06 • Talisman

"Ketenanganku ada padamu, bukan pada jimat itu."

.

Matsuo dan anggota basket lainnya berjalan menuju ruang istirahat setelah timnya di nyatakan lolos ke semi final. Raut wajah Matsuo sama kerasnya dengan Kekai, mereka terus terdiam di pikiran mereka masing masing. Akihiko juga di sana, rautnya berbeda dari yang lainnya, rautnya lebih terlihat seperti seseorang yang sedang frustasi.

"Jangan jadikan masalahmu sebagai alasan ketidak fokusanmu di pertandingan tadi." Kekai akhirnya bersuara, nada bicaranya lebih berat dari biasanya. Itu membuktikan bahwa Kekai sedang menahan amarah.

Akihiko juga tahu, ia telah melakukan kesalahan. Ia tidak bisa fokus pada pertandingannya, karena pikirannya terus tertuju pada Aihara yang tiba tiba menjauhinya setelah malam itu ia memeluknya di Wahana Bianglala. Bahkan Akihiko tidak melihat Aihara hadir di kursi penonton hari ini. Akihiko juga tidak tahu kenapa ia begitu mengkhawatirkan Aihara hingga bahkan membuatnya seakan kehilangan kesadarannya.

Akihiko menghela nafasnya pelan, menundukkan pandangannya pada gelang di pergelangan tangan kanannya. Itu adalah gelang pemberian Aihara hari itu, dia bilang gelang itu adalah Jimat keberuntungan untuknya. Tapi Akihiko tidak merasa seperti itu, karena jika saja Kekai tidak memanfaatkan waktu terakhir untuk mereka memasukan bola ke dalam ring, maka sudah di Pastikan bahwa skor timnya dan tim lawan menjadi imbang. Padahal jika Akihiko benar benar serius melakukan pertandingan, ia bisa mengumpulkan poin lebih banyak dalam waktu singkat.

"Sulit di percaya. Untuk kali ini, Aku kecewa padamu, Kio." Matsuo menepuk pundak Akihiko sebelum ia mengubah arah jalannya.

Sebenarnya Matsuo senang ketika Akihiko dan Aihara bisa saling dekat, hanya saja jika menimbulkan efek sebesar ini dari ketidak hadiran Aihara di kursi penonton seperti itu, Matsuo juga akan merasa kesal pada Aihara. Ia sama sekali tidak mengerti dengan gadis itu, tiba tiba saja dia menjadi begitu asing padanya ketika mereka tak sengaja bertemu di kantin kemarin. Aihara sempat meliriknya, tapi gadis itu kembali melenggang pergi tanpa menyapanya. Itu sukses membuat Matsuo begitu kesal padanya.

Matsuo berjalan menuju bus yang digunakan para siswa untuk mengantarkan mereka ke tempat pertandingan. Ia hanya ingin mengecek saja, mungkin saja di sana ada siswi yang tertinggal.

Tek!

Matsuo menarik pintu bus hingga pintu itu terbuka sempurna. Ia kemudian masuk ke dalamnya dan menemukan seorang gadis yang juga sedang menatap penasaran ke arahnya. Matsuo seketika mengeraskan rautnya setelah ia melihat Aihara yang kemudian menurunkan kembali tatapannya.

"Ternyata kau benar benar ada di sini." Pria itu mendudukan dirinya di kursi yang berdekatan dengan Aihara.

"......"

"Kenapa tidak masuk? Kio benar benar sangat kacau hari ini."

Begitu mendengar nama Akihiko keluar dari mulut Matsuo, Aihara seketika merasa khawatir. "D-Dia, apa dia baik baik saja?"

"Sudah ku katakan keadaanya sedang kacau! Dan itu semua karena dirimu!! Dasar bodoh!" Matsuo mengatakan semua unek-unek yang sedari tadi memenuhi benaknya. "Aku tahu, sebenarnya kalian saling mengagumi. Lalu kenapa kau menjauhinya?!"

Aihara masih tetap diam. Ia juga mengakui bahwa ia memang mengagumi Akihiko, tapi ia tidak bisa memutuskan sembarangan. Aihara tidak ingin lagi membuat kesalahan, ia tidak ingin lagi membuat seseorang merasa sakit. Karena bahkan Aihara tidak tahu, apakah ia benar benar mencintai Akihiko atau hanya sebatas kagum biasa.

Matsuo di kejutkan dengan Aihara yang membangkitkan dirinya dan berjalan keluar tanpa berucap apapun padanya. "Hei kau mau kemana?!" Matsuo kemudian ikut keluar dari bus itu dan segera meraih pergelangan tangan Aihara. "Kau ini kenapa?!!"

"Aku ingin menemui Kio." Mendengar itu dan melihat raut Aihara yang seketika menjadi sangat cerah karena senyuman kecilnya, kekesalan Matsuo jadi sedikit berkurang. Pria itu beralih ikut tersenyum dan kemudian sebelah lengannya merangkul bahu Aihara sebelum ia ajak untuk pergi menemui Akihiko.

"Sebenarnya kenapa kau menjauhi Kio? Apa kalian bertengkar?" Tanya Matsuo lebih ramah.

"Eung...," Aihara pikir tidak seharusnya ia menceritakan masalahnya pada Matsuo. Meski ia sudah mengenalnya dengan baik, Aihara juga percaya bahwa Matsuo bisa menjadi pendengar yang baik dan mungkin bisa menjaga rahasianya. Tapi untuk saat ini ia tidak bisa mempercayakan keadaannya pada Matsuo.

"Jika itu adalah sesuatu yang privasi, tidak perlu mengatakannya." Matsuo dan Aihara sudah tiba di ruangan istirahat, pintu ruangan itu juga sudah terbuka lebar. Setelah ia memasuki ruang istirahat, semua pandangan tiba tiba tertuju pada mereka, Terutama Kekai dan Akihiko.

"Aihara! Cepat kemari!" Perintah Kekai dengan rautnya yang sudah dihiasi senyuman kecil. Sedang Akihiko masih menatap Aihara tanpa ekspresi, meski hatinya kian menghangat setelah melihat kehadirannya.

Aihara memilih mendudukan dirinya di samping Akihiko, sedang Matsuo mendudukan diri di samping Kekai.

"Kau baru sampai?" Tanya Kekai.

"Itu-"

"Sedari tadi dia hanya duduk diam di dalam bus!" Balas Matsuo ketus, membuat Akihiko mengerjapkan matanya.

"Maaf." Aihara menunduk merasa bersalah, seharusnya ia datang dan memberikan dukungan pada mereka.

"Karena kau tidak hadir di kursi penonton, Kio benar benar merasa frustasi."

Refleks Aihara menoleh ke arah Akihiko yang masih terdiam, ia kemudian menarik senyuman kecil sembari kembali menunduk.

"Kio, aku minta maaf."

"Hm." Akihiko tidak mengerti, kenapa ia tidak bisa membantah ucapan Kekai. Ia hanya diam dan seolah mengatakan bahwa itu benar, meski pada kenyataannya memang benar ia merasa frustasi karena Aihara yang menjauhinya.

"Kalian di sini?! Woah selamat atas kemenangan kalian!" Hanna dan seorang gadis lainnya memasuki ruang istirahat dan membawa kantong berisi minuman. Tadinya Hanna merasa begitu senang karena akhirnya tim dari sekolah mereka masuk ke semi final, tapi setelah melihat Aihara duduk di samping Akihiko membuatnya seketika merasa kesal.

Tatapan Aihara tiba tiba menyipit sinis ketika melihat seorang gadis yang begitu ia kenal mendudukan dirinya di samping Kekai. Sepertinya gadis itu merasakan tatapan tak mengenakan yang mengarah padanya, untuk itu ia menolehkan kepalanya hingga kedua matanya melebar ketika menangkap Aihara di depannya.

"A-Aihara.., Kau di sini?"

Melihat raut terkejut Seta dan tatapan tajam Aihara yang mengarah padanya berhasil mengundang tatapan semua orang yang berada di sana.

"Oh, kalian sudah saling mengenal?" Matsuo penasaran.

"Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya." Aihara merasakan sebelah lengan mendarat di pundaknya. Ia tahu itu lengan Akihiko.

Melihat kekasihnya yang seketika menurunkan tatapannya, membuat Kekai bingung. Tapi ia yakin ada sesuatu yang pernah terjadi antara Seta dan Aihara.

"Dia Seta, kekasihku."

"Oh."

Seakan memahami keadaan Aihara saat ini, Akihiko membangkitkan tubuhnya dan mengajak Aihara untuk pergi. Setengah jam lagi tim basket mereka akan di panggil, Akihiko pikir ia bisa memanfaatkan sisa waktu istirahat mereka untuk mengobrol dengan Aihara di tempat lain.

****

"Dia bagian dari masa lalumu?" Tanya Akihiko. Mereka memilih kantin untuk dijadikan tempat mengobrol.

Aihara mengangguk dengan pandangan kosongnya. "Eung."

"Mau bercerita?"

"Dulu dia adalah seorang pengganggu di hidupku. Hanya itu." Akihiko mengernyitkan dahinya setelah Aihara kembali mengangkat kepalanya dan tersenyum padanya. "Untuk perkataanku tempo hari, tolong lupakan saja."

"Hm?" Padahal Akihiko sudah sangat senang ketika mendengar permintaan Aihara Tempo hari. Tapi setelah Aihara memintanya untuk melupakan itu, ia jadi sedikit kecewa.

