaga, kau terlalu menghayatinya." Ia menghentikan petikan di senar gitarnya dan mulai membawa Aihara dalam pelukannya. Lupa dengan kehadiran Yahiko di sekitar mereka.
"Aku hanya merasa, tokoh di lagu ini begitu terpuruk. Dia mencoba bertahan meski sakit, terus percaya meski sebenarnya dia tahu hal yang lebih menyakitkan lainnya. Kau, kenapa sekuat itu Akihiko?"
Akihiko tertegun sesaat sebelum kembali berucap, "Apa? Itu bukan aku, astaga apa yang aku ragukan memangnya? Bukankah kau sudah jelas mencintaku?"
Meski sebenarnya ia ragu.
"Kau tahu, aku mencintaimu. Sangat!"
"Karena itu, aku tidak perlu ragu lagi kan?"
Akihiko tersenyum, mengusak rambut Aihara lembut. Ia memberi jarak dari Aihara, kemudian menangkup kedua pipi basah itu dan mengambil satu ciuman lembut di bibirnya yang kecil. Sampai satu sentakan ingatan menyentak kepalanya membuatnya buru-buru melepaskan pagutan mereka.
Astaga!
Refleks, keduanya menoleh pada Yahiko yang masih terpaku menaruh atensi pada mereka.
"Oh, jangan kaget seperti itu. Aku tidak melihat apapun." Ucapnya santai, kemudian Yahiko undur diri dari sana dan segera menuju kamarnya.
"Astaga bocah itu!"
"A-Aku mau pulang."
Aihara yang sudah memerah malu itu akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari sana. Beruntung hujan sudah mereda jadi ibu Akihiko tidak punya alasan untuk menahannya.
"Baiklah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments