Pseudo Shadow

Pseudo Shadow

00 • Prolog

Duniaku baru saja kuhancurkan. Mentari ku baru saja kuredupkan. Kebahagiaanku baru saja ku lenyapkan.

Aku baru saja menggali penderitaan untuk diriku sendiri...

Teman masa kecilku, kekasihku, hatiku, sumber kebahagiaanku, aku telah membuatnya pergi....

Kumohon maafkan aku, aku merindukanmu. Tolong kembalilah, aku ingin memelukmu. Kumohon...

Aku, Aihara Shizune, gadis yang seharusnya banyak bersyukur karena mendapatkan seseorang yang mencintaiku, tapi aku justru membuatnya menghilang dari hadapanku bahkan aku membuatnya menghilang dari dunia ini. Banyak kesalahan yang telah kulakukan selama ini, namun hanya satu kesalahan yang begitu membuat hatiku mati, kepergiannya.

Aku memiliki kekasih yang sangat aku cintai lebih dari apapun, seseorang yang seharusnya aku menaruh kepercayaan lebih padanya. Namun aku justru menyia-nyiakan cintanya. Kecemburuanku telah menekannya, dan lisanku telah melenyapkannya. Maaf.

"Sudahlah Ara! Hentikan ini! Ini semua bukan salahmu, lihat Ibu nak! Dia pergi karena takdir. Jangan seperti ini ibu mohon." Ibu memeluk tubuhku yang kurus lantas menghapus jejak air mata yang sedari tadi membanjiri wajahku.

Selama ini aku tak pernah lagi keluar rumah atau bahkan mengunjungi tempat tempat yang dahulu menjadi tempat favoritku. Aku hanya terlalu malu untuk melangkahkan kakiku ke tempat dimana semua kenangan bersamanya berputar putar di kepalaku. Aku belum bisa sepenuhnya merelakan kepergiannya.

Satu Minggu aku habiskan waktuku untuk menangisinya, selama itu pula aku tidak lagi pergi ke sekolah. Hidupku terlalu hancur hingga tubuhku terasa begitu lemas untuk sekedar berdiri. Sebesar ini efek dari penyesalan ku.

"I-bu, Aku merindukan Roki." Aku sungguh merindukannya, sangat.

Ibu semakin mengeratkan pelukannya dan terus mengatakan bahwa aku bukanlah penyebab dia pergi, walau pada kenyataannya aku yang memintanya untuk pergi.

Hatiku berdenyut nyeri, kepalaku juga semakin terasa pusing, pandanganku semakin buram. Aku selalu merasakan ini setelah seharian menangis. Oh Tuhan kenapa rasanya sakit sekali?

Tak lama pandanganku berubah gelap dan kesadaranku pun perlahan terenggut.

****

Sudah biasa jika setelah menangis keras aku akan berakhir tak sadarkan diri. Aku kembali menemui pagi hari, rasanya tubuhku begitu lemas. Keadaanku semakin memburuk, kenapa Tuhan tidak merenggut nyawaku sekarang? Aku sudah lelah, aku begitu ingin menemuinya di syurga. Aku benar benar lelah memikul penyesalan ini.

Ceklek!

Ibu datang membawa sarapan dan segelas susu di atas nampan, wajahnya kian berubah panik sembari berjalan tergesa ke arahku. Ibu maaf sudah membuatmu susah, aku benar benar anak yang tidak berguna untukmu.

"Aihara sayang, tolong berhenti memikirkannya! Ibu mohon! Jangan menangis lagi, matamu bisa sakit."

Oh benar, aku tidak sadar air mataku telah kembali membanjiri wajahku. Aku juga tidak bisa melihat dengan jelas.

"Hentikan ini! Roki sedih melihatmu seperti ini. Ara sama sekali tidak bersalah, Ara anak baik." Wajah keriputnya juga telah di aliri air mata. Keadaan ku ini juga membuat seseorang terluka? Lalu aku harus bersikap seperti apa?

"Ibu maaf..." Ibu membangunkan tubuhku dan membantuku untuk duduk. Ia juga menyuapiku dengan telaten, aku tetap menelannya meski makanannya terasa hambar. "Maaf merepotkanmu, maaf Bu." Ucapku di sela kunyahanku.

Ibu menggeleng kan kepalanya tanda tidak setuju dengan perkataan ku, "Jangan minta maaf! Ibu tidak membutuhkan maafmu, ibu hanya ingin kau kembali bahagia."

"Tapi bagaimana caranya? Kebahagiaanku telah pergi."

Roki.. maaf.

"Ibu sudah mendaftarkanmu di sekolah baru, kau bisa mendapatkan kebahagiaan lain di sana. Tolong lupakan Roki, dengan begitu kau bisa mendapatkan cinta yang baru, kebahagiaan yang baru. Hm?"

"Sekolah baru?"

Beberapa bulan lagi aku akan lulus sekolah, bagaimana bisa aku pindah sekolah?

"Iya, ibu harap kau bisa menemukan kebahagiaan di sana."

Iya aku memang harus melakukan itu. Menjauhi segala hal yang mengingatkanku padanya, dengan begitu aku bisa dengan mudah melepaskannya kan? Aku tidak peduli orang orang memanggilku pengecut karena memang seperti inilah jalanku untuk melupakan dia. Semoga saja aku bisa benar benar bahagia.

"*Apa aku boleh menyukai pria itu?"

"Apa maksudmu?! Kau milikku, kau hanya boleh menyukaiku! Hatimu hanya milikku, kau tidak boleh membaginya dengan siapapun!"

"Iya iya! Cerewet*!!"

Aku rindu...

"Aku sudah kenyang." Padahal aku baru saja menelan lima suapan, tapi perutku sudah tidak menerima suapan lebih.

"Sedikit sekali, ini minumlah." Aku meraih segelas susu dan meminumnya, rasanya juga tetap sama, hambar. "Ara semangat! Kau bisa bahagia!" Aku tersenyum begitu melihat ibuku mengepalkan tangannya di udara sembari bersorak tegas.

"Terimakasih."

Ibu adalah satu satunya orang tua yang aku miliki. Ayahku telah lebih dulu pergi bahkan sebelum aku terlahir ke dunia. Ibu berjuang membesarkan ku seorang diri, namun dia tetap tegar walau ayah meninggalkannya seorang diri. Bukankah seharusnya aku mengambil pelajaran dari perjuangan ibu?

Tapi aku tetap tidak bisa, aku terlalu rapuh. Aku terlalu menggantungkan hidupku padanya. Itu adalah kesalahanku.

Bukan hanya satu atau dua tahun saja aku mengenal nya, sudah sejak kecil kami berteman. Dulu aku orang yang suka menyendiri karena itu aku tidak memiliki teman, hanya saja Roki datang dan mengajakku bermain. Dia adalah pria pertama yang bisa membuatku tertawa gembira. Hampir setiap hari dia selalu mengunjungi ku dan mengajakku jalan jalan ke suatu tempat yang tidak pernah aku kunjungi. Hingga suatu hari saat aku berada di kelas 10, dia mulai menyatakan perasaannya. Percayalah aku senang sekali.

"Selama ini aku selalu mencoba untuk menahan perasaan ini, namun untuk sekarang aku tidak ingin lagi menyembunyikannya. Aihara, aku mencintaimu. Aku akan membahagiakanmu hingga akhir."

Benar benar hingga akhir, janjimu benar benar kau tepati. Kau benar benar mencintaiku, membahagiakanku hingga akhir.

"Ibu sudah menyiapkan air hangat, cepat bersihkan tubuhmu. Ibu akan segera kembali."

Bahkan satu tetes lagi..., Air mataku benar benar keluar lagi. Tidak begitu deras, hanya saja terasa begitu menyakitkan.

"*Dasar brengsek! Apa kau benar benar mencintaiku?!"

"Pertanyaan macam apa itu? Kau meragukan cintaku?"

"IYA! AKU SANGAT MERAGUKAN CINTAMU ITU*!"

Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Seharusnya aku mengontrol emosi ku dengan baik. Seharusnya aku mendengarkan penjelasannya. Seharusnya aku... Seharusnya aku mempercayainya.

"*Apa yang harus ku lakukan untuk membuktikan betapa aku mencintaimu?"

"Apa kau berani mati untukku?! Dengan begitu aku bisa mempercayaimu*!"

Aku hanya terlalu naif. Tolong jangan membenciku. Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Kau tahu seberapa menyesalnya aku? Aku bahkan tidak ingin lagi menjalani hidup. Aku ingin bersamamu. Roki kumohon bawa aku bersamamu. 

Entah sudah semenyedihkan apa aku sekarang. Aku hanya terlalu kehilangan. Bisakah aku melupakanmu? Tentu tidak bisa, akan sulit rasanya. Aku sungguh tidak bisa menerima pria lain, hanya ingin dirimu.

#TBC#

Terpopuler

Comments

Aska

Aska

lanjur

2020-10-13

0

Keyzo yanndy

Keyzo yanndy

Yah musti ngulangin lagi

2020-10-13

0

Rikudo Senin

Rikudo Senin

uuuup semangat

2020-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!