"Kio, apa kau memiliki seseorang yang kau cintai?" Tanya Aihara tiba tiba membuat Akihiko sedikit tersinggung. Tentu saja, Akihiko tengah menaruh hatinya untuk seseorang, seseorang yang berada di depannya saat ini.

"Hm."

Aihara menurunkan tatapannya, "Aku juga. Aku memiliki seseorang yang sangat ku cintai lebih dari apapun." Ia tersenyum tulus di balik tatapan kosongnya, "Tapi karena ada seorang pengganggu di antara kita, membuatku terus merasa khawatir akan kehilangan dirinya. Kekhawatiran ku yang berlebih membuatku menjadi pribadi yang posesif dan pencemburu." Senyuman Aihara berubah kecut dan tatapannya menjadi sayu, "Hingga aku tidak bisa mengontrol Ucapanku dan membuatnya pergi."

Tangan Akihiko mengepal erat, rautnya juga perlahan mengeras. Bohong jika Akihiko merasa baik baik saja saat ini. Ia cukup senang karena Aihara sudah mau bercerita, tapi ketika ia tahu bahwa Aihara begitu mencintai mantan kekasihnya itu berhasil membuat Akihiko cemburu. Mungkin sangat sangat cemburu.

"Tidak ada gunanya menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Tapi mengambil pelajaran dari sesuatu yang telah kau alami, kau harus melakukan itu." Entah sadar atau tidak, Akihiko menyelipkan anak rambut di dahi Aihara ke telinganya lantas menatapnya dengan lembut. "Jika seseorang yang telah pergi itu menoreh luka di hatimu, maka biarkan seseorang yang baru mengobati luka itu dan menyembuhkannya."

Pandangan mereka seolah terkunci untuk satu sama lain. Ketulusan yang terpancar dari sorot Akihiko mampu menciptakan gelombang hangat di hati Aihara, hingga matanya terasa begitu panas karena haru.

"A-Akihiko.."

"Biarkan aku menyembuhkan lukamu Aihara."

Tunggu, kenapa dadanya terasa begitu sesak? Akihiko kenapa kau harus mengatakannya sekarang? Tak tahukah kau jika Aihara masih berjuang untuk melupakan masa lalunya?

"Maaf."

Akihiko sudah siap dengan itu. Sebuah penolakan yang menyakitkan, ia sudah sangat siap untuk menerima itu. Tapi kenapa, saat ini hatinya seolah terbakar, kenapa ia begitu marah ketika mendengar penolakan Aihara?

"Kenapa? Apa ada orang lain yang sudah lebih dulu menyembuhkan lukamu?" Tatapan Akihiko seketika menajam, jantung nya sudah berdetak begitu cepat karena marah. Tapi seketika semuanya kembali hampa ketika didapatinya Aihara kembali menitikkan air mata.

"S-Sebentar lagi, Kio. Tunggu sebentar lagi." Setelah Aihara benar benar melepaskan Roki, tunggu sebentar lagi hingga Aihara yakin bahwa dia sudah benar benar mencintaimu. Tolong tunggu sebentar lagi.

Entah sadar atau tidak, Akihiko segera membenamkan kepala Aihara di dadanya. Entahlah, Akihiko seakan bisa merasakan sesuatu. Kesedihan yang mendalam, percayalah Akihiko amat sangat cemburu pada pria yang sudah mampu membuat Aihara kesepian seperti ini.

Mereka akhirnya kembali setelah beberapa saat. Tim Akihiko kembali berdiri di lapangan bersama tim lawan, ini adalah semi final yang akan menentukan siapa yang paling pantas untuk mendapatkan juara pertama. Akihiko sempat beberapa kali melirik Aihara yang melambaikan tangannya padanya. Akihiko masih dalam keadaan hati yang terbakar.

Ada orang yang mengatakan bahwa jika seseorang sedang diliputi amarah ia akan melakukan segala hal secara brutal, ternyata ungkapan itu benar adanya. Akihiko dengan skill nya yang tak tertandingi itu beberapa kali mencetak poin dalam waktu kurang dari lima menit. Sepertinya penolakan Aihara untuk perasaan Akihiko memiliki efek yang berguna, karena dengan begitu Akihiko terlihat begitu terobsesi untuk terus memasukan bola basket ke dalam ring, hingga tiba saatnya tim Akihiko menjadi pemenang.

Tapi sekali lagi, kemenangan Akihiko sama sekali tidak mendapati apresiasi dari Aihara, gadis itu nampak murung dan terus tertunduk. Ada apa dengannya?

#TBC#

Terpopuler

Comments

meme

meme

semangat kak
aku mampir sampai sini dulu
ditunggu feedbcknya💪🥰

2020-10-30

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

sambungan dukungan boomlike

2020-10-30

0

Yayan Yayan

Yayan Yayan

uuup

2020-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